Liputan Khusus

Lipsus - Warga Mengaku Belum Merdeka

Para siswa yang berjumlah 22 orang didampingi orangtua dan para guru harus menempuh perjalanan 5 kilometer menyebrangi lautan.

Editor: Ryan Nong
POS KUPANG/CHRISTIN MALEHERE
Para Nelayan tradisional tampak bekerjasama melaksanakan Defile Pembentangan Merah-Putih sepanjang 340 meter dari Dermaga Lama Pelabuhan Rakyat ke Dermaga Baru Pelabuhan Nusantara Waingapu, Sumba Timur, Sabtu (17/8). 

POS-KUPANG.COM, ENDE - Akibat kondisi jalan dari dan menuju Desa Wololele A, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende yang rusak dan sangat memrihatikan, beberapa ibu hamil yang sudah memasuki masa partus terpaksa melahirkan di tengah jalan saat hendak di bawa ke puskesmas terdekat.

Saking parahnya ruas jalan tersebut, warga setempat menyebut akses jalan tersebut tidak layak disebut jalan raya tetapi jalan setapak yang kerap dilewati petani yang hendak berkebun.

"Sangat parah bahkan sudah tidak bisa dikatakan jalan lagi. Ruas jalan tersebut ada dua jalur yang pertama itu bisa dari Watuneso lalu ke Wololele A tapi masyarakat lebih banyak lewat Wolosoko. Kalau bicara aspal dari pertama buka jalan sampai sekarang belum ada aspal, paling rabat. Itupun sejauh ini hanya bersumber dari dana desa dan swadaya masyarakat," ungkap Ino Wangge, tokoh muda Desa Wololele A kepada Pos Kupang, Sabtu (17/8) malam.

Jarak tempuh dari Wolosoko menuju kampung paling ujung di Desa Wololele A mencapai lebih dari 5 Km. Sedangkan dari Watuneso ke Desa Wololele A, kata Ino, lebih dari 5 Km namun kondisi jalannya sangat memrihatinkan sehingga masyarakat lebih memilih melalui jalur Wolosoko meski dengan kondisi jalan yang juga memrihatinkan.

Biasanya, lanjut Ino, warga yang hendak berobat ke Puskesmas Watuneso atau berbelanja di Kota Maumere, Kabupaten Sikka ataupun urusan keperluan lainnya melewat jalur Watuneso. Namun saat ini karena kondisi jalan yang mengalami rusak parah, warga memilih melalui jalur Wolosoko.

"Kalau bicara soal orang sakit, ibu hamil sering terjadi melahirkan sebelum sampai di puskesmas atau rumah sakit. Melahirkan di atas mobil karena memang jalannya rusak parah sekali," ungkap Ino.

Kepala Desa Wololele A, Antonius Wangge yang dihubungi melalui telepon selularnya mengaku, sejak masih kecil hingga dirinya terpilih menjadi Kepala Desa Wololele A, akses jalan di wilayahnya sudah mengalami kerusakan yang cukup parah.

"Kalau pun bangun, hanya pakai dana desa saja. Sebelumnya dana sekitar Rp 200 juta itupun mereka baru survey di jalan tapi kalau Rp 200 juta itu paling-paling juga hanya bisa bangun jalan 100 meter. Sering terjadi di masyarakat, ibu hamil melahirkan di jalan sudah beberapa kali karena kondisi jalan, pokoknya jalan itu setengah mati," ungkap Anton Wangge.

Syukri Abdullah, anggota DPRD Kabupaten Ende terpilih dari wilayah Dapil 4 termasuk wilayah Kecamatan Lio Timur yang dikonfirmasi, Sabtu (17/8) malam melalui telepon selularnya mengatakan dirinya akan memperjuangkan keluhan warga Desa Wololele A terkait akses jalan yang rusak parah tersebut.

"Yang jelas nanti kita perjuangkan, nanti kita lihat dengan nomenklatur jalannya juga kemudian kita sesuaikan dengan anggaran. Kalau memang ada celah fiskal ya bukan tidak mungkin kita akan upayakan itu dan itu menjadi komitmen serta tanggung jawab saya terhadap keluarga di Wololele A," tandas politisi PSI ini.

Dia juga mengakui kondisi jalan menuju Desa Wololele A di Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende sangat memprihatinkan dan meminta Pemerintah Kabupaten Ende fokus memperhatikan ruas jalan tersebut agar tidak terjadi lagi ibu hamil yang melahirkan di tengah jalan akibat rusaknya akses jalan.

"Memang kondisinya jalan Wololele A ini sangat memrihatinkan dan saya berharap pemerintah harus berpikir sehingga kendala buat masyarakat seperti ibu-ibu hamil saat melakukan rujukan itu menjadi alasan pemerintah untuk segera mengerjakan ruas jalan itu. Kalau memang ada potensi fiskal, yang jelas saya akan perjuangkan itu," tegas Syukri Abdullah.

Siswa Nyebrang Laut

Sementara itu, puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lebantour di Pulau Kojadoi, Kecamatan Alok Timur Kabupaten Sikka pun terpaksa harus menyeberang lautan menggunakan perahu motor demi mengikuti pengibaran bendera Merah Putih di Desa Kojadoi, Sabtu (17/8).

Para siswa yang berjumlah 22 orang didampingi orangtua dan para guru harus menempuh perjalanan 5 kilometer menyebrangi lautan. Butuh waktu 2 jam akhirnya mereka pun tiba di tambatan perahu Desa Kojadoi.

"Kami bersama para siswa, teman guru dan orang tua siswa, kami menempuh perjalanan laut dengan jarak kurang lebih 5 kilometer dari kampung Lebantour ke Kojadoi untuk ikuti HUT ke-79 RI," kata Mulyadin, S. Pd, Guru SDN Lebantour.

Ia mengaku, selama dalam perjalanan beberapa siswa sempat takut karena cuaca tidak bersahabat namun ia dan para siswa bersyukur bisa tiba di lokasi upacara untuk mengikuti pengibaran bendera di Desa Kojadoi.

"Alhamdulillah kami tiba dengan selamat untuk mengikuti pengibaran bendera merah putih di Kojadoi,"ujarnya.

Pengibaran bendera Merah Putih di Desa Kojadoi Kecamatan Alok Timur unik karena dilakukan di permukaan laut, menggunakan perahu nelayan. Warga yang mengikuti apel bisa mengikuti dari bibir pantai. Sementara anak-anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kojadoi dan SDN Lebantour dan warga Desa Kojadoi mengikuti upacara apel dari Bukit Batu Purba Pulau Kojadoi.

Sementara untuk memeriahkan HUT ke-79 RI, TNI AL Lanal Maumere bersama Forkompinda Sikka mengibarkan 1000 bendera Merah Putih di Bukit Nilo, Desa Wuliwutik, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, NTT, Jumat (16/8).

Rombongan pengibar bendera Merah Putih bergerak dari Gelora Samador Maumere mengarak ke Bukit Nilo. Bendera Merah Putih yang berukuran besar berjumlah 79 bendera sesuai HUT ke-79 RI. Pengibaran bendera merah putih ini dipimpin Komandan Lanal Maumere Kolonel Marinir Anjas Wicaksono Putro M.Tr.Hanla

Pada kesempatan tersebut Kolonel Anjar mengatakan kegiatan itu berujuan untuk menunjukan kepada dunia bahwa kita adalah bangsa yang besar, bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya.

Sementara Pemkab Sumba Timur melaksanakan defile pembentangan Bendera Merah Putih sepanjang 340 meter di Dermaga Lama Pelabuhan Rakyat Waingapu usai upacara HUT ke-79 RI, Sabtu (17/8).

Defile dilakukan diatas perahu milik nelayan tradisional yang membentang mulai dari dermaga lama hingga dermaga baru Pelabuhan Nusantara Waingapu. Bendera mulai diturunkan dari perahu nelayan pertama, kemudian dilanjutkan hingga perahu terakhir. Terlihat kerja sama penuh semangat dilakukan para nelayan untuk menjaga keseimbangan bendera Merah Putih berukuran raksasa tersebut.

