Polemik Disertasi Bahlil Lahadalia, Jatam Keberatan Dicatut sebagai Informan 

Menurut Melky, Jatam  memberikan persetujuan wawancara kepada seseorang bernama Ismi Azkya pada 28 Agustus 2024, yang mengaku sedang meneliti.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG-COM/HO
Kordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang, Melky Nahar. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Polemik terkait disertasi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia belum bertepi. 

Jaringan Advokasi Tambang atau Jatam merasa keberatan nama organisasinya itu dicatut sebagai informan dalam disertasi itu.

Koordinator Nasional Jatam Melky Nahar mengatakan, surat keberatan tersebut sudah disampaikan kepada pihak Universitas Indonesia hari Kamis, 7 November 2024.

“Iya betul, kami kirim kemarin ke UI. Kami tidak pernah memberikan persetujuan, baik secara tertulis maupun lisan, untuk menjadi informan utama bagi disertasi tersebut,” ujar Melky saat dihubungi, Jumat (8/11/2024). 

TOKOH BESAR – Bahlil Lahadalia menyindir pedas Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang cenderung menghalang-halangi pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Bu Mega.
 Bahlil Lahadalia 

Menurut Melky Nahar, Jatam tidak pernah memberikan persetujuan kepada Bahlil untuk menjadi informan utama dalam disertasi yang disusunnya demi menyelesaikan program studi doktor di UI. 

Menurut Melky, Jatam  memberikan persetujuan wawancara kepada seseorang bernama Ismi Azkya pada 28 Agustus 2024, yang mengaku sedang melakukan penelitian. 

Saat itu, Ismi Azkya mengaku kepada Jatam sedang melakukan penelitian untuk dirinya sendiri sebagai tim peneliti di Lembaga Demografi UI, bukan orang lain. 

“Sebagaimana ia memperkenalkan diri kepada kami. Ia hanya menjelaskan sedang melakukan penelitian terkait dengan profesinya sebagai peneliti di Lembaga Demografi UI,” kata Melky.  

“Adapun penelitian yang dimaksud berkaitan dengan dampak hilirisasi nikel bagi masyarakat di wilayah tambang,” ujarnya.

Melky Nahar menegaskan, ketika Ismi Azkya mengajukan penelitian hingga proses wawancara, Jatam tidak diberikan informasi yang memadai bahwa hal ini adalah bagian proses penyelesaian disertasi Bahlil. 

“Kami tidak diberi informasi yang layak dan memadai bahwa wawancara tersebut merupakan salah satu proses penelitian bagi disertasi Bahlil Lahadalia,” kata Melky.

Selain itu, kata Melky, Ismi Azkya juga tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai tujuan penelitiannya, sampai akhirnya terungkap nama Jatam dijadikan informasi utama dalam disertasi Bahlil. 

“Surat penolakan ini kami sampaikan untuk menjadi perhatian. Kami menuntut nama Jatam beserta seluruh informasi yang telah diberikan untuk dihapus dari disertasi tersebut,” ujarnya.

Penjelasan Universitas Indonesia

Pihak Universitas Indonesia (UI) Jakarta memberi tanggapan atas Jatamn yang mengajukan keberatan kepada mereka atas pencatutan nama organisasinya dalam disertasi Bahlil. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved