Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 6 Oktober 2024, Betapa Luhurnya Sebuah Perkawinan

tentang nilai-nilai luhur sakramen perkawinan.Kitab Kejadian(2:18-24) mengisahkan bahwa Tuhan telah menciptakan langit

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO
Ilustrasi Tuhan Yesus sebagai gembala. 

Oleh : Pastor John Lewar SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 6 Oktober 2024, Betapa Luhurnya Sebuah Perkawinan

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor.

Hari Minggu Biasa XXVII
Lectio: Kejadian 2:18-24; Mazmur 128:1-2.3.4-5.6;
Ibrani 2:9-11

Injil: Markus 10:2-12

Missio:

Seorang Romo merasa kecewa ketika seorang ibu muda berusia 22 tahun yang barusan menikah 6 bulan datang ke pastoran untuk menanyakan syarat-syarat perceraian di dalam Gereja Katolik.

Dia mau bercerai dengan suaminya. Romo dengan keras mengusirnya dari pastoran. Romo mengatakan kepadanya, “Saya mempersiapkan kalian cukup lama melalui pembinaan pra nikah sampai menikah di gereja itu untuk bersatu bukan untuk bercerai.”

 Saya sendiri pernah mewawancarai calon pasutri selama persiapan perkawinan. Saya bertanya kepada calon istri, “Apa yang anda harapkan setelah menikah dengan suamimu ini?” “Pokoknya saya ingin kawin aja, selanjutnya Tuhan yang tahu”, jawabnya. Saya mengatakan kepadanya, “Wah, kalau ini keinginanmu, pulanglah dan pikir-pikir dulu
baru mengambil keputusan untuk menikah”

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 4 Oktober 2024, Hari Peringatan Santo Fransiskus dari Asisi

Calon pasutri itu kaget dengan pernyataanku ini. Saya mengatakan kepada mereka bahwa hidup sebagai suami dan istri itu sebuah panggilan untuk menjadi kudus bukan hanya sekedar keinginan sebagai pria dan wanita untuk hidup bersama (http://pejesdb.com/2012/10/06/).

Bacaan-bacaan Suci hari ini (Kitab Kejadian dan Injil Markus) berbicara tentang nilai-nilai luhur sakramen perkawinan.Kitab Kejadian(2:18-24) mengisahkan bahwa Tuhan telah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya.

Tuhan juga menciptakan manusia, tetapi tidak ada penolong yang sepadan dengan dia. Lalu Tuhan mengambil salah satu rusuk dari manusia itu dan menciptakan seorang perempuan. Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka berdua hidup bersama sebagai satu keluarga.

Namun dalam perjalanan sejarah, hubungan suami istri bisa retak, tidak bersatu lagi. Sejalan dengan Kitab Kejadian, Markus (10: 6-) menulis, “Allah pada mulanya menciptakan laki-laki dan perempuan dan laki-laki itu akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya supaya menjadi satu daging sehingga apa yang dipersatukan Allah janganlah diceraikan manusia”. (Mrk 10:6-9).

Tuhan Yesus memang menghendaki agar perkawinan memiliki martabat baru dalam bentuk sakramen. Perkawinan menjadi simbol cinta kasih Kristus dengan GerejaNya.

Santo Paulus menulis kepada jemaat di Efesus, “Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus mengasihi
jemaat” (Ef 5:15). Sakramen perkawinan melahirkan ikatan yang kekal dan eksklusif antara suami dan istri. Tuhan Allah sendiri memeteraikan kesepakatan nikah.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved