Opini

Opini: Kecerdasan Sosial Maksimal, Maksimus

Pertanyaan yang mungkin sedikit menggoda, mengapa Uskup Maksimus Regus yang terpilih dan bukan yang lain? 

Editor: Dion DB Putra
TANGKAPAN LAYAR YT/UNIKA SANTO PAULUS TV
Mgr. Dr. Maksimus Regus. 

Pemahaman tentang kecerdasan sosial ini menemukan contoh perwujudannya dalam diri Uskup yang menamatkan S2 sosiologi di UI (2009), yang kemudian mengambil Postgraduate dari Universitas Rotterdam Erasmus, Belanda  2017, dan S3 di Universitas Katolik, Tilburg, Belanda. 

Pertama, secara pribadi, uskup Regus telah membawa dalam dirinya dan ditampilkan secara otentik tanpa memolesnya.  

Inilah modal diri yang amat kuat. Keaslian diri inilah yang menjadi awal darinya diharapkan meluas. 

Dalam bahasa Yehesekiel 36:25, uskup berusaha menjadi ‘air bersih’ untuk dapat membersihkan ‘piring dan gelas’ yang kotor. Di sini yang barangkali menjadi kendala yang selama ini terasa. 

Banyak kekotoran yang ingin dibersihkan tetapi sayangnya yang digunakan adalah air yang kotor.  

Kedua, keunggulan diri Uskup Regus sudah dipraktikkan dalam lingkup terbatas dalam relasi sosial yang saling membesarkan. 

Banyak yang bersaksi, uskup Regus sebagai pribadi dan teman telah menghadirkan hubungan sosial yang membesarkan. 

Kadang ia begitu ceplas-ceplos memberikan komentar singkat tentang keakraban yang telah dipraktikkan selama masa belajar. Tetapi ungkapan itu jauh dari sarkasme linguistik yang merendahkan apalagi menertawakan orang lain. 

Uskup Regus kalau pun menghadirkan lucuan, ia lebih memilih menjadikan dirinya sebagai objek tertawaan ketimbang  mengalihkan kepada teman lainnya. 

Dua hal ini diharapkan menadi modal besar dalam merancang sebuah hubungan sosial yang lebih kaya dan memiliki dampak yang lebih luas. 

Dalam bahasa Genale, diharapkan dapat menjadi kemampuan mengelola perubahan sosial yang kompleks. 

Itulah yang diharpkan bahwa berada di sebuah Destinasi Wisata Super Premium seperti Labuan Bajo, Uskup Regus dapat merancang secara ke dalam tim pastoral yang hebat terdiri dari imam-imam yang ‘sefrekuensi’ dalam kesalehan dan kesahajaan diri. Ini akan menjadi kekuatan diri. 

Dengan tim kerja yang kuat diharapkan akan menjadi model untuk merancang sebuah relasi multikultural yang jauh lebih luas. 

Hal itu sudah menjadi konsideran Uskup Regus untuk menempatkan dialog antaragama terutama dengan kaum muslim yang hampir 20 persen di Manggarai Barat. 

Kebersamaan itu diharapkan dapat menjadi kekuatan baru yang diharapkan bisa memberi warna dan secara khusus dapat memberikan andil terhadap transformasi terhadap Labuan Bajo pada khususnya dan Manggarai Barat pada umumnya. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved