Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 17 Oktober 2024, Tidak Berkompromi dengan Kejahatan
Kedua pihak seolah-olah bekerja sama: Nenek moyang membunuh para nabi, sementara mereka membangun makamnya.
Oleh: Pastor John Lewar SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Kamis 17 Oktober 2024, Tidak Berkompromi dengan Kejahatan
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor
Perayaan Wajib St. Ignasius dr Antiokhia
Lectio: Efesus 1:1-10; Mazmur 98:1.2-3ab.3cd-4.5-6
Injil: Lukas 11:47-54
Meditatio:
Dalam Injil, Yesus tampil dengan garang. Ia mengecam orang-orang Farisi dan ahli Taurat dengan kata-kata yang keras bahkan menyakitkan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 15 Oktober 2024, Bersih Luar Dalam!
”Celakalah kamu……” Kata-kata ini tidak hanya bernada mengecam namun juga ada nada mengutuk, Yesus bersikap tegas terhadap kesalahan. Ia tidak pernah mau berkompromi dengan si jahat. Ia mengusir, Ia mengutuk.
Yesus mengecam para ahli Taurat karena mereka membangun makam nabi-nabi, padahal nabi-nabi tersebut dibunuh oleh nenek moyang mereka sendiri. Dengan berbuat demikian, mereka menyangka dapat memulihkan dosa nenek moyang mereka.
Yesus justru melihat hal yang sebaliknya. Dengan membangun makam para nabi, mereka justru membenarkan tindakan nenek moyang mereka. Kedua pihak seolah-olah bekerja sama: Nenek moyang membunuh para nabi, sementara mereka membangun makamnya.
Para nabi dan rasul adalah orang-orang yang diutus Allah kepada umatNya. Ia mengutus mereka untuk mengingatkan umat supaya hidup benar di hadapan-Nya, sehingga Ia berkenan kepada mereka dan menganugerahkan kebahagiaan. Dengan kata lain, para nabi dan rasul diutus oleh Allah yang mengasihi umat-Nya demi kebahagiaan mereka
sendiri.
Namun, umat Allah menanggapi hal itu dengan kejam. Sebagian nabi mereka bunuh, sebagian yang lain mereka aniaya. Salah seorang nabi yang dibunuh oleh nenek moyang orang Yahudi adalah Nabi Zakharia, yang juga seorang imam (2Taw. 24:20-22).
Ia menyampaikan kepada umat Israel bahwa mereka sudah melanggar perintah Allah, sehingga Yang Mahakuasa meninggalkan mereka. Orang Israel tidak senang mendengar perkataan Nabi Zakharia, sekalipun yang disampaikannya adalah firman Allah. Mereka pun mengadakan persepakatan, di mana Raja Yoas yang berkuasa pada masa itu ikut terlibat. Atas perintah raja, mereka melontari Nabi Zakharia dengan batu di pelataran Bait Allah sampai mati.
Orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat tak mampu meladeni Yesus; bukan karena mereka kurang cerdas, tetapi Ia orang benar dan menyatakan kebenaran. Dengan penuh wibawa Yesus melancarkan kritik pedas dan keras. Yesus tidak akan pernah berkompromi dengan kejahatan. Teguran atas dasar kebenaran sejarah dan fakta tak terbantahkan.
Merekapun
tahu orang ini sedang menguak kebenaran. Tetapi bukan menerimanya dengan lapang dada dan mencari jalan baru untuk memperbaiki kesalahan personal dan historis, Mereka malah melawanNya secara membabi buta. Mereka tak sudi mengakui kesalahan dan berjuang menghapusnya, malah berkomplot hendak “menghapuskan’ jejak sang
kebenaran.
Sebelum “orang ini” makin membongkar kesalahan dan kekurangan “kaumnya” lebih baik mencari-cari alasan untuk
menyerangnya lebih dahulu. Dan memang mereka terus mengintai gerakgerikNya dan mencari-cari alasan yang boleh dimanipulasi untuk melenyapkan sang kebenaran itu.
Akhirnya kita semua tahu “ending” kisah “pertarungan” Yesus dan para ahli Taurat. Mereka menang dan berhasil menangkap, membunuh dan melenyapkan Yesus. Mereka melakukan apa yang dulu sudah dilakukan nenek moyang mereka kepada para Nabi, utusan Allah dan justru makin mengumumkan kepada dunia benarlah ungkapan Yesus atas mereka. Atas dasar egoisme dan kecenderungan manusiawi yang tak bersedia dianggap bersalah, meskipun faktanya demikian, kitapun kadang bertindak gegabah dan bermegah dalam kesalahan dan kedosaan.
Hari ini, kita mengenang Santo Ignatius dari Antiokhia, Uskup dan martir yang mengambil pendirian terakhirnya demi kebenaran dengan menolak mengikuti agama negara kafir. Akibatnya, 107 tahun setelah penyaliban Yesus, Santo Ignatius dari Antiokhia dicabik-cabik sampai mati oleh singa. "Akulah gandum Tuhan," katanya, dalam perjalanan menuju eksekusi. "Aku harus digiling oleh gigi binatang buas ini agar dapat dijadikan roti Kristus yang murni."
Missio: Sadarilah diri kita masing-masing akan dosa masa lalu. Dosa itu sudah melukai hati orang lain. Luka itu harus kita sembuhkan agar tidak menjadi borok dendam dan kebencian yang menahun. Kita mengakui diri dan bertobat.
Doa: Bapa, berikanlah kami saudara-saudari yang senantiasa menjadi sahabat dalam perjalanan Kmi. Sahabat yang memberikan penghiburan dan kekuatan dikala aku lelah dan tak berdaya. Namun, juga sahabat yang berani menegur kala kami jauh dari-Mu. Amin
Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Kamis. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa d an Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.