Opini
Opini: Penti Weki Peso Beo, Mengurai Makna yang Kian Terlupakan
Banyak yang keliru memahami Penti sebagai sekadar perayaan serupa tahun baru, suatu anggapan yang tidak sepenuhnya benar.
Untuk mengembalikan makna Penti sebagai ritus sakral, hemat saya beberapa langkah perlu dilakukan.
Pertama, edukasi tentang budaya lokal harus diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan, terutama di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Generasi muda harus diajarkan bahwa tradisi seperti Penti adalah bagian dari identitas mereka yang harus dijaga.
Kedua, Peran para pemuka agama dan tetua adat dalam memberikan pemahaman kepadamasyarakat merupakan sebuah kebutuhan yang tak tergantikan.
Dalam tradisi Manggarai, Penti tidak hanya melibatkan tokoh adat tetapi juga unsur-unsur keagamaan. Hal ini menunjukkan adanya ruang dialog antara kepercayaan lokal dan agama modern.
Ketiga, dokumentasi dan publikasi tentang tradisi Penti harus ditingkatkan.
Buku-buku, artikel, dan film dokumenter dapat menjadi sarana untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang Penti, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Keempat, pemerintah daerah harus memberikan perhatian lebih pada pelestarian budaya lokal.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Manggarai 2023-2028, pelestarian budaya disebut sebagai salah satu prioritas. Namun, implementasinya masih perlu ditingkatkan.
Mengembalikan Kesakralan Penti
Menghidupkan kembali Penti sebagai ritus yang penuh makna hemat saya bukanlah tugas mudah, tetapi sangat mungkin dilakukan jika semua pihak bersinergi.
Generasi muda, masyarakat adat, pemerintah, dan lembaga pendidikan harus bergandengan tangan untuk menjaga warisan budaya ini tetap hidup.
Sebagai masyarakat Manggarai, kita harus berhenti melihat Penti sebagai sekadar tradisi usang. Sebaliknya, kita harus memaknainya sebagai identitas kolektif yang menyatukan kita dengan leluhur, alam, dan Sang Pencipta.
Dalam buku Tradisi dan Identitas karya Aloysius Gita (2021), disebutkan bahwa “tradisi adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Jika kita memutus jembatan ini, kita kehilangan identitas kita.”
Penutup
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.