Opini
Opini: Benteng Jokowi
Baju putih, celana hitam, Sepatu Project Seri Flexknitnya yang khas dipakai Jokowi, dihargai sangat murah seperti kebanyakan kita. Keren.
Oleh Robert Bala
Alumnus Resolusi Konflik Asia Pasifik, Facultac Ciencia Politica Universidad Complutense de Madrid Spanyol.
POS-KUPANG.COM - Tinggal dua bulan, Joko Widodo akan ‘lengser’ dari kursi Presiden. Kata ‘lengser’ rasanya tidak elok.
Jokowi mengakhiri jabatannya secara sah setelah 10 tahun menjadi Presiden ketujuh RI atau yang oleh ‘tanda alam’ tertulis: “7okowi” (kapresiden ke-8 adalah ‘8owo’ dan mungkin sesudahnya 9ibran).
Tanda alam itu menjadi lengkap dengan narasi: ‘Jokowi adalah Kita.’ Dengan cepat masyarakat kebanyakan, Wong Cilik (istilah PDIP) mengidentikkan diri dengan pria kelahiran Solo: 21 Juni 1961.
Baju putih, celana hitam, Sepatu Project Seri Flexknitnya yang khas dipakai Jokowi, dihargai sangat murah seperti kebanyakan kita. Keren.

Jokowi juga kita sanjung karena ia berbeda dengan pejabat lain yang ‘rakus harta dan jabatan’. Anaknya Gibran (waktu itu) kelihatan tidak ‘repot amat’ dengan kuasa. Ia sibuk jualan markobar ‘Ternakopi’, ‘Goola’, ‘Siapmas’, ‘Madhang’ yang bayak di antaranya sudah tutup.
Demikian Kaesang. Ia sudah terlibat dalam Bisnis Saham Rakyat, Ternak Lele, Chili Pari, Mangkokku yang juga tidak menjanjikan. Ia kemudian jadi Ketua PSI setelah hanya tiga hari jadi anggota.
Terhadap anak-anak yang tidak ‘aji mumpung’ dengan jabatan sang ayah (saat itu), kita langsung berkata: ‘yang gini-gini baru Jokowi’. Gibran dan Kaesang sungguh anak beretika turunan dari sang ayahnya (Jokowi) yang pandai dan jago beretika.
Para cerdik pandai (kecuali Rocky Gerung cs saat itu), juga mendukung ‘abis’ Jokowi. Ketika ada ‘hantaman kritik’, mereka langsung membela. Tulisan saya “Pembusukan Akal Sehat” (Kompas 16/2/2019) merupakan salah satu bentuk pembelaan.
Dari uraian ini, ada dua elemen: masyarakat biasa dan kaum cerdik pandai (kelas menengah) adalah benteng Jokowi. Seperti benteng, ia menjamin keamanan Jokowi.
Tetapi bagaimana ‘nasib’ benteng itu di akhir masa jabatan Jokowi
Sampai pada tahun-tahun awal tepatnya 5 tahun pertama, Jokowi terlampau disanjung sebagai representasi rakyat kecil.
Orang berasumsi seperti dirinya yang dari ‘bukan siapa-siapa’ menjadi ‘siapa’, ada impian bahwa hal itu akan menjadi jalan juga bagi ratusan juta masyarakat Indonesia yang bukan siapa-siapa. Anak dan menantu lebih ‘sibuk’ dengan dagangannya dan tidak mau ‘aji mumpung’ dengan ayah dan mertuanya.
Tetapi semuanya berubah tiga tahun terakhir sebelum periode kedua berakhir. Sejak Gibran ‘dibuat bisa’ jadi Cawapres, atau Kaesang jadi Ketua PSI, Boby Nasution wali kota dan kini cagub, maka impian masyarakat kecil bisa melompat seperti Jokowi dulu kian pudar.
Mungkin bisa melompat tetapi itu hanya impian mengulang frase favorit Upin-Ipin: "Dua tiga katak lompat, mari kita makan ketupat!"
Tetapi apapun terjadi, kepercayaan itu masih ada. Bansos yang datang ‘tepat waktu’ (saat dirasa penting oleh pemberi), maka kepercayaan itu akan tetap ada.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.