Opini
Opini: Upaya Perlindungan Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Timor Tengah Utara
Data dan laporan mengenai kasus ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, yang menggambarkan betapa mendesaknya masalah ini.
Oleh Muhammad Nurulloh Jarmoko,S.H.,M.H
Hakim Pengadilan Negeri Kefamenanu, Timor Tengah Utara
POS-KUPANG.COM - Kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia telah menjadi perhatian serius, baik bagi pemerintah maupun masyarakat.
Data dan laporan mengenai kasus ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, yang menggambarkan betapa mendesaknya masalah ini.
Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), terdapat 11.637 kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2023.
Di antara kasus-kasus tersebut, kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk yang paling dominan, dengan lebih dari 30 persen dari kasus kekerasan anak yang dilaporkan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan bahwa sepanjang tahun 2023, ada 1.468 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terdata. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Ketua KPAI, Dr. Susanto, sebagian besar pelaku kekerasan seksual terhadap anak adalah orang-orang yang dikenal oleh korban, seperti keluarga dekat atau tetangga.
Dari data perkara di pengadilan Negeri Timor Tengah Utara, sejak tahun 2023 sampai per Agustus 2024 perkara kekerasa seksual terhadap anak berjumlah 23 (dua puluh tiga) perkara.
Jumlah tersebut mengalami kenaikan signifikan tiap tahun. Mayoritas pelakunya adalah orang terdekat.
Anak-anak adalah kelompok yang rentan karena mereka sering kali belum awas terhadap sitausi bahaya atau memiliki kemampuan untuk melindungi diri sendiri terhadap kejahatan kekerasan seksual.
Oleh karena itu, pencegahan kekerasan seksual terhadap anak harus menjadi prioritas utama bagi pemerintah dan masyarakat.
Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang tanpa rasa takut akan ancaman kekerasan seksual.
Penegak hukum memiliki peran krusial dalam memerangi kekerasan seksual terhadap anak dengan menetapkan undang-undang dan kebijakan yang kuat.
Pengadilan memastikan bahwa proses hukum berjalan secara cepat dan adil, sehingga para pelaku tidak dapat lolos dari jerat hukum.
Penegak hukum bertanggung jawab untuk memastikan bahwa undang-undang terkait kekerasan seksual ditegakkan secara tegas dan konsisten
Salah satu peran utama pengadilan dan hakim adalah menegakkan hukum dengan tegas dan konsisten.
Dalam kasus kekerasan seksual terhadap anak, pengadilan harus memberikan hukuman yang sesuai dengan kejahatan yang dilakukan.
Dengan menegakkan hukuman yang berat bagi pelaku, pengadilan dapat memberikan efek jera yang dapat mencegah orang lain dari melakukan kejahatan serupa.
Hakim memastikan bahwa putusan yang dijatuhkan sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mempertimbangkan dampak kejahatan terhadap korban dan masyarakat luas.
Dari data perkara pengadilan Negeri Kefamenanu, vonis hukuman dari pelaku kekerasan seksual terhadap anak mayoritas dijatuhi hukuman penjara di atas 10 (sepuluh) tahun penjara.
Dalam hal ini Pengadilan memberikan pesan yang jelas bahwa kekerasan seksual tidak akan ditoleransi dan akan ada konsekuensi serius bagi pelakunya.
Disamping penegakan hukum, pendidikan dan penyuluhan pencegahan kekerasan seksual adalah aspek yang juga tidak kalah penting yang harus dilakukan pemerintah untuk mencegah kekerasan seksual terhadap anak.
Program edukasi yang kepada anak-anak, orang tua, dan pendidik harus dikembangkan dan disebarluaskan di berbagai fasilitas pendidikan seperti sekolah- sekolah dan tempat belajar.
Anak-anak perlu diajarkan mengenai batasan fisik dan pentingnya melapor jika merasa terancam.
Sementara itu, orang tua dan pendidik harus dibekali dengan pengetahuan untuk mengenali tanda-tanda kekerasan seksual serta cara yang tepat untuk menanganinya.
Kesadaran dan pendidikan ini akan membentuk lingkungan yang lebih waspada dan tanggap terhadap bahaya kekerasan seksual.
Peran institusi pendidikan dengan cara mengajarkan anak-anak mengenai hak-hak mereka dan memberikan mereka kepercayaan diri untuk berbicara, kita dapat mengurangi risiko kekerasan seksual.
Program pemberdayaan anak dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, pelatihan keterampilan, dan dukungan terhadap minat serta bakat anak.
Ketika anak-anak merasa percaya diri dan berdaya, mereka akan lebih mampu melindungi diri mereka dari situasi yang tidak aman.
Peran masyarakat dalam pencegahan kekerasan seksual terhadap anak tidak kalah pentingnya. Masyarakat dapat menjadi agen perubahan dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman bagi anak-anak.
Melalui kerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM), komunitas dapat mengadakan kegiatan yang mempromosikan kesadaran akan hak-hak anak dan pentingnya perlindungan terhadap mereka.
Selain itu, masyarakat dapat berperan aktif dalam melaporkan kasus-kasus kekerasan seksual dan memberikan dukungan kepada korban serta keluarganya.
Program-program pencegahan dalam masyarakat juga harus mencakup pengawasan terhadap tempat-tempat yang berisiko tinggi terjadi kekerasan seksual, seperti sekolah, tempat bermain, dan lingkungan tempat tinggal.
Masyarakat perlu membangun sistem pengawasan yang melibatkan semua pihak, termasuk pemerintah, sekolah, dan orang tua, untuk memantau kegiatan anak-anak dan memastikan mereka selalu berada di tempat yang aman.
Selain langkah-langkah di atas, dukungan terhadap korban kekerasan seksual juga merupakan hal yang sangat penting. Pemerintah dan masyarakat harus memastikan bahwa anak-anak yang menjadi korban mendapatkan bantuan psikologis dan medis yang memadai.
Pusat krisis dan layanan konseling harus tersedia dan mudah diakses untuk membantu anak-anak pulih dari trauma yang dialaminya.
Dengan dukungan yang tepat, anak-anak korban kekerasan seksual dapat kembali beraktivitas menjalani kehidupan yang normal dan melanjutkan cita-citanya.
Keseluruhan upaya pencegahan dan perlindungan ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait.
Hanya dengan kerja sama yang solid dan komitmen yang kuat, kita dapat menciptakan lingkungan yang bebas dari kekerasan seksual terhadap anak.
Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk memastikan bahwa anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman dan mendukung, di mana mereka dapat mencapai potensi penuh mereka tanpa takut akan ancaman
kekerasan.
Melalui tindakan yang nyata dan berkesinambungan, kita dapat memberikan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.