NTT Terkini
PLN Ajak Wartawan NTT Tinjau PLTP Mataloko, Perkuat Keterbukaan Informasi Energi Panas Bumi
Dalam kunjungan tersebut, para wartawan juga meninjau langsung lokasi manifestasi panas bumi di sekitar PLTP.
POS-KUPANG.COM,BAJAWA - PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) mengajak puluhan wartawan dari berbagai media di Nusa Tenggara Timur meninjau langsung Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko (2x10 MW) di Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, NTT, Jumat (24/10/2025).
Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen PLN memperkuat keterbukaan informasi publik, khususnya terkait pengembangan energi panas bumi di Pulau Flores yang dikenal sebagai Pulau Panas Bumi.
Dalam kunjungan tersebut, para jurnalis meninjau area PLTP eksisting, lokasi manifestasi panas bumi Mataloko, serta Desa Nua Wogo—salah satu penerima manfaat program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN.
“Selamat datang di PLTP Mataloko eksisting. Kami berharap kunjungan ini memberikan pemahaman yang lebih jelas dan nyata kepada para wartawan tentang kondisi di lapangan. PLN siap terus memberi terang melalui PLTP Mataloko,” ujar Wakil Kepala Teknik Panas Bumi (KTPB) PLTP Mataloko, Taufik Iskandar.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Manager Perizinan dan TJSL PT PLN (Persero) UIP Nusra, Bobby Robson Sitorus, menjelaskan bahwa kunjungan ke PLTP Mataloko merupakan wujud penerapan prinsip transparansi dan keterbukaan yang menjadi landasan PLN dalam berkomunikasi dengan publik, terutama untuk mendukung transisi energi di wilayah Nusa Tenggara.
Baca juga: PLN NTT Gelar Turnamen Tenis, Semangat Olahraga Memperkuat Sinergi Antarinstansi
“Kami semua punya tanggung jawab untuk menyampaikan informasi sebenar-benarnya kepada masyarakat. Media adalah mitra strategis dalam membangun pemahaman publik tentang energi panas bumi,” kata Bobby.
Dalam paparannya, Bobby menjelaskan bahwa sekitar 98 persen pasokan listrik di Kabupaten Ngada masih berasal dari luar Kecamatan Bajawa. Padahal, Pulau Flores memiliki potensi panas bumi mencapai 999 megawatt (MW) yang tersebar di 21 titik.
“Satu-satunya energi baru terbarukan (EBT) yang dapat menjadi baseload adalah panas bumi,” ujarnya.
Saat ini, pembangunan infrastruktur pengeboran PLTP Mataloko telah mencapai progres konstruksi sekitar 85 persen, sementara pembangunan jalan akses mencapai 60 persen. PLN menargetkan pekerjaan rampung pada akhir 2025 sehingga mobilisasi peralatan dapat dimulai pada 2026.
Dalam kunjungan tersebut, para wartawan juga meninjau langsung lokasi manifestasi panas bumi di sekitar PLTP.
Manifestasi ditandai dengan aroma belerang, lumpur panas, dan suara gemuruh dari bawah tanah—menunjukkan adanya potensi sumber energi panas bumi. Di sekitarnya, lahan pertanian warga tetap tumbuh subur dan produktif.
Para jurnalis berkesempatan berbincang dengan petani lokal, Marselinus Gone, yang tengah mempersiapkan lahan untuk menanam cabai. Ia menegaskan bahwa aktivitas panas bumi tidak memengaruhi kegiatan pertanian warga.
“Buktinya tanaman tumbuh, ternak sehat, air sungai juga baik-baik saja. Tidak ada masalah dengan kesehatan,” katanya.
Warga Desa Ulubelu, Emerensiana Wawo, menambahkan bahwa masyarakat kini justru merasakan manfaat ekonomi dan sosial dari proyek PLTP Mataloko. Menurutnya, PLN selalu membuka ruang dialog dan mendengarkan aspirasi masyarakat.
“Hasil ternak dan sayuran kami tetap subur dan laku di pasar. PLN selalu hadir membantu dan siap melayani kami,” ucapnya.