Satu per satu nelayan harus bertahan dan menjaga keseimbangan bendera dari panasnya terik matahari dan hembusan angin laut yang nyaris membuat tali penyangga bendera itu putus. Namun secara perlahan, bendera merah-putih 340 meter berhasil dibentangkan dari di atas belasan perahu nelayan mulai dari Dermaga Lama hingga ke Dermaga baru.

Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing dan Forkompimda dan pimpinan OPD memantau jalannya defile tersebut dari atas Kapal Patroli milik Ditpolairud Polda NTT. Masyarakat Kota Waingapu juga memadati dermaga lama untuk memberikan semangat kepada para nelayan tradisional tersebut.
Warga setempat, Damaris mengatakan, kegiatan HUT ke-79 RI tahun ini sangat berbeda dari tahun sebelumnya, karena meriah dan menghibur masyarakat.

"Kami sangat senang dan bangga akan semangat persatuan dari masyarakat Sumba Timur dalam merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-79, jaya selalu Indonesia-ku," ungkap Damaris.

Kepada Pos Kupang, Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing mengatakan defile tersebut sebagai bagian dari perayaan HUT ke-79 RI. Dalam hal ini, Merah Putih sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang beragam suku, agama, ras dan golongan yang berada di atas gugusan kepulauan Nusantara.

"Artinya, berbicara Merah-Putih melambangkan pemersatu bangsa Indonesia, mau dari suku mana pun agama apapun, beragam budaya, namun tetap satu Indonesia," ungkap Bupati Khristofel.

Selain itu, pihaknya juga mengapresiasi semangat kerja sama yang ditunjukan para nelayan tradisional saat membentangkan Bendera Merah Putih 340 meter, yang mencerminkan falsafah hidup masyarakat Indonesia dalam budaya gotong-royong, rasa semangat nasionalisme dan persatuan bangsa.

 

NTT Memiliki Energi dan Kekuatan

Ketua DPRD Provinsi NTT, Emi Nomleni mengajak pemerintah dan seluruh masyarakat untuk merefleksikan diri.

"Tentu di HUT ke-79 RI ini kita tunduk bersama untuk merefleksikan bahwa hingga saat ini kita bisa berjalan  dan sampai pada usia ke- 79 tahun," kata Emi Nomleni usai mengikuti upacara di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT, Sabtu (17/8).

Menurut Emi, perjalanan hingga usia ke-79 bukanlah hal yang mudah. Namun, pada kenyataannya bangsa Indonesia dan NTT pada khususnya pun mampu melewati setiap perjalananya. Hal ini pun berarti bahwa, NTT memiliki energi dan kekuatan.

"Apa yang sudah ditinggalkan oleh pendahulu kita menjadi kekuatan kita untuk  berjalan. Paling penting hari ini, kita siapkan untuk meninggalkan yang lama dan memulai yang baru untuk anak cucu kita kedepannya," ujarnya.

Persiapan yang dilakukan saat ini, kata Emi, menjadi refleksi tanggung jawab ke depan agar mampu  menyampaikan kepada generasi baru tentang semangat perjuagan. Dengan demikian, segala perjuangan itu pun kembali dikenang oleh generasi penerus.

"Ketika memperingati Hari Kemerdekaan seperti ini, melihat bendera Merah Putih dan membacakan teks Proklamasi, tentu ada rasa dalam diri bahwa inilah bagian yang ada dalam diri kita," ungkapnya.

Dikatakan Emi, merdeka yang sesungguhnya adalah bebas dari berbagai hal kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan semua hal yang masih jadi refleksi agar mencipatakan generasi yang baik di masa yang akan datang.

"Kita juga perlu memberikan apresiasi kepada diri sendiri dan perlu bangga bahwa kita sudah bekerja. Hal itu agar kita merasa kita tidak berada pada posisi ketertinggalan," ujarnya.

