Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Rabu 4 September 2024, "Hidup Sebagai Anak di Dalam Dunia Ciptaan Bapa"
Mengapa Paulus begitu kuat menekankan iman sebagai dasar pembenaran dan menjamin status seseorang menjadi anak Abraham?
HIDUP SEBAGAI ANAK DI DALAM DUNIA CIPTAAN BAPA
GALATIA 4:1-11
Pdt. Frans Nahak, M. Th. (Penulis Pendeta di Jemaat Paulus Taebone, Klasis Amanuban Timur)
Di sebuah pusat belanja, para karyawan toko memperhatikan seorang pemuda yang tingkah lakunya agak berbeda dengan orang-orang yang masuk berbelanja.
Si pemuda ini jalan kian kemari dengan rasa percaya diri. Terkadang kaki atau tangan menyentuh barang-barang pajangan di toko namun biasa saja, raut mukanya tidak terlihat rasa takut atau segan terhadap para karyawan yang ada. Berbeda dengan semua orang yang masuk ke toko tersebut.
Karyawan-karyawan saling menatap satu sama lain, namun mereka tidak mengenal pemuda ini. Kemudian si pemuda jalan menuju ke tempat kasir. Ia duduk di samping kasir yang adalah pemilik toko. Mereka bercerita dan bersenda gurau, seperti orang tua dan anak.
Terakhir baru diketahui oleh karyawan bahwa si pemuda ini adalah anak sulung dari pemilik toko. Selama ini anak tersebut berada di luar negeri dan baru saja datang.
Kelakuan si pemuda menunjukkan toko ini adalah milik ayahnya. Cerita ini membawa kita dalam perenungan ini.
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, salah satu pokok teologis-sosiologis yang menonjol di permukaan adalah status sebagai anak-anak Abraham.
Secara sosiologis, orang-orang Yahudi memandang Abraham sebagai bapa leluhur bangsa Israel dan mereka memiliki status sebagai “tunas” atau “anak-anak Abraham”.
Orang-orang non-Yahudi bisa memperoleh status itu jika mereka melakukan beberapa syarat, yakni: melaksanakan Taurat, disunat, dan mempersembahkan korban. Status itu merupakan suatu tanda yang membedakan mereka sebagai bangsa pilihan Allah dengan bangsa-bangsa lain, karena Allah telah memilih mereka sebagai umat pilihan dan pewaris janji-Nya.
Status ini dipakai juga oleh Rasul Paulus, lalu diberikan kepada orang Kristen sebagai “anak-anak Abraham”. Paulus menolak sunat dan hukum Taurat sebagai syarat memperoleh status itu. Menurut Paulus, orang-orang Kristen non-Yahudi tidak perlu disunat karena sunat merupakan tradisi Yahudi saja.
Persoalannya adalah, apakah setiap orang harus masuk menjadi proselit Yahudi barulah memperoleh status sebagai anak-anak Abraham dan beroleh selamat? Menurut Paulus, iman itu menjadi jaminan bagi setiap orang untuk memperoleh status sebagai anak Abraham itu (Gal. 3:7). Oleh karena itu, orang non-Yahudi yang masuk Kristen tidak perlu menjadi proselit.
Perbedaan pandangan inilah yang menyebabkan perdebatan antara “ lawan-lawan Paulus” yang datang ke Galatia itu dengan Rasul Paulus. Paulus menyebut lawan-lawannya itu sebagai “saudara-saudara palsu” (Gal. 2:4). Mereka beralasan bahwa: Pertama, hukum perjanjian itu telah diikat sedemikian kuat di antara orang Yahudi dalam pengertian sebagai identitas etnik yang menandai mereka sebagai umat pilihan Allah.
Suatu identitas yang berbeda dari bangsa-bangsa lain. Kedua, ada keyakinan di kalangan kelompok Yahudi itu bahwa hukum perjanjian itu harus dilaksanakan oleh umat perjanjian. Pengajaran dan desakan kelompok orang Kristen Yahudi itu secara tidak langsung telah menempatkan orang Kristen Galatia di persimpangan jalan.
Pertanyaan yang timbul adalah: Apakah mereka harus menerima perjanjian sunat sesuai dengan desakan dari orang Kristen Yahudi itu dan melaksanakan hukum Taurat, supaya mereka menjadi anak-anak Abraham secara penuh? Atau mereka tetap setia kepada pemberitaan Paulus bahwa oleh iman, mereka telah dibenarkan dan telah menjadi anak-anak Abraham?
Mengapa Paulus begitu kuat menekankan iman sebagai dasar pembenaran dan menjamin status seseorang menjadi anak Abraham? Padahal ia adalah seorang Farisi yang dahulu mengajar orang Yahudi agar mereka disunat dan melaksanakan semua ketentuan hukum Taurat itu dengan sempurna.
Renungan Harian Kristen Jumat 29 Agustus 2025, Doa yang Jujur Bagi Bangsa |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Kamis 28 Agustus 2025, Pendoa Bagi Indonesia |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Rabu 27 Agustus 2025, Doakan Pertobatan Bangsa |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Selasa 26 Agustus 2025, Garam dan Terang Bagi Bangsa |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Senin 25 Agustus 2025, Negeri Yang Diberkati Allah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.