Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Jumat 23 Agustus 2024, "Mewujudkan Keadilan Bagi Kaum Lemah"

Asas hukumnya berbunyi “biar langit runtuh tetapi untuk keadilan harus tetap ditegakkan”. Keadilan ditegakkan tanpa memandang bulu

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Pdt. Frans Nahak, M.Th 

Ketidakadilan tidak hanya di tingkat nasional namun dalam masyarakat. Misalnya, pembagian BLT, bantuan-bantuan dari pemerintah setempat kepada masyarakat di daerah-daerah. Perhatikan, bagaimana “para elit” hanya memperhatikan orang terdekat, tim sukses dan keluarga, namun si janda, anak yatim piatu tidak diperhatikan.

Dari Firman Tuhan saat ini kita belajar bahwa sebagai warga gereja berani bersuara dalam mengkritisi ketidakadilan. Gereja dipanggil untuk melaksanakan misi Allah, yakni memihak kepada orang-orang yang tidak memperoleh haknya. Orang Kristen menjadi garda terdepan untuk menyuarakan keadilan. Kita belajar dari Sang Kepala Gereja, yakni Yesus. Ia tidak anti kepada penguasa.

Hal ini bisa terlihat kepada penjelasan-Nya kepada orang Farisi, “berikan kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat. 22:21b). Namun dipihak lain, kitab-kitab Injil mencatat dengan sikap yang kuat Yesus mengkritisi kekuasaan. Misalnya julukan diberikan kepada Herodes: “serigala” (Luk. 13:32) dan juga kepada Pilatus (Yoh. 19:21).

Kedua, gereja tidak hanya berani mengkritis, tetapi harus “memiliki nyali” untuk berjuang bersama mereka jika mereka tidak mendapatkan keadilan. Artinya tidak hanya mengkritis dari mimbar namun berani bertindak. Hal ini bisa dilakukan oleh gereja apabila gereja tidak terus menerus “tada tangan” kepada penguasa. Nabi Amos berani karena dia tidak “mengikat” dirinya kepada penguasa, melainkan dia seorang peternak yang melakukan pekerjaannya sendiri.

Bukan berarti kita tidak bekerja sama dengan penguasa. Tidak. Membangun kerja, bermitra dengan berbagai lembaga untuk melayani masyarakat yang juga adalah warga gereja, namun ketika penguasa menyimpang dari nilai-nilai kebenaran dan keadilan maka di situ gereja harus menunjukkan nyalinya untuk menegakkan kebenaran. Kita juga belajar dari Yesus yang berani mengkritisi pemerintah pada waktu itu dan berani berkorban demi keselamatan umat manusia.

Pertanyaan refleksi untuk kita adalah: Aksi apa yang dilakukan oleh orang Kristen (gereja) jika penguasa melakukan ketidakadilan dan orang-orang kecil menjadi korban? Pengorbanan apa yang kita lakukan kepada orang-orang kecil, orang-orang miskin dan anak yatim piatu yang harus ditolong? 

Ketiga, kasih dan keadilan seperti dua sisi mata uang. Hal itu terlihat di atas kayu salib. Kasih melalui pengorbanan dan pengampunan, namun keadilannya Yesus harus menerima hukuman. Allah hadir melalui nabi Amos untuk memberitakan hukuman bagi para pemimpin yang melakukan kejahatan.

Dari Firman Tuhan saat ini kita belajar, ada pengampunan namun ada hukuman sebab kita berada di negara hukum. Orang melanggar hukum harus bersedia menerima hukuman. Kita juga berada dalam sebuah lembaga gereja yang memiliki kode etik yang mengatur kita semua. Keadilan tidak hanya ditegakkan kepada orang-orang berbeda pendapat dengan kita, berbeda pilihan dengan kita, mengkritisi kita, namun kepada semua orang. Amin. FN.  (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di Google NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved