Lewotobi Erupsi

Lewotobi Erupsi, Siswa Belajar Daring di Rumah, Beredar Wacana Relokasi Sekolah dan Biara SSpS

terkecuali siswa yang rumahnya di wilayah terdampak erupsi mengikuti keluarganya ke posko pengungsian.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Tampak depan SMA Seminari San Dominggo Hokeng terdampak erupspi Gunung Lewotobi Laki-laki. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Letusan dahsyat Gunung Lewotobi Laki-laki, Minggu, 3 November 2024, merusak puluhan bangunan rumah warga beserta sekolah.

SMA Seminari San Dominggo Hokeng, SMPK Sanctissima Trinitas dan Biara SSpS termasuk dalam daftar kerusakan parah.

Selain bangunan sekolah yang rusak, tiga lembaga ini juga berada dalam zona bahaya bencana. Jaraknya lebih kurang 5 kilometer dari pusat erupsi.

Penghuni sekolah sudah pergi ke tempat aman, bersamaan dengan warga delapan desa di Kecamatan Ile Bura dan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur.

Baca juga: Lewotobi Erupsi,  Warga Sikka Dievakuasi Saat Aktivitas Vulkanik Gunung Meningkat Signifikan

Kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka dihentikan untuk sementara waktu. Sekolah online atau daring mulai diterapkan. Siswa pada sekolah swasta katolik itu mengikuti KBM daring menggunakan handphone yang terisi kuota internet.

Banyak ruangan SMPK Sanctissima Trinitas rusak berat. Atapnya jebol dihantam material erupsi. Sekolah yang memiliki 157 siswa itu dipulangkan ke orangtuanya, terkecuali siswa yang rumahnya di wilayah terdampak erupsi mengikuti keluarganya ke posko pengungsian.

SMPK Sanctissima Trinitas terletak di Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang. Masuk dalam wilayah terdampak parah, sekolah ini luluhlantak dihantam bencana. Ada kubangan besar di sekitar sekolah itu, dua diantaranya di bagian timur dan selatan, dekat dengan pagar.

"Sangat terdampak parah, sehingga tidak mungkin lagi ada KBM seperti biasa. Semua aktivitas di sekolah sudah dihentikan," ujar Kepala Sekolah (Kepsek) SMAK Sanctissima Trinitas, Sr. Lidwin Maria, SSpS pada Rabu, 13 November 2024.

Seberapa parah kerusakan sekolah belum bisa dideskripsikan. Sangat beresiko jika berada di sana. Gunung Lewotobi Laki-laki masih terus meletus. Material vulkanik melanda SMPK Sanctissima dan permukiman arah barat-barat daya gunung.

Sekolah daring juga diterapkan bagi 232 siswa SMA Seminari San Dominggo Hokeng setelah mereka diarahkan kembali ke orangtuanya. 

Rektor Seminari San Dominggo Hokeng, RD. Martin Kapitan, mengatakan kegiatan belajar mengajar (KMB) daring dilaksanakan sejak, Senin, 11 November 2024, menggunakan aplikasi LMSEgon.

"Semua siswa kita kembalikan ke orang tua masing-masing. KBM daring sudah berjalan bagi 242 siswa yang didukung 30 guru. Untuk keberadaan guru, sebagian besarnya ada di Paroki Lewolaga (salah satu titik lokasi bagi pengungsi)," ujarnya.

Meski menghadapi sejumlah kendala, seperti jaringan dan sebagainya, namun KBM seperti ini dinilI efektif. Pihaknya akan mengevaluasi proses belajar-mengar setiap minggu.

Menurutnya, tembok sekolah masih berdiri kokoh, namun bagian interior dan jendela rusak parah. Todak ada korban jiwa meksi sejumlah siswa mengalami luka saat terjadi ledakan dahsyat.

Salah satu siswa SMA Seminari San Dominggo, Nazarius Kedang Koban, mengaku sangat merindukan suasana belajar di dalam ruang kelas bersama teman-temannya yang datang dari pelbagai daerah di NTT.

Siswa kelas XII-2 IPS asal Desa Lerek, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata sudah berada di rumahnya sejak Senin, 14 November 2024. Mereka sebelumnya menyelamatkan diri dari Asrama Seminari ke Desa Lewolaga, Kecamatan Titehena.

"Semoga suatu saat nanti bisa kembali ke sekolah, saat semuanya sudah membaik dan Gunung Lewotobi Laki-laki kembali normal," katanya.

Muncul Wacana Relokaso Sekolah dan Biara

Setelah bangunan luluhlantak dihantam batu dan material panas ikutannya, muncul kabar yang sangat mengejutkan. SMA Seminari San Dominggo, SMPK Sanctissima Trinitas, dan Biara SSpS bakal direlokasi ke tempat lain.