Lebih lanjut, Emi mengatakan, saat ini, masih banyak hal yang perlu dibenahi dan dilengkapi di NTT. Apalagi selama ini, NTT dikategorikan dalam banyak hal.

"Kita harus punya energi dan semangat bahwa kita mampu dan bisa. Hari ini sekadar melupakan yang ada, tetapi kita perlu berbangga diri juga bahwa kita mampu sampai pada usia yang ke-79 tahun NKRI," tandasnya. 

 

Satu Dekade Pemerintahan Jokowi

Sepuluh tahun bukan waktu yang cukup bagi Presiden Joko Widodo mengurai permasalahan bangsa. Dalam masa itu Jokowi membangun sebuah fondasi peradaban baru dan Indonesia sentris.

"Alhamdulillah, selama 10 tahun ini kita telah mampu membangun dari pinggiran, membangun dari desa dan membangun dari daerah terluar," kata Jokowi di Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8).

Putra asli Solo itu menyebut pemerintah telah membangun ratusan ribu kilometer jalan desa dan hampir dua juta meter jembatan desa, ribuan kilometer jalan tol baru, bendungan, hingga jaringan irigasi.

"Kita telah membangun 366 ribu kilometer jalandesa, 1,9 juta meter jembatan desa, 2.700 kilometer jalan tol baru, 6.000 kilometer jalan nasional, 50 pelabuhan dan bandara baru, serta 43 bendungan, dan 1,1 juta hectare jaringan irigasi baru," kata Jokowi.

Dengan pembangunan itu, Jokowi mengklaim telah berhasil menurunkan biaya logistic dari sebelumnya 24 persen menjadi 14 persen pada 2023. Indonesia pun kini bisa meningkatkan daya saing dari peringkat  44 pada tahun lalu merangsek ke peringkat 27 pada 2024.

"Ketangguhan kita sebagai sebuah bangsa juga terbukti dari daya tahan dalam menghadapi pandemi Covid-19, dalam menghadapi perubahan iklim, dan dalam menghadapi geopolitik dunia yang semakin memanas," kata Jokowi.

Di sektor SDM, Presiden Jokowi menyoroti upaya reformasi pendidikan dan transformasi system kesehatan. Program Indonesia Pintar disebutnya telah memberikan akses pendidikan kepada 20 juta siswa per tahun.

Program KIP Kuliah dan Bidik Misi juga memberikan akses pendidikan bagi 1,5 juta mahasiswa. Sementara itu, perbaikan di sector kesehatan ditandai dengan turunnya angka kematian bayi dan prevalensi stunting.  Angka kematian bayi turun dari sebelumnya 27 per seribu kelahiran menjadi 17 per seribu kelahiran di tahun 2023.

Demikian pula angka prevalensi stunting turun dari 37,2 persen menjadi 21,5 persen di tahun 2023.  Jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meningkat dari sebelumnya 133 juta menjadi 273 juta di tahun 2024, di mana separuh dari jumlah tersebut adalah Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari pemerintah.

Dengan pencapaian yang telah diraih, Presiden Jokowi menegaskan pentingnya melanjutkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menekankan pentingnya semangat kebersamaan dan kekuatan bangsa dalam mencapai visi besar Indonesia Emas pada tahun 2045.

Persatuan, yang mencakup kerja sama dan solidaritas antarseluruh elemen masyarakat, menjadi kunci untuk menghadapi tantangan yang ada, sementara kedaulatan memastikan Indonesia mampu berdiri tegak sebagai negara yang mandiri dan menentukan arah kebijakannya sendiri.

Menjelang akhir masa jabatannya, Jokowi juga menitipkan masa depan bangsa kepada Presiden Terpilih, Prabowo Subianto.

“Pada tanggal 20 Oktober 2024, izinkan saya menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan ini kepada Bapak Prabowo Subianto. Izinkan saya  juga menyerahkan semua harapan dan cita-cita masyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote,” ujarnya. (cr8/cr4/zee/cr20/tribun network/reynas abdila)

 

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved