Opini

Opini: Masa Depan NTT ke Mana?

Ansy dan Jane selalu bertumpu pada konsep Nelayan, Tani, Ternak. Suatu konsep kebenaran yang mewakili 80 persen perekonomian NTT.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Calon Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Jane Natalia Suryanto 

Sejuta pesona alam dan budaya NTT seharusnya sudah mengantar provinsi ini sebagai garda depan pariwisata nasional atau bersaing dengan Bali. Akan tetapi, pariwisata NTT seperti singa tidur yang tidak memberikan dampak signifikan bagi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat. 

Banyak faktor penyebab tidak maksimalnya sumbangan sektor pariwisata di NTT. Faktor penyebab utama adalah minimnya infrastruktur (dan amenitas), selain masalah promosi kurang, SDM rendah, dan sebagainya. Melihat pesona wisata inilah, makanya pariwisata NTT mulai dibangun. Pariwisata NTT sekarang sudah mulai tumbuh. Itu setidaknya bisa dilihat dari indicator- indikator positif di sektor pariwisata. 

Saya lebih menganjurkan teman-teman investor untuk siap-siap melirik pembangunan sektor pariwisata. Jika hotel yang akan dibangun. Anda juga harus mengintip data jumlah wisatawan asing dan domestic yang masuk ke NTT. Pada tahun 2023, jumlah tamu asing dan local yang menginap di hotel-hotel di NTT mencapai 778 568 tamu (BPS NTT:2023) dengan rincian terbanyak Kota Kupang sebesar 315.301 tamu dan Manggarai Barat/Labuan Bajo sebanyak 216.800 tamu. Kabupaten lainnya di NTT, masih sangat rendah.

Jika anda ingin membangun hotel, masih ada ruang untuk tumbuh, karena pemerintah memproyeksikan jumlah wisatawan masuk ke NTT sampai tahun 2030 mencapai 2 juta tamu. Itu artinya, masih ada ruang terbuka untuk melakukan investasi di sektor perhotelan. 

Untuk itu, saya menganjurkan teman-teman pengusaha ekowisata. Di beberapa tempat wisata di Indonesia, banyak sekali best practices yang bisa dikembangkan dalam rangka menciptakan objek wisata yang ekologis sekaligus berdampak ekonomis. Beberapa best practices berikut dapat ditiru atau dimodifikasi sesuai konteks NTT.

Pertama, akomodasi (vila, penginapan, resort) berkonsep ramah lingkungan. Akomodasi yang ekologis dan ekonomis menyediakan air panas dengan pemanfaatan pemanas tenaga surya, menggunakan air limbah dapur dan kamar mandi untuk mengairi kebun mereka dengan pengolahan limbah sederhana. Restoran dilengkapi dengan perpustakaan mini, tempat bersantai dan makan.

Resort dibangun dengan bukaan yang memanfaatkan pemandangan laut dan kebun yang indah sehingga tidak perlu menggunakan AC. Tidak hanya ramah lingkungan, resort ekowisata juga menyediakan pelayanan wisata berupa penjelajahan lingkungan sekitar seperti pengamatan burung atau trekking di hutan. 

Kedua, sistem pengolahan sampah. Saat ini banyak penyedia jasa industri pariwisata (restoran atau hotel) melakukan pemilahan sampah menjadi sampah organik dan non-organik. Sampah sisa makanan dipisahkan dengan sampah-sampah seperti kaleng, kaca, maupun plastik.

Selain itu, kertas daur ulang bisa dijadikan bahan dasar industri kerajinan seperti kotak pensil, tas, dompet, agenda, kartu ucapan dari kertas bekas koran, majalah maupun dokumen kantor yang tidak terpakai lagi. Dedaunan dan bunga rontok juga bisa dijadikan sebagai ornamen/hiasan. Hemat kami, ini sangat penting bagi NTT.

Ketiga, menghemat penggunaan air. Untuk menghindari penggunaan botol plastik air minum mineral, usaha penyedia jasa pariwisata dapat menjual air minum isi ulang sebagai pengganti air minum mineral dengan botol plastik. Selain untungnya lebih banyak, praktik ini juga membantu mengurangi penggunaan botol plastik air minum mineral. Hotel-hotel juga memberlakukan langkah hemat air.

Usaha ini bukan sesuatu yang baru. Hotel-hotel di Yogyakarta, Bali dan Lombok memberlakukan langkah penghematan air dengan meminta kepada tamunya untuk tidak mencuci handuk dan seprei setiap hari, karena cukup banyak air yang digunakan untuk mencuci handuk dan seprei. Bahkan salah satu hotel bintang empat di Sanur, Bali, mengadakan undian berhadiah bagi tamu yang mendukung langkah penghematan air tersebut. Hal-hal seperti ini bisa dicoba di NTT.

Keempat, ekowisata di Hutan Bakau. Penyedia jasa paket wisata manggrove atau bakau dapat menawarkan paket ekowisata kepada pengunjung. Aktivitas seperti trekking, pengamatan burung, naik sampan dan penanaman bakau merupakan tawaran yang diberikan kepada pengunjung.

Pengunjung dapat juga mengadopsi bakau. Penyedia paket harus sering melakukan aktivitas penyadaran dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya bakau bagi kawasan pesisir serta mengadakan kegiatan pelatihan kepada pelajar, guru sekolah, dan LSM.

Kelima, kursus memasak dan sajian makanan khas lokal. Restoran dan warung makan harus berani menyajikan masakan khas daerah. Masakan yang disajikan diolah secara higienis. Selain itu, untuk lebih memperkenalkan makanan tradisional, restoran dan warung makan berani mengadakan kursus memasak makanan khas bagi wisatawan. Pada saat itu, tarian-tarian daerah dipertontonkan oleh para penari lokal.

Keenan, sajian makanan khas lokal dengan memanfaatkan rumah tinggal. Salah seorang pencinta seni yang pintar memasak di Yogyakarta, membuka warung dengan menyulap ruang tamu di rumahnya yang berbentuk joglo khas Jawa menjadi sebuah restoran kecil yang nyaman dan bersih. Warung dengan nama ”Warung Opera” ini menyajikan masakan khas Yogya serta memodifikasi penganan tradisional seperti pisang goreng berbalut gula merah.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved