Berita Sikka

1.327 Lembar Seng Atap SD Inpres Wolorona Rusak Berat Akibat Gunung Lewotobi

apa lagi sesaat lagi memasuki musim hujan dan itu semakin memperparah keadaan kami di sekolah untuk melaksanakan KBM

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Aktivitas belajar-mengajar siswa dan guru SD Inpres Wolorona, Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Kondisi memprihatinkan bagi SD Inpres Wolorona di Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT, yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Rabu, 9 Oktober 2024.

Para guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di bawah atap yang sudah bocor bahkan terbuka lebar, sehingga abu vulkanik masuk ke dalam ruangan kelas.

Seisi ruang kelas dipenuhi belerang, mulai dari lantai, meja, dan kursi. Bahkan kadar belerang semakin tebal saat Gunung Lewotobi Laki-laki kembali meletus dan membawa abu ke arah barat dan barat daya.

Kepala Sekolah SD Inpres Wolorona, Germana Gelole, mengatakan sebanyak 1.327 lembar seng rusak berat. Data ini mencakup 22 ruang sekolah termasuk MCK siswa dan guru.

Baca juga: Wisata NTT,  Spot Wisata Unik Desa Koja Doi di Kabupaten Sikka , NTT

Germana Gelole merincikan kerusakan seng meliputi 1.001 lembar pada 10 ruang kelas, 88 lembar pada ruang perpustakan, 70 lembar  pada ruang kepsek, 79 lembar pada 4 ruang MCK guru, dan 79 lembar pada 6 MCK siswa.

"Sementara ini kita sudah mulai dengan langkah-langkag untuk mencari jalan keluar. Kami sudah dipanggil Korwil Wulanggitang untuk melaporkan seluruh ruangan yang rusak akibat erupsi," katanya, Rabu, 9 Oktober 2024.

Germana menyebutkan, Dinas PKO Kabupaten Flores Timur dipimpin Felix Suban Hoda telah meminta mereka melaporkan data kerusakan melalui link khusus.

"Kita sudah kirim tadi. Besar harapan semoga secepatnya ada respon baik, apa lagi sesaat lagi memasuki musim hujan dan itu semakin memperparah keadaan kami di sekolah untuk melaksanakan KBM," ucapnya.

Germana mengaku dilema dengan kondisi bencana yang dialami guru dan siswa. Dari sisi kesehatan, warga sekolah sangat rentan terkena penyakit, namun jika diliburkan maka siswanya akan tertinggal materi belajar.

"Di dalam ruangan penuh abu vulkanik. Mau liburkan tapi masih ada materi pembelajaran yang harus diterima siswa," ucap Germana.

Disaksikan POS-KUPANG.COM, para siswa kesulitan belajar lantaran meja dan kursi kini dipenuhi abu vulkanik. Mereka harus bekerja ekstra membersihkan ruang sekolah baik pagi maupun siang selepas jam pelajaran.

Satu ruangan tempat menyimpan dokumen penting dipasang terpal agar aman apa bila suatu saat turun hujan.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS


 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved