Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Minggu 25 Agustus 2024, Pelayanan yang Menguatkan dan Memulihkan

Kapal yang kokoh dan berdaya tahan ini adalah simbol dari gereja yang dibangun di atas dasar firman Tuhan dan pelayanan yang setia

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Pdt. Dina W. Dethan-Penpada, M.Th 

Renungan Harian Kristen
Minggu 25 Agustus 2024
"Pelayanan yang Menguatkan dan Memulihkan: Belajar dari Paulus di Troas"

Oleh: Pdt. Dina W. Dethan Penpada, M.Th

Selamat berjumpa kembali para pembaca yang Budiman. Saya ingin mengajak kita membayangkan seorang kapten kapal yang mengarungi lautan yang penuh badai bersama penumpang lainnya.

Di tengah gelombang yang besar dan angin kencang, sang kapten tetap tenang dan fokus, memimpin awak kapal untuk bekerja sama dan menjaga arah. Kapal yang kokoh dan berdaya tahan ini adalah simbol dari gereja yang dibangun di atas dasar firman Tuhan dan pelayanan yang setia. 

Seperti kapten kapal, Paulus dalam Kisah Para Rasul 20:1-12 menunjukkan bagaimana seorang pemimpin rohani yang kuat dapat menuntun jemaat melewati badai kehidupan, membangun kesatuan, dan menguatkan mereka dalam iman.

Sebaliknya seorang pemimpin Rohani yang lemah akan memperburuk situasi ketika badai datang menyerang kapalnya, akan ada kegaduhan dan kepanikan, bahkan mungkin karena panik ada yang meloncat keluar dari kapal yang terhantam badai itu. Itulah sebabnya kita dapat belajar dari kisah Rasul Paulus yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 20:1-12 ini. 

Dalam Kisah Para Rasul 20:1-12, kita melihat teladan Paulus yang menunjukkan bagaimana ia memperkuat dan memulihkan jemaat melalui pelayanan yang setia, kerja sama dalam tim, dan kesetiaan kepada firman Tuhan. Ketika Paulus menghadapi keributan yang diprovokasi oleh Demetrius di Efesus, ia tidak gentar.

Sebaliknya, ia segera menenangkan situasi dan memberikan nasihat-nasihat peneguhan kepada para murid. Ini menunjukkan pentingnya tindakan segera untuk mengatasi situasi kacau, terutama yang menyangkut ajaran yang dapat mengguncang iman jemaat.

Tidak sedikit dari kita yang kadang bersikap diam dan masa bodoh, membiarkan masalah berkembang dan beranak pinak.

Faktor lain juga mungkin karena mau mencari rasa aman dan tidak berani mengambil resiko. Dari Paulus kita belajar hal yang penting bahwa pemimpin harus berani dan cepat bertindak berdasarkan pertimbangan yang matang dan strategis.

Selanjutnya, perjalanan Paulus ke Makedonia dan Yunani bukan hanya sekadar perjalanan misi. Paulus dengan bijaksana memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumpulkan sumbangan dari jemaat-jemaat guna membantu saudara-saudara seiman di Yerusalem yang sedang mengalami bencana kelaparan.

Tindakan ini mengajarkan kita tentang pentingnya kepedulian terhadap sesama dan bagaimana tindakan kasih dapat menguatkan ikatan dalam tubuh Kristus. Saling tolong adalah ciri dari gereja Tuhan, dan sikap ini akan memperkuat Persekutuan di antara gereja Tuhan (Koinonia) dimana saja, entah di desa atau di kota, entah yang sudah mapan atau baru mulai bertumbuh.

Selain itu, Paulus tidak bekerja sendirian. Dia melibatkan rekan-rekan pelayanan dari berbagai latar belakang, menunjukkan bahwa pelayanan yang efektif memerlukan kerja sama dalam tim.

Nama-nama seperti Sopater, Aristarkhus, Sekundus, Gayus, Timotius, Tikhikus, dan Trofimus menunjukkan betapa luasnya jaringan pelayanan Paulus. Ini mengingatkan kita bahwa dalam tubuh Kristus, setiap orang memiliki peran penting, dan kerja sama yang baik akan membawa dampak yang besar.

Di era modern ini kita tidak mungkin lagi dapat bekerja sendiri, kita membutuhkan networking dan kolaborasi untuk memperkuat pelayanan dan panggilan kita di tengah-tengah Masyarakat.

Di Troas, Paulus menunjukkan bahwa gereja harus dibangun di atas pelayanan firman dan sakramen. Peristiwa kebangkitan Eutikhus menegaskan bahwa sumber utama kekuatan dan penghiburan Kristen adalah Kristus yang telah mengalahkan kematian, musuh utama manusia.

Firman Tuhan yang diajarkan Paulus menjadi fondasi yang kuat bagi jemaat, membantu mereka tetap setia, bertumbuh, dan berbuah dalam iman.

Mungin penting untuk kita mengingat Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog yang dikenal dengan keberaniannya melawan Nazi, pernah mengatakan, "The Church is the Church only when it exists for others." Paulus mencontohkan prinsip ini dengan jelas.

Dalam pelayanannya, dia terus-menerus berfokus pada kepentingan orang lain, menguatkan jemaat, dan bekerja untuk kesejahteraan mereka.

Sikap Paulus ini bukan sekedar panggilan untuk berdiakonia tetapi juga mau mempertegas ciri keesaan dan kesatuan gereja.

Dengan mengumpulkan sumbangan bagi jemaat Tuhan di Yerusalem Paulus tidak hanya menghormati para rasul di Yerusalem tetapi juga menunjukan sikap solidaritas dan kesetiakawanan di tengah-tengah penderitaan. 

John Stott, seorang penulis dan teolog terkemuka, juga menekankan pentingnya kerja sama dalam pelayanan. Stott menulis, "The Christian life is not just a matter of individual discipleship but of corporate responsibility." Ini tercermin dalam cara Paulus bekerja sama dengan rekan-rekan pelayanannya.

Oleh karena itu saya mengajak kita semua untuk belajar dari teladan Paulus, yang dengan setia melayani jemaat, menguatkan mereka dalam iman, dan bekerja sama dengan orang lain untuk menghadirkan kasih Kristus di dunia ini.

Dalam kehidupan berjemaat dan keluarga, mari kita selalu saling peduli, bekerja sama, dan berusaha menghadirkan shalom, damai sejahtera Allah, di tengah-tengah kita.

Sebagaimana Paulus mengandalkan firman Tuhan sebagai sumber kekuatan dan penghiburan, demikian pula kita harus menjadikan firman Tuhan sebagai fondasi hidup kita, agar kita tetap setia, bertumbuh, dan berbuah bagi kemuliaan-Nya. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di Google NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved