Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen 16 Oktober 2024, Keluarga yang Saling Menopang Pelayanan

Berikut ini adalah renungan harian Kristen yang disampaikan Pdt. Frans Nahak, M. Th dengan judul Keluarga yang Saling Menopang Pelayanan.

Editor: Agustinus Sape
DOK. PRIBADI
Pdt. Frans Nahak adalah Pendeta di Jemaat Paulus Taebone, Klasis Amanuban Timur)  

Pekerjaan yang dilakukan bersama-sama ialah pembuat kemah atau tukang kemah/tenda. Mereka memiliki keahlian membuat tenda untuk saling menghidupkan.

Tenda mereka dibuat dari kulit kambing yang harus dipotong seorang ahli dan dijahit dengan tepat.

Di Korintus mereka mencari pasar untuk memulai usaha pembuatan tenda. Dari hasil inilah mereka menopang ekonomi pelayanan penginjilan.

Sambil mendagangkan tenda, Paulus menggunakan kesempatan tersebut memberitakan Injil. Setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadah (ay. 4). Ia meyakinkan orang Yahudi dan Yunani bahwa Yesus adalah Mesias (ay. 4 dan 5).

Paulus mendapat tantangan sehingga ia pindah ke keluarga yang kedua, yaitu Titius Yustus. Ia seorang non-Yahudi, yang bersimpati pada Yudaisme di Korintus yang memberikan akomodasi kepada Paulus di gereja rumah, setelah dia diusir dari Sinagoga setempat (ay. 7).

Titius Justus kemungkinan adalah warga negara Romawi. Titius Justus, seorang yang takut Tuhan yang beribadah kepada Tuhan (ay. 7), rumahnya bersebelahan dengan Sinagoga.

Ketiga, Silas dan Timotius yang datang dari Makedonia yang membuat Paulus semakin bersemangat memberitakan Injil (ay. 5).

Pokok-pokok renungan 

Pertama, metafora gereja sebagai keluarga Allah, salah satu penekanannya pada persaudaraan itu tidak lagi bersifat hubungan biologis saja, tetapi berbasiskan iman kepada Yesus Kristus. Akwila dan Priskila serta Titius Yustus tidak memiliki hubungan biologis dengan Paulus, namun mereka menerima Paulus sebagai sesama orang percaya kepada Kristus, saudara dalam Kristus.

Banyak kisah hidup pelayan-pelayan Tuhan ketika mau ditempatkan di wilayah pelayanan tertentu tidak mengenal seorang pun sebagai keluarga di jemaat tersebut, namun setelah melayani di sana ia memiliki banyak keluarga, menjadi saudara, anak, sekaligus orang tua.

Dalam jemaat, ia menemukan saudara “tidak serahim” yang sangat mengasihinya, mereka selalu ada dalam suka dan duka, yang menjadi penopang pelayanan.

Ketika menjalani masa vikariat di Klasis Pantar Barat, sebelum ke sana ada rasa takut dan khawatir karena tidak ada keluarga di sana. Namun setelah tiba di sana untuk menjalankan masa vikariat, semua warga jemaat menjadi orang tua dan saudara bagi saya. Mereka memperhatikan saat dalam sakit dan senang.

Sampai saat ini saya masih menjadi bagian dari keluarga di tempat vikaris. Sampai saat ini saya masih menjadi anak Beang.

Demikian juga ketika ditempatkan menjadi pelayan di salah satu jemaat di pedalaman Timor. Tuhan mengutus beberapa orang dalam jemaat menjadi keluarga yang sangat dekat. Mereka ada  pada saat susah dan senang. Tuhan menyiapkan keluarga bagi para pelayan, seperti Allah menyiapkan Akwila dan Priskila serta Titius Yustus.

Kedua, menjadi anggota keluarga yang tidak saling membebani. Keluarga memang tempat untuk bergantung namun bukan untuk menjadi beban. Ketergantungan ada batasan-batas tertentu.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved