Breaking News

Opini

Opini: Politik Hibernasi di Pilkada 2024

Komisi Pemilihan Umum menampilkan data daerah yang terlibat dalam pilkada serentak 2024 yakni sebanyak 37 Provinsi dan 508 Kabupaten/Kota. 

Editor: Dion DB Putra
tribunnews.com
ilustrasi 

Negeri ini kelebihan orang-orang bermental bos dan berjiwa majikan sehingga ketika terpilih sangat sulit untuk melayani rakyat dengan baik dan lebih parahnya lagi bagi-bagi kekuasaan kepada para tim sukses.

Hibernasi Politik Penghambat Bonum Commune

“Bangsa ini tidak kekurangan orang pintar tetapi kekurangan orang jujur.” Kalimat ini mau mengungkapkan satu hal dari bangsa ini bahwa negeri ini darurat kekurangan orang jujur. Politik telah berubah wajah setelah direnggut oleh orang-orang “mata duitan”. 

Senada dengan kalimat di atas, dalam konteks hibernasi politik, kalimat tersebut bisa diserupakan dan bisa disepadankan namun dengan bungkusan dan kalimat yang berbeda. 

Maka kalimat yang sepadan dengan kalimat di atas adalah “Bangsa ini tidak kekurangan orang-orang potensial tetapi kekurangan orang-orang berjiwa hamba”. Provinsi dan negeri ini kelebihan orang-orang potensial tetapi kurang pengelolaan potensi itu untuk kebaikan bersama.

Hibernasi politik membawa bangsa dan negeri ini mendekati jurang kehancuran karena potensi-potensi orang-orangnya tidak dimanfaatkan untuk kebaikan bersama tetapi hanya untuk kepentingan diri sendiri. 

Sehingga tidak mengherankan jika setiap pergantian rezim kepempimpinan, keluhan dan rintihan yang sama tetap terdengar karena, setelah terpilih para pemenang berhibernasi di dalam kantor, istana dan rumah dinas. 

Bangsa dan provinsi ini membutuhkan pemipin yang berjiwa sosial dan merakyat agar bisa berpartisipasi dalam penderitaan yang dialami oleh rakyat.

Bonume Commune hanya bisa terwujud bila orang-orang pintar di negeri ini menjadi jujur dan orang-orang berpotensi memiliki jiwa pelayanan. 

Bangsa dan nusa tercinta ini berkelimpahan orang-orang hebat namun kemudian takluk di bawah kekuasaan dan uang.  Momentum pilkada ini menjadi kesempatan bagi segenap rakyat agar cerdas dalam memilih pemimpin yang mampu mengintegrasikan kepintaran, kejujuran di dalam pelayanan kepada rakyat.

Tolak Politik Uang

Sabam Sirait dalam bukunya mengatakan bahwa politik itu suci. Lantas di mana letak kesucian politik itu? Sampai hari ini kata “politik” berkonotasi negatif di mana diartikan sebagai pekerjaan tipu-menipu. 

Sejatinya sejak awal politik itu baik adanya dan suci namun karena kekuasaan politik jatuh di tangan orang yang salah, wajah politik kemudian berubah makna dan kehilangan marwah kesuciannya. 

Politik itu suci karena berasal dari Tuhan. Sejak awal manusia diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk berkuasa atas segala ciptaan dan kekuasaan itu milik Tuhan.

“Tunduklah, karena Allah, kepada semua Lembaga manusia baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi”(1Pet 2:13). 

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved