Opini

Opini: Menuju Kemenangan Pilkada dengan Kampanye Digital

Jika diperhatikan tidak sedikit dari calon yang mengandalkan teknologi informasi sebagai pilar utama untuk menarik simpati pemilih.

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/HO
Dosen Program Studi Teknik Informatika STIKOM Uyelindo Kupang, Max ABR. S. Lenggu, S.Kom.,M.T. 

Oleh: Max ABR. S. Lenggu, S.Kom.,M.T.

( Dosen Program Studi Teknik Informatika STIKOM Uyelindo Kupang )


POS-KUPANG.COM - Proses pemilihan kepala daerah serempak diseluruh Indonesia sedang berlangsung. Saat ini telah memasuki masa kampanye dan sesuai jadwal pengumutan suara akan dilaksanakan tanggal 27 November 2024.

Segala cara digunakan demi memenangkan kandidat yang diusung. Sosial media dihujani dengan berbagai macam informasi kampanye. Ada yang mengumbar janji, ada juga yang memamerkan kebaikan, ada  yang memerkan keberhasilan, dan lain sebagainya.

Jika diperhatikan tidak sedikit dari calon yang mengandalkan teknologi informasi sebagai pilar utama untuk menarik simpati pemilih.

Teknologi Informasi  bisa menjadi alat bantu yang inovatif dan evektif utuk dapat menganalisa, mengidentifikasi dan memprediksi sebuah kemenangan. Masyarakat tahu bahwa semua yang terjadi saat kampanye politik bisa berubah saat pemungutan suara.

Terkadang hal inilah yang membuat para kandidat merasa dicurangi. Hal ini terjadi karena mungkin kandidat hanya melihat hal yang terjadi secara kasat mata dan mendengar tim pemenang yang bisa saja memberi informasi bohong kepada kandidat.

Karena itu diperlukan keterlibatan Teknologi Informasi sejak kampanye politik sampai perhitungan suara. Terdapat beberapa aspek teknologi penting yang dapat membantu para kandidat untuk memetakan kemenangan. Antara lain:

1. Big Data dan Analitik

Big Data (data besar), dengan big data kampanye politik dapat mengumpulkan informasi demografis, kebiasaan memilih, dan preferensi pemilih dilakukan.

Tim dapat mepersonalkan pesan kampanye berdasarkan data individu atau kelompok pemilih, selanjutnya dengan Big Data dapat dilakukan identifikasi wilayah dan target yang membutuhkan upaya lebih intesif sehingga kampanye dapat berjalan dengan efektif.

Selanjutnya dengan big data dapat dilakukan predikdi perilaku pemilih dengan menganalisis pola masa lalu dan tren social politik.


2. Media Sosial

Khusus pemilu kepala daerah serempak tahun 2024 ini hampir semua kandidat menggunakan Platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk menjangkau pemilih, terutama kalangan muda. Namun perlu memperhatikan setidaknya tiga hal penting;

a. Iklan tertarget : Dari beberapa pengamatan saat ini, belum maksimalnya iklan tertarget meyebabkan justru ilkan kandidat dijadikan senjata untuk menyerang balik.

Karena itu Teknologi periklanan seharusnya dapat mempersonalisasi pesan berdasarkan lokasi, usia, minat, dan aktivitas online. 

b. Kampanye viral : Yang terjadi di sosial media saat ini adalah semua peristiwa kampanye politik diviralkan tanpa terkontrol, sehingga semua yang viral justru memberi keuntungan pada lawan.

Padahal seharusnya konten yang menarik, seperti video atau meme, dapat menyebar luas secara organik dan meningkatkan kesadaran terhadap kandidat atau isu.

c. Keterlibatan langsung: Karena tingkat kepercayaan yang tinggi dari seorang kandidat kepada tim social media sehingg sang kandidat tidak terlibat langsung, menyebabkan sering terjadi hal-hal yang seharusnya tidak pantas justru diviralkan.

Keterlibatan langsung dari kadidat dapat memberi sumbangsi yang besar karena dengan demikian, kandidat dapat berinteraksi langsung dengan pemilih melalui platform digital, serta membangun hubungan yang lebih secara personal.


3.  Kecerdasan Buatan (AI) dan Pembelajaran Mesin (Machine Learning)

Strategi kampanye politik dapat dilakukan dengan agen teknologi. Artificial Intelligence (AI)  dapat membantu mengoptimalkan strategi kampanye dengan berbagai beberapa cara

a. Chatbots  

Chatbot merupakan program komputer yang dirancang untuk berkmunikasi dengan manusia melalui percakapan, Chatbot menerima input dari pengguna dalam bentuk teks atau suara.

Inputan bisa berupa pertanyaan, pernyataan atau perintah. Teknologi Chatbot dapat digunakan memungkinkan komunikasi langsung dengan pemilih di platform digital.

b. Natural Language Processing (NLP)/Pemrosesan Bahasa Alami:  Setelah menerima inputan, selanjutnya chatbot menggunakan teknologi Pemrosesan Bahasa Alami untuk memahami maksud dan konteks dari pesan tersebut. Teknologi NLP membantu chatbot untuk menafsirkan kata-kata dan struktur kalimat.

c. Pemodelan Respons: Berdasarkan pemahaman yang diperoleh dari langkah sebelumnya, chatbot menentukan respons yang paling sesuai.

Ini bisa dilakukan melalui cara-cara berikut: Aturan (Rule-Based) : Chatbot menggunakan kumpulan aturan yang telah ditentukan untuk memberikan jawaban yang tepat. Dan Pembelajaran Mesin (Machine Learning): Chatbot menggunakan algoritma pembelajaran mesin untuk belajar dari data yang telah diberikan, sehingga dapat memberikan jawaban yang lebih baik seiring waktu.

d. Pengiriman Respons: Setelah menentukan respons, chatbot mengirimkannya kembali kepada pengguna dalam bentuk teks atau suara.

e. Pembelajaran Berkelanjutan: Banyak chatbot dilengkapi dengan fitur pembelajaran yang memungkinkan mereka untuk terus belajar dari interaksi yang terjadi, sehingga dapat meningkatkan akurasi dan relevansi jawabannya.

Pada pembelajaran berkelanjutan terdapat setidaknya 2 (dua) hal yang dilakukan antara lain, Menganalisis sentimen dari media sosial atau berita untuk memahami bagaimana kandidat atau isu dipersepsikan oleh masyarakat, dan Optimasi iklan untuk memilih waktu terbaik dalam mempublikasikan konten atau iklan agar bisa dilihat oleh audiens yang lebih besar.


5. Iklan Digital berbasis Algoritma

Iklan kampanye yang dipublikasikan oleh para kandidat tidak sedikit yang asal-asalan dalam penentuan warta, tata letak tanpa memperhatikan psikologi pemilih saat melihat atau menonton iklan kampanye yang dipublikasikan.

Salah satu jalan keluar untuk masalah ini adalah iklan digital berbasis algoritma. Dengan model iklan digital berbasi algoritma, maka sang kandidat dapat menargetkan pemilih yang belum yakin atau pemilih potensial.

Dengan memanfaatkan platform iklan digital ber-algoritma maka kampanye politik dapat Mengirimkan pesan khusus kepada pemilih yang memiliki minat atau perhatian tertentu, seperti isu ekonomi, isu perubahan atau lingkungan dan lain sebagainya.

Iklan digital ber-algoritma juga dapat Melacak efektivitas iklan secara real-time dan menyesuaikan strategi iklan.


6. Live Streming

Melalui kegiatan live streaming kandidat dapat memaparkan kinerja pemeritanhan yang akan berjalan sehingga masyarakat dapat diberi gambaran mengenai tingkat kepuasan.

Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja kepala daerah sebelumnya sering kali berujung pada tidak terpilihnya kembali. Materi kampanye politik sepatutnya menyampaikan kinerja dengan santun dan elegan, demi mencitakan harmoni dimasa depan. 

Sebagai bagian dari masyarakat pendapat saya, pada setiap kegiatan live streaming sebaiknya mengangkat topik-topik/isu yang dibutuhkan seperti: Isu Korupsi dan Skandal,  Ketidakpuasan terhadap kebijakan, Persaingan yang Kuat, Ketidakpuasan Partai Pendukung, Perubahan  Preferensi Pemilih,Tingkat Kepuasan Publik Rendah, Pengaruh Ekonomi, Penyalahgunaan Anggaran, Infrastruktur yang Buruk, Pelayanan Publik yang Lambat, Ketidakmampuan Mengatasi Kemiskinan, Pengelolaan Lingkungan yang Buruk, Tingkat Kriminalitas Tinggi, Kesehatan Masyarakat yang Buruk, Tidak Adanya Pengembangan Ekonomi Daerah,  Kurangnya Transparansi dan Akuntabilitas, Pendidikan yang Tidak Berkembang, Pengembangan Sumberdaya, serta Aksesibilitas baik nyata maupun melalui platform digital. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS

 

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved