Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Senin 26 Agustus 2024,"Menghargai Martabat dan Kehidupan dalam Kasih Tuhan"

tidak hanya merujuk pada identitas geografis atau etnis, tetapi juga pada hubungan pribadi dan kepemilikan Tuhan terhadap umat-Nya

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO
Renungan Harian Kristen Rabu 17 Juli 2024 oleh Pdt. Dina W. Dethan Penpada, M.Th 

Oleh : Pdt. Dina W. Dethan Penpada, M.Th

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Kristen "Menghargai Martabat dan Kehidupan dalam Kasih Tuhan"

(Yesaya 43:1-7)
 
Selamat berjumpa kembali para pembaca yang Budiman. Kasus kematian ASN Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Josefina Maria Mey. Di Naimata diduga dianiaya oleh suaminya Albert Solo, anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) Provinsi NTT, hingga tewas di Naimata, cukup menghebohkan masyarakat Kota Kupang. 

Kasus ini bukan untuk pertama kalinya, terjadi di Kupang, tetapi hampir setiap hari kita mendengar, membaca bahkan menyaksikan kasus-kasus kekeraran dalam RT dan berbagai kekerasan lainnya. Kasus-kasus pilu ini membukatikan kesewenang-wenangan manusia terhadap sesamnya, bahkan tega dilakukan orang yang paling dekat, orang yang dicintai oleh korban. 

Yesaya 43:1 (TB) berbunyi: “Tetapi sekarang, demikianlah firman TUHAN, yang menciptakan engkau, hai Yakub, dan yang membentuk engkau, hai Israel: ‘Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau; Aku telah memanggil engkau dengan namamu: engkau ini adalah milik-Ku.’

Baca juga: Renungan Harian Kristen Rabu 21 Agustus 2024, Martabat dan Tanggung Jawab Perempuan

Dalam konteks ini, "Yakub" dan "Israel" tidak hanya merujuk pada identitas geografis atau etnis, tetapi juga pada hubungan pribadi dan kepemilikan Tuhan terhadap umat-Nya.

Menurut Walter Brueggemann dalam bukunya Isaiah 40-66 (2005), panggilan Tuhan kepada umat-Nya dengan nama mereka menunjukkan kedekatan dan hubungan yang mendalam, mengindikasikan bahwa individu tersebut dikenal secara pribadi dan istimewa oleh Tuhan. Tindakan penebusan ini menggambarkan umat sebagai milik Tuhan yang khusus, dan nama yang diberikan menjadi tanda dari keselamatan dan perlindungan yang dijanjikan oleh Tuhan.
 
Kesadaran bahwa Tuhan memanggil kita dengan nama kita sendiri mengajarkan kita tentang pentingnya identitas pribadi dan nilai diri. Martin Buber, dalam I and Thou (1937), menjelaskan bahwa hubungan yang sejati memerlukan pengakuan akan keberadaan individu yang unik. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus merasa yakin dan dihargai, mengetahui bahwa kita memiliki nilai yang tak ternilai di mata Tuhan. Ini membantu kita mengatasi perasaan rendah diri atau kurang berharga.

Jika Tuhan memperlakukan umat-Nya dengan kedekatan dan kepemilikan melalui nama, kita diajak untuk melakukan hal yang sama dalam hubungan kita dengan orang lain. Menghargai nama seseorang, memperhatikan identitas mereka, dan membangun hubungan yang mendalam adalah cara untuk menunjukkan penghargaan dan cinta yang sejati. Ini berlaku dalam keluarga, persahabatan, dan komunitas.

Jika Tuhan telah menebus kita dan memanggil kita dengan nama kita memberikan rasa aman. Dalam menghadapi tantangan dan kesulitan, kita dapat mengandalkan Tuhan sebagai pelindung dan penolong kita. Ini mengajarkan kita untuk mencari perlindungan dan dukungan dari Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita.

Nama yang diberikan Tuhan juga mengindikasikan panggilan dan tujuan hidup yang spesifik. Kita dipanggil untuk menghidupi tujuan yang telah Tuhan tetapkan bagi kita, serta berkomitmen untuk menjalani hidup dengan integritas dan iman. Menghargai panggilan Tuhan dalam hidup kita berarti berusaha menjalani hidup yang sesuai dengan nilai-nilai iman dan berkontribusi positif kepada masyarakat.

Dalam interaksi kita sehari-hari, mengakui dan menghormati nama serta identitas orang lain adalah tindakan penghargaan yang penting. Ini mencerminkan rasa hormat dan pengakuan terhadap nilai dan martabat individu, mengikuti contoh Tuhan yang memanggil umat-Nya dengan nama mereka sendiri.

Yesaya 43:1 mengajarkan kita tentang kedalaman hubungan pribadi antara Tuhan dan umat-Nya, di mana nama menjadi simbol dari identitas, penebusan, dan kepemilikan Tuhan. Penerapan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari mencakup pemahaman nilai diri, penghargaan terhadap hubungan pribadi, rasa aman dalam penebusan, dan penghormatan terhadap identitas orang lain. Dengan mempraktikkan pemahaman ini, kita dapat menjalani hidup yang lebih penuh makna dan saling menghargai, selaras dengan ajaran iman kita.

Di Nusa Tenggara Timur (NTT), nama memegang peranan penting dalam budaya dan kehidupan masyarakat suku-suku di wilayah tersebut. Nama tidak hanya sekadar identitas, tetapi juga merupakan bagian integral dari kepercayaan, nilai-nilai, dan struktur sosial mereka. Berikut adalah beberapa aspek makna nama bagi suku-suku di NTT: 

Nama sebagai Cerminan Identitas dan Keluarga
Identitas Keluarga dan Keturunan: Nama seringkali mencerminkan garis keturunan dan status keluarga dalam masyarakat. Misalnya, nama bisa menunjukkan afiliasi dengan keluarga besar atau marga tertentu, yang berfungsi untuk melacak hubungan kekerabatan dan status sosial seseorang dalam komunitas.

Makna Tradisional:
Nama-nama dalam budaya suku NTT sering kali memiliki makna khusus yang berhubungan dengan nilai-nilai budaya, sejarah, atau kejadian penting dalam kehidupan keluarga. Nama bisa menggambarkan harapan, doa, atau karakteristik yang diinginkan dari seorang anak.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved