Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 6 Oktober 2024, “Karena Ketegaran Hatimu"

menjadi satu bagian penting dalam hidup menggereja yang telah dibentuk Allah menjadi gereja perdana bagi manusia.

Editor: Rosalina Woso
DOK. POS-KUPANG.COM
Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu 6 Oktober 2024, “Karena Ketegaran Hatimu" 

Oleh: Bruder Pio Hayon SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 6 Oktober 2024, “Karena Ketegaran Hatimu"

Hari Minggu Biasa Pekan XXVII  

Bacaan I:  Kej.  2: 18-24
Bacaan II: Ibr. 2: 9-11
Injil: Markus 10: 2-16      

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai  sejahtera untuk kita semua. Ketegaran hati adalah sama dengan sikap tidak patuh, tidak setia, keras kepala, menuruti kemauan sendiri, sombong, dan sangat duniawi.  Maka ketika kita bertegar hati itu juga berarti kita sedang tidak patuh atau sombong dan menuruti kemauan kita sendiri. 

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini, kita memasuki hari minggu biasa pekan XXVII. Di hari minggu ini, kita merenungkan bacaan-bacaan dari kitab kejadian, Ibrani dan Injil Markus. Dari kitab kejadian dan injil Markus hari ini mengambil topik yang sangat menarik yaitu tentang hidup yang sepadan sebagai suami istri. Dan dalam Ibrani, Tuhan mau menunjukkan bahwa semua yang diciptakan oleh Allah bagi diriNya dan dikuduskan termasuk suami istri yang dipersatukan dalam ikatan perkawinan seturut kisah kejadian saat manusia pertama Adam dan Hama “Mereka menjadi satu daging”.

Menurut Kitab Kejadian, pada awal mula Tuhan menciptakan manusia dari debu tanah (Bah. Ibrani: adamah). Maka dia yang diciptakan dari 'adamah' itu dinamakan Adam. Adam melambangkan kemanusiaan yang satu dan sama. Dari manusia yang satu itu Tuhan menjadikan dua pribadi: Isy (laki-laki) dan Isya (perempuan).

Keduanya menemukan belahan diri di dalam yang lain dan berkata: "Inilah dia, tulang dari tulangku, daging dari dagingku". Dalam versi bacaan hari ini, manusia itu dibuat tidur dan Tuhan mengambil tulang rusuknya dan membuat seorang perempuan lalu menempatkannya di sampingnya.

Dua kisah penciptaan dalam versi kejadian ini mau menunjukkan bahwa manusia diberi  satu keistimewaan lebih dalam penciptaan. Jika makluk ciptaan lain Tuhan bersabda dan semua tercipta dengan sendirinya. Tapi bagi manusia, Allah harus bekerja dulu menciptakan manusia itu. Maka manusia itu dianggapNya secitra denganNya. Maka nilai kedudusan inilah yang dipakai  Yesus dalam pertengkaran dengan orang-orang Farisi yang berbicara tentang perceraian.

Ketika orang-orang Farisi mempersoalkan masalah perceraian, Yesus merujuk kembali kepada kisah penciptaan dan menegaskan: "Apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Karena kisah awal penciptaan manusia adalah agar semua yang diciptakan Allah itu dikuduskanNya dan mengantarkannya kepada kemuliaan. Dengan itu Kristus meneguhkan kekudusan perkawinan dan kesetiaan cinta dalam keluarga.

Maka ketika orang Farisi mempertentangkan hal tentang perceraian itu, Yesus sekali lagi menegaskan bahwa semua itu dilakukan manusia karena ketegaran hati manusia sendiri untuk merujuk pada apa yang dibuat Musa pada bangsa Israel waktu itu dengan membuat surat cerai pada suami dan istri.

Hanya karena keinginan daging manusia itulah, manusia yang tegar hati pada Allahlah yang membuat dirinya menceraikan apa yang sudah dipersatukan oleh Allah. Dan  Injil hari Minggu ini diakhiri dengan kisah Yesus menerima, memeluk dan memberkati anak-anak.

Teladan Yesus ini mengingatkan para orang tua dan kita sekalian untuk menjadikan keluarga sebuah lingkup suci di mana anak-anak tumbuh dan berkembang sebagai warga Kerajaan Allah.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved