Opini
Opini: Melawan Narsisme, Peran Ziarah Rohani dalam Membentuk Imam yang Melayani
Ziarah menjadi landasan yang kokoh dalam membangun fondasi iman dan dedikasi mereka sebagai pemimpin Gereja di masa mendatang.
Ziarah ini menjadi momen penting bagi para frater untuk merenungkan panggilan mereka sebagai calon imam, yang dipanggil bukan untuk mencari kemuliaan diri, tetapi untuk berkorban dan melayani umat Allah dengan penuh kasih.
Lebih dari itu, ziarah ini juga berfungsi sebagai sarana refleksi intelektual.
Optatam Totius menekankan bahwa formasi calon imam harus mencakup pemahaman mendalam tentang ajaran moral Gereja.
Hal ini penting agar para imam mampu memberikan bimbingan yang tepat dalam menghadapi persoalan hidup yang semakin kompleks.
Ziarah ke Watu Bala menjadi kesempatan bagi para frater untuk memperdalam pemahaman mereka akan ajaran Gereja, sembari mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas sebagai gembala yang penuh kasih dan kebijaksanaan.
Pengakuan yang transformatif dan didasari oleh kesadaran spiritual yang mendalam akan menjadi fondasi kokoh bagi para frater dalam menjalankan panggilan mereka.
Dengan demikian, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan pastoral yang berat, mereka akan tetap setia pada panggilan untuk melayani Allah dan umat-Nya dengan ketulusan dan dedikasi penuh.
Penutup
Ziarah rohani, seperti yang dilaksanakan oleh para frater tingkat lima Seminari Tinggi Interdiosesan Santu Petrus Ritapiret ke Watu Bala, Maumere bukan sekadar ritual devosi, tetapi merupakan bagian integral dari proses formasi imamat yang menyeluruh.
Ziarah ini memberikan kesempatan bagi para frater untuk memperdalam pengakuan mereka kepada Kristus dalam bentuk pengakuan transformatif yang bersifat spiritual pengakuan yang tidak hanya terucap melalui kata-kata, tetapi tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang berakar
kuat pada Kristus.
Melalui perjalanan ini, para frater dipanggil untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan pastoral yang semakin kompleks di dunia modern.
Mereka diajak untuk merefleksikan tanggung jawab moral mereka sebagai calon imam, sekaligus memperdalam pemahaman mereka akan ajaran Gereja, sehingga mampu melayani umat Allah dengan sepenuh hati.
Dalam pandangan saya, ziarah ini adalah salah satu cara paling efektif bagi calon imam untuk memperkuat iman mereka, memperdalam refleksi teologis, serta mempersiapkan diri untuk pelayanan yang menuntut pengorbanan.
Sejalan dengan ajaran Konsili Vatikan II yang menekankan pentingnya formasi menyeluruh bagi para calon imam, ziarah ini menjadi landasan penting dalam membentuk karakter, iman, dan komitmen pelayanan mereka.
Oleh karena itu, ziarah rohani bukan sekadar perjalanan fisik menuju tempat suci, tetapi simbol perjalanan iman yang lebih dalam, sebuah Langkah menuju Allah sumber segala kekuatan dan penghiburan dalam panggilan seorang imam dan calon imam. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.