SMA Seminari San Dominggo Hokeng bakal direlokasi ke Lamanabi, Kecamatan Tanjung Bunga, Flores Timur. SMPK Sanctissima akan dipindahkan ke Kewapante, Kabupaten Sikka. Begitu pula para suster bersama novisiat dan postulan akan dipindahkan ke Lela, Kabupaten Sikka.

Wacana pemindahan semakin mengemuka di media sosial facebook, whatsapp, dan tiktok.

Informasi ini membuat warga di Desa Hokeng Jaya, Klatanlo, Boru, Dulipali, dan sekitarnya sangat sedih. Sebab ketiga instansi ini sudah menjadi ciri khas dan indentitas tersendiri bagi wilayah-wilayah itu.

Meski masih wacana yang belum diketahui kebenarannya, namun tak sedikit orang malah mempercayai informasi lewat potongan pesan yang mengumbar nama salah satu pastor serta Suster (Sr) Superior Biara SSpS.

Informasi ini sudah marak bahkan semakin tersebar luas. Tanda tanya besar pun muncul, apakah benar SMA Seminari San Dominggo, Biara SSpS, dan SMPK Sanctissima bakal dipindahkan?

Menanggapi hal itu, Rektor Seminanari San Dodominggo Hokeng, RD. Martin Kapitan, menegaskan relokasi sekolah masih sebatas wacana atau belum menjadi sebuah keputusan.

Ia menerangkan, relokasi sekolah merupakan keputusan resmi dari Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung. Ia menyayangkan informasi yang beredar tanpa konfirmasi itu.

"Relokasi Seminari masih sebatas wacana, belum merupakan keputusan resmi dari yang berwenang, yaitu bapak Uskup. Yang beredar di media sosial itu, informasi lepas tanpa konfirmasi ke pihak yang berwenang," katanya.

Romo Martin menambahkan, butuh kajian ilmiah dari para ahli kebumian, kegunungan, kebencanaan, serta pihak yang berkompeten lainnya.

Koordinator JPIC SSpS Flores Bagian Timur, Sr. Wilhelmina Kato, SSpS, terkejut dengan informasi tersebut. Wilhelmina bahkan baru tahu kabar itu dari Ketua DPRD Flores Timur, Albert Ola Sinior dan anggota DPRD, Abdon Julius.

"Kami semua terkejut. Kemarin (Selasa, 12 November 2024), saya juga ditelfon soal ini," katanya saat dihubungi wartawan melalui sambungan telepon.

Tiga lembaga ini menjadi aset berharga bagi Kabupaten Flores Timur, NTT. Meski sangat terdampak bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, namun kabar relokasi ke luar Flores Timur membuat banyak orang seperti sudah kehilangan.

Anggota DPRD Flores Timur Fraksi Partai NasDem, Abdon Julius, mengatakan warga terdampak dibuat gelisah dengan kabar itu. Meski masih sebatas wacana, namun relokasi sekolah dan biara terasa menyakitkan.

Wakil rakyat Dapil 7 ini menerangkan, bencana telah menyisahkan banyak kerusakan, korban jiwa dan luka-luka.

 Apabila ketiga lembaga itu jadi direlokasi demi pertimbangan keamanan, maka jangan sampai keluar dari Flores Timur, sebab dampak kehilangan yang dialami akan bertambah banyak.

"Itu adalah aset Flores Timur yang mesti kita pertahankan. Kalaupun direlokasi, jangan ke wilayah lain. Biara SSpS, SMA Seminari, dan SMP Sanctissika menjadi bagian dari semua orang yang hidup di Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, Dulipali, dan sekitarnya," katanya kepada wartawan, Rabu, 13 November 2024.
 
Abdon berharap, Pemerintah Daerah (Pemda) Flores Timur mempertahankan tiga lembaga itu, jika sewaktu-waktu ada rencana relokasi yang lebih serius.

Menurutnya, Biara SSpS, SMA Seminari San Dominggo, dan SMP Katolik Sanctissima telah memberikan karya nyata. Identitas desa-desa di sekitar lembaga itu memiliki hubungan yang sangat erat. 

"Kita semua sangat butuh. Semoga wacana ini tidak benar," ujarnya.

Selain menanggapi wacana itu, Abdon Julius juga meminta kepedulian segelintir pihak agar jangan memposting informasi palsu/hoax.

Masyarakat diminta jangan mudah menelan informasi secara mentah-mentah, tanpa tahu sumber serta kebenarannya.

"Mereka sedang merasakan kehilangan dan trauma, jangan lagi menambah informasi yang menyakiti perasaan orang," harapnya.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved