Opini

Opini: Natal dan Peran Ibu 

Dalam sejarah, kita bisa menemukan bagaimana penghargaan yang tinggi diberikan kepada ibu oleh karena peran kebundaannya itu. 

Editor: Dion DB Putra
Freepik
ILUSTRASI 

Oleh: Gebrile Mikhael Mareska Udu, CMF
Tinggal di Skolastikat Claretian Yogyakarta

POS-KUPANG.COM  - Setiap tanggal 22 Desember, seluruh warga bangsa ini memperingati Hari Ibu. Kenyataan ini hendak menegaskan betapa sosok Ibu berharga dalam kehidupan setiap orang.

Menariknya, perayaan Hari Ibu berdekatan dengan perayaan penuh makna dan bersejarah bagi Umat Kristiani seluruh dunia termasuk Indonesia. 

Perayaaan tersebut ialah perayaan Natal yang dirayakan pada 25 Desember, tiga hari setelah Hari Ibu 2024. 

Bagi saya, kedua hari berharga ini dapat dipertautkan dengan melihat peran ibu dalam nuansa hari Natal.

Barangkali kita semua yang beribu dan menjadi anak dari seorang ibu penting untuk menyadarinya.

Ibu adalah jembatan bagi seseorang sebelum masuk ke dalam kehidupan. Ibu berperan untuk mengandung, melahirkan sekaligus membesarkan seseorang sehingga pantaslah ia dihormati dan dihargai di mana saja dan kapan saja. 

Dalam sejarah, kita bisa menemukan bagaimana penghargaan yang tinggi diberikan kepada ibu oleh karena peran kebundaannya itu. 

Dalam budaya Yunani, yang dikenal sebagai budaya dengan peradaban tinggi, sosok ibu diidentikkan sebagai sang dewi agung. 

Julukan tersebut hendak menegaskan sosok ibu dalam mitologi Yunani yang melambangkan keibuan universal (mengandung-melahirkan-membesarkan), kesuburan, dan sumber kekuatan penciptaan alam semesta (sumber segala yang ada). 

Kebudayaan ini hendak mengartikulasikan pandangan bahwa kaum pria adalah mereka yang terlahir sebagai anak terkasih dari sang ibu agung.

Lalu bagaimana bangsa kita menilai peran ibu? Kita dapat membuka kembali lembaran-lembaran legenda yang berkembang di bumi Indonesia ini terkait sosok ibu. 

Kita tentunya mengenal legenda Malin Kundang dan Sampuraga dari Sumatera Barat, kisah Delana dari tanah Toraja, legenda Sangkuriang dari tanah Sunda, dan berbagai legenda lainnya yang dimiliki oleh berbagai daerah di Indonesia. 

Cerita-cerita di atas dibangun oleh satu tema yakni peran ibu. Ibu digambarkan sebagai pribadi yang rela berkorban, serentak bertanggung jawab atas kehidupan anaknya. 

Tidaklah mengherankan jikalau penghargaan terhadap sosok ibu digambarkan dalam satu adagium “surga ada di bawah telapak kaki Ibu”.

Ketika ibu diabaikan berarti seseorang sedang menjauhkan dirinya dari surga. Kedudukan istimewa yang diberikan kepada sosok ibu berdasarkan sejarah masing- masing bangsa, tentunya bukan tanpa alasan. 

Bahwasanya di tengah keluarga sosok ibu sejatinya berada pada posisi yang sentral. 

Bahkan ibu diyakini menjadi penentu setiap proses atau keberhasilan di tengah keluarga. Ibu memiliki peran ganda yang berbakti kepada sang suami dan anak-anak. 

Ibu memegang peranan yang dominan yakni mendidik dan mengembangkan pribadi penerus keluarga. 

Ibu juga mengisi peran ayah sebagai kepala keluarga ketika ia pergi meninggalkan rumah seperti menjaga rumah, mengurus pekerjaan rumah dan lain sebagainya.

Cinta kasih seorang ibu tak bisa ditakar dan dibayar dengan apapun. Pandangan tersebut berangkat dari tuntutan zaman saat ini. 

