Berita NTT

Mission Based Learning UCB Kupang Bantu Atasi Masalah Gizi Buruk di Puskesmas Bijaepasu

Dengan demikian, pemberdayaan mereka menjadi langkah kunci dalam menangani masalah gizi buruk yang mengancam generasi muda di wilayah tersebut.

Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/HO
Tim dosen Universitas Citra Bangsa melaksanakan program Mission Based Learning di Puskesmas Bijaepasu, 17 hingga September -19 September 2024.  

POS-KUPANG.COM - Masalah kurang gizi masih menjadi tantangan serius dalam sektor kesehatan nasional, dan Kabupaten Timor Tengah Utara, tidak terkecuali dalam menghadapi isu ini.

Ketidakcukupan gizi pada anak-anak di wilayah ini dapat berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif mereka, sehingga penanganan yang tepat sangatlah penting. 

Dalam upaya mengatasi isu yang mendesak ini, Puskesmas Bijaepasu telah menjalin kerja sama dengan Universitas Citra Bangsa untuk melaksanakan program yang inovatif bernama Mission Based Learning selama 3 hari, sejak 17 hingga September -19 September 2024. 

Kegiatan ini dirancang khusus untuk mendidik masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga, mengenai pentingnya pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan anak dan pengenalan MPASI (Makanan Pendamping ASI) yang tepat setelahnya.

Selain itu, program ini juga mencakup pelatihan tentang teknik rolling massage yang dapat membantu meningkatkan produksi ASI pada ibu. Lebih lanjut, kegiatan ini akan mengajarkan pengelolaan manisan asam, yang merupakan potensi lokal yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai ekonomi keluarga.

Dengan berbagai pelatihan dan edukasi ini, diharapkan ibu rumah tangga tidak hanya akan memahami pentingnya nutrisi bagi kesehatan anak-anak mereka, tetapi juga merasa lebih percaya diri dalam mengelola kebutuhan gizi keluarga.

Dengan demikian, pemberdayaan mereka menjadi langkah kunci dalam menangani masalah gizi buruk yang mengancam generasi muda di wilayah tersebut.

Program ini diharapkan tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga keterampilan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga secara bertahap dapat mengurangi angka kurang gizi dan meningkatkan kesejahteraan keluarga di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Dampak Serius dari Kurang Gizi

Kurang gizi didefinisikan sebagai kondisi kekurangan nutrisi yang dialami oleh balita, yang dapat diidentifikasi melalui berbagai indikator fisik, seperti tubuh yang kurus, berat badan yang rendah, dan lingkar lengan yang tidak sesuai dengan standar pertumbuhan.

Kondisi ini memiliki dampak jangka panjang yang serius, termasuk gangguan pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak, penurunan kemampuan motorik, serta peningkatan risiko terhadap berbagai penyakit kronis di masa depan.

Secara global, pada tahun 2022, diperkirakan sekitar 149 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting, sebuah kondisi yang menunjukkan pertumbuhan terhambat akibat kurang gizi. Di Indonesia sendiri, angka kurang gizi tercatat mencapai 17,1 persen, mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Di tingkat lokal, Kabupaten Timor Tengah Utara menjadi salah satu daerah yang sangat memprihatinkan, dengan prevalensi stunting mencapai 52,8 % , menjadikannya salah satu daerah dengan angka tertinggi di Indonesia.

Data yang diperoleh dari Puskesmas Bijaepasu menunjukkan bahwa 28 % anak di wilayah tersebut mengalami kurang gizi, dengan 135 dari total 481 anak teridentifikasi berada dalam kondisi ini.

Penyebab dari kurang gizi di wilayah ini sangat bervariasi, dan mencakup kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemberian ASI dan MPASI yang tepat, keterlambatan dalam pengenalan makanan pendamping, serta faktor kemiskinan yang membuat akses terhadap makanan bergizi menjadi sangat terbatas. 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved