Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Rabu 4 September 2024, "Hidup Sebagai Anak di Dalam Dunia Ciptaan Bapa"
Mengapa Paulus begitu kuat menekankan iman sebagai dasar pembenaran dan menjamin status seseorang menjadi anak Abraham?
Bagi Paulus, pertama, Injil yang ia beritakan adalah Injil Kristus yang membebaskan, memerdekakan bukan Injil lain yang menjadi kuk perhambaan. Injil yang Paulus beritakan adalah Injil tanpa sunat sebab Injil yang ia beritakan itu ia peroleh bukan dari manusia melainkan oleh penyataan Yesus Kristus (Gal.1:12).
Kedua, orang percaya telah menjadi anak-anak perjanjian. Pandangan Paulus itu didasarkan pada Kejadian:16. Dari kutipan itu, Paulus menegaskan bahwa “iman Abraham itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran” (Gal. 3:6). Iman Abraham itu menjadi contoh pembenaran oleh Allah (Gal. 3:7).
Maka mereka yang hidup dari iman itulah yang memperoleh pembenaran. Iman itu menampukkan setiap orang yang menerimanya memiliki komitmen untuk mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah. Karena iman itu adalah suatu anugerah maka iman itu tidak bisa dibayar dengan apa pun. Menurut Paulus orang-orang yang memiliki iman inilah yang disebut sebagai υἱοὶ Ἀβραάμ (hu ioi Abraham) ‘anak-anak Abraham’(Gal.3:7) bukan sunat.
Bertolak dar dasar tersebut, maka dalam bacaan kita saat ini, dapat kita rumuskan beberapa pokok: Pertama, ayat 1-3 jika sudah percaya Kristus namun masih terikat pada hukum Taurat maka belum menjadi anak yang dewasa. Paulus pun menggunakan konsep warisan sebagai bagian dari hubungan antara umat dengan Tuhan.
Selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba. Ketidakdewasaan membuat seorang tidak memiliki prinsip hidup sehingga mengikuti saja roh-roh dunia.
Bagi Paulus, ketika orang yang telah percaya kepada Kristus lalu masih melaksanakan aturan dalam hukum Taurat, maka menukarkan iman kepada Kristus dengan menghambakan diri kepada hukum Taurat, telah dianggap menolak warisan. Artinya, mereka yang sebenarnya telah menerima keselamatan dengan beriman kepada Kristus justru telah menolak keselamatan tersebut pada saat mereka lebih memilih untuk hidup di bawah otoritas hukum Taurat.
Kedua, ayat 4-7, hukum Taurat diberikan untuk mendekatkan manusia kepada Tuhan, namun kenyataan manusia diperbudak oleh hukum Taurat. Manusia tak berdaya untuk bangkit dari perbudakan hukum Taurat sehingga Allah mengutus Yesus datang ke dalam dunia melalui seorang perempuan yang takluk di dalam hukum Taurat. Ia harus sama dengan manusia dan merasakan dan mengalaminya.
Dan apa yang dirasakan dan dialami itu yang membuat-Nya bisa memulihkan, memberi perubahan. Ia datang untuk menebus (membeli) manusia. Hukum Taurat membuat orang percaya sebagai hamba bukan sebagai anak yang merdeka. Jadi bagi Paulus, kita “diangkat” menjadi anak Allah bukan anak kandung.
Kita menjadi anak sehingga kita juga memilik warisan keselamatan sehingga kita dapat memanggil Dia “ya Aba, ya Bapa” melalui pekerjaan Roh Kudus dalam hati. Hukum Taurat melarang umat Israel memanggil Allah sebagai Bapa, namun di dalam Yesus kita memanggil Allah sebagai Bapa. Panggilan Allah sebagai Bapa menunjukkan keakraban sebagai orang tua dan anak. Orang tua yang bertanggungjawab memelihara anak-anaknya.
Ketiga, ayat 8-11, karena telah menjadi anak Allah, maka jangan lagi kembali kepada hidup yang lama. Bagi Paulus, kita sudah “diangkat” menjadi anak, jangan lagi kita memperhambakan diri kepada kehidupan yang lama, jauh dari Tuhan. Hidup dalam dosa.
Paulus mengingatkan agar hidup sebagai anak yang merdeka, tetapi jangan juga gunakan kemerdekaan untuk hidup dalam dosa (5:13). Merdeka bukan berarti sewenang-wenang berbuat ini dan itu, tetapi kemerdekaan ada rambu-rambunya.
Hak dan kewajiban. Sebagai anak dalam rumah, namun ada aturan dalam rumah yang perlu diikuti. Bukan beban. Tidak ada anak yang hidup dalam rumahnya lalu menganggap aturan dan disiplin dalam rumah sebagai beban.
POKOK-POKOK RENUNGAN
Pertama, hidup dalam dunia ciptaan Allah sebagai orang-orang yang dewasa dalam iman. Paulus mengatakan kepada jemaat di Galatia bahwa jika mereka telah percaya kepada Kristus namun masih melakukan hukum Taurat maka mereka belum dewasa dalam iman.
Belum menjadi anak namun masih sebagai hamba. Indikasi bahwa orang yang telah dewasa dalam iman adalah tidak terpengaruh dengan ajaran-ajaran yang tidak sehat, yakni ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran agama dan gerejanya. Orang yang dewasa dalam iman adalah orang yang memilik prinsip iman dan prinsip hidup.
Renungan Harian Kristen Jumat 29 Agustus 2025, Doa yang Jujur Bagi Bangsa |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Kamis 28 Agustus 2025, Pendoa Bagi Indonesia |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Rabu 27 Agustus 2025, Doakan Pertobatan Bangsa |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Selasa 26 Agustus 2025, Garam dan Terang Bagi Bangsa |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Senin 25 Agustus 2025, Negeri Yang Diberkati Allah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.