Yang dibutuhkan dan diutamakan adalah pribadi yang kreatif, inovatif, adaptif, reflektif, beretika, berwawasan luas serta memiliki orientasi untuk masa depan (future oriented). 

Kemampuan tersebut hanya bisa dimiliki oleh seseorang ketika peran ibu dalam pendidikan anak dihidupi. 

Ibu mengawasi pertumbuhan serta perkembangan seorang anak sambil mengintegrasikan nilai-nilai yang dibutuhkan dalam relasinya dengan orang lain.

Peran ibu dalam mendidik anak akan berpengaruh menentukan masa depan keluarga khususnya, hingga suatu bangsa. 

Seorang penulis wanita terkenal, Marry Corraly pernah menulis, “ibu-ibu yang dapat memberikan inspirasi atau petunjuk kepada anak-anaknya demi mencapai cita-cita yang murni adalah benteng pertahanan yang akan melindungi bangsa.”

Kasih sayang ibu membuat seorang anak akan merasa diperhatikan sehingga dengan bebas mengekspresikan dirinya. 

Namun apabila kasih sayang seorang ibu minim, hal itu akan rentan membuat anak mencari pelarian di luar rumah yang sifatnya negatif seperti pergaulan bebas, narkoba dan lain sebagainya.

Menarik untuk melihat peranan dan kedudukan ibu di tengah keluarga dalam suasana
natal. 

Istilah natal itu sendiri berasal dari kata Latin ‘natus’ yang berarti diciptakan sesuai untuk. 

Dalam perkembangannya perayaan natal dimaknai sebagai momen kelahiran Tuhan Yesus Kristus Sang Penyelamat. Kelahiran Kristus ke tengah dunia untuk tinggal di dalam hati umat manusia. 

Namun pembicaraan seputar kelahiran tak bisa dilepaspisahkan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi seputar kelahiran itu. 

Tidak bermaksud mengesampingkan kuasa Allah yang bisa berbuat apa saja atas peristiwa kelahiran tetapi kita mengetahui bahwa peristiwa kelahiran itu terjadi dalam konteks manusiawi.

Adakah kelahiran Yesus Kristus tidak seperti kelahiran kebanyakan orang? Berbagai literatur membuktikan bahwa Yesus Kristus lahir dari rahim perawan Maria. 

Karena cinta dan kasihnya, Maria rela mengandung bayi Yesus selama sembilan bulan. 

Berbagai tantangan ia lalui meskipun terasa berat. Bukti ketulusan cintanya tampak di dalam tutur katanya, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). 

Sang ibu sungguh menyerahkan dirinya secara total demi Sang Anak. Hingga akhirnya Maria menunjukkan kepenuhan dan ketulusan cintanya serta kesahajaan dan kesederhanaan dengan merelakan Sang Anak lahir di kandang domba (bdk Luk 2:27).

Tak dapat dipungkiri sosok ibu sangat berperan dalam kelahiran kita. Tak sebatas itu, ibu juga berjuang untuk mengasuh, mendidik, kemudian mempersembahkan anak kepada dunia. 

Melalui tangan kasihnya kita memperoleh arahan untuk hidup di dalam jalan yang benar sehingga bisa berbakti kepada bangsa terutama kepada Allah dan kerajaan-Nya. 

Peran ibu mencakup seluruh dimensi hidup kita dan terus berlanjut sampai akhir hidup kita. Maria telah menjadi prototipe peran ibu dalam kehidupan anak. Ia setia menemani tumbuhnkembang bayi Yesus. 

Sebagaimana natal mengingatkan kita akan kelahiran Yesus Kristus sang penyelamat dunia, kita juga diingatkan akan peran ibu yang telah melahirkan kita. 

Semoga peringatan hari ibu dan perayaan Natal mengingatkan kita akan peran andil ibu yang tak pernah tergantikan oleh siapa pun. 

Ibu adalah segala-galanya dalam kehidupan setiap orang yang pernah merasakan sentuhan kasihnya.  (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved