Opini
Opini: Penti Weki Peso Beo, Mengurai Makna yang Kian Terlupakan
Banyak yang keliru memahami Penti sebagai sekadar perayaan serupa tahun baru, suatu anggapan yang tidak sepenuhnya benar.
Bagi nenek moyang Manggarai, Penti memang dapat dipahami sebagai semacam tahun baru, tetapi bukan dalam pengertian kalender modern.
Penti lebih menyerupai awal siklus kehidupan baru yang ditandai dengan musim tanam.
Dalam buku Ritus dan Tradisi di Nusantara karya Maria Wattimena (2020), disebutkan bahwa “bagi masyarakat agraris seperti Manggarai, setiap musim tanam adalah awal baru yang melibatkan tidak hanya manusia tetapi juga leluhur dan alam dalam harmoni.”
Dalam konteks ini, Penti adalah momen untuk mengucap syukur atas hasil panen sebelumnya sekaligus memohon berkat untuk musim tanam yang akan datang.
Oleh karena itu, hemat saya Penti tidak boleh disamakan dengan perayaan tahun baru yang berbasis kalender masehi.
Namun, apa yang terjadi saat ini? Penti seringkali dilaksanakan asal-asalan, hanya sebagai ajang pertemuan sosial atau hiburan.
Tidak sedikit yang bahkan melakukannya di luar Waktu yang seharusnya, misalnya di bulan November atau Desember, sekadar menyesuaikan jadwal liburan.
Hal ini, menurut tokoh adat Manggarai, Bapak Mikhael Mahar adalah bentuk “pembangkangan terhadap tradisi yang menodai kesakralan Penti.”
Mengapa Penti Kian Terkikis?
Modernisasi dan globalisasi seringkali menjadi kambing hitam atas terkikisnya tradisi lokal. Namun, kenyataannya lebih kompleks.
Dalam artikel Nasionalisme dan Tradisi Lokal di Jurnal Budaya Nusantara (2022), dijelaskan bahwa penyebab utama hilangnya makna tradisi adalah kurangnya edukasi terhadap generasi muda tentang pentingnya budaya lokal.
Masyarakat adat sering kali tidak lagi memahami alasan di balik setiap ritual.
Akibatnya, mereka melaksanakan tradisi hanya karena ini sudah biasa dilakukan. Pola pikir seperti ini yang membuat esensi Penti semakin hilang.
Dalam seminar adat yang diadakan oleh Universitas Flores pada Oktober 2023, disebutkan bahwa tradisi seperti Penti harus dilihat sebagai warisan hidup yang harus terus diperbaharui dan dimaknai ulang.
Upaya Revitalisasi Makna Penti
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.