Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Sabtu 6 Juli 2024, "Pelita yang Menyinari Dunia: Memancarkan Terang Kristus"
Markus pasal 4 memuat beberapa perumpamaan, yaitu perumpamaan tentang penabur, perumpamaan tentang pelita dan ukuran, perumpamaan tentang benih
"Pelita yang Menyinari Dunia: Memancarkan Terang Kristus" (Markus 4:21-25, Lukas 8:16-18, 11:33-36, Matius 5:15-16)
Pdt. Wisye Makatita, S.Th
Shalom, salam jumpa dalam Kasih Kristus.
Markus pasal 4 memuat beberapa perumpamaan, yaitu perumpamaan tentang penabur, perumpamaan tentang pelita dan ukuran, perumpamaan tentang benih yang tumbuh, dan perumpamaan tentang biji sesawi. Perumpamaan tentang pelita juga dicatat dalam Lukas 8:16-18 dan diulangi dalam Lukas 11:33-36.
Perumpamaan ini paralel dengan khotbah di bukit dalam Matius 5:15-16. Yesus berkata, "Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu, perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya" (Lukas 11:34-36).
Dalam pasal ini, Yesus menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan kabar baik, kabar Kerajaan Allah kepada umat-Nya.
Melalui perumpamaan tentang pelita, Yesus ingin agar orang tidak menutup hatinya terhadap Firman Allah. Yesus memberikan simbol terang atau terang Kerajaan Allah yaitu pelita. Jika pelita itu diletakkan di atas kaki dian, maka pelita itu akan berguna bagi orang lain. Sebaliknya, jika pelita itu diletakkan di bawah tempat tidur, sinarnya tidak terlihat. Terang Injil harus dilihat oleh dunia agar semua orang dapat menikmati terang Injil Kristus.
Sebelum Yesus menyampaikan perumpamaan tentang pelita, Ia menyampaikan perumpamaan tentang penabur, dan setelah itu Ia menyampaikan perumpamaan tentang benih yang tumbuh.
Semua perumpamaan terkait dengan benih Firman Tuhan yang ditaburkan dan kewajiban untuk bertumbuh dan berbuah untuk disebarkan ke dunia. Semua perumpamaan ini Yesus sampaikan kepada murid-murid agar mereka dengan mudah memahami apa yang menjadi rencana dan misi Yesus bagi dunia.
Sebelum mereka pergi untuk memberitakan Injil kebenaran, murid-murid mesti paham betul tentang siapa Yesus dan kebenaran-Nya agar mereka dapat menyampaikan kabar baik dari pemahaman yang benar tentang Yesus sebagai sumber kebenaran itu.
Bacaan kita mengisahkan perumpamaan tentang pelita dan ukuran. Semua kita paham apa itu pelita yaitu alat penerang agar tidak terjadi kegelapan.
Pada masa itu, orang menggunakan pelita kecil dari tanah liat yang diisi dengan minyak zaitun. Firman Allah juga disebut pelita dan terang. Terang itu terkait dengan fungsi, karena itu yang Yesus maksudkan adalah fungsi pelita bagi orang percaya.
Setelah Yesus menyampaikan perumpamaan tentang seorang penabur yang menaburkan benih, yang jatuh di berbagai jenis tanah, Ia menggambarkan bahwa benih Firman Tuhan yang ditaburkan tidak semuanya jatuh di tanah yang baik dan menghasilkan buah yang baik.
Tugas murid-murid adalah memastikan bahwa benih Firman Tuhan yang ditaburkan jatuh di tanah yang baik agar menghasilkan buah yang berlipat ganda. Murid-murid mesti memahami dan mengerti tentang Firman Tuhan sehingga mereka dapat diutus untuk menjadi pelita.
Ketika seseorang mau menjadi pelita, maka mesti ada minyak sehingga pelita yang dibakar tetap menyala. Dalam perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh, kita diberi gambaran bahwa orang yang bijaksana adalah orang yang selalu mengisi minyak dalam pelita sehingga jika mempelai datang, pelitanya masih menyala. Inilah sikap orang beriman yaitu harus terus menjaga pelitanya agar tetap menyala sampai Tuhan datang kembali.
Lalu apa maksud Yesus dengan perumpamaan ini? Yesus menggunakan ‘pelita’ sebagai alat perumpamaan-Nya untuk memberitakan terang Injil yang Ia bawa kepada manusia. Melalui perumpamaan ini, Yesus ingin mencerahkan kehidupan spiritual dan keagamaan para pendengar-Nya untuk patuh dan setia kepada Injil, jangan meletakkan terang tersebut di bawah tempat tidur.
‘Tempat tidur’ di sini melambangkan kemalasan atau segala sesuatu yang menyebabkan terang Injil yang harus diberitakan kepada semua orang justru tidak dilihat oleh orang-orang tersebut.
Kita semua adalah umat Allah yang telah diselamatkan dan memperoleh anugerah yang besar, karena itu kita mesti menjaga dan mempertanggungjawabkan iman kita melalui kehidupan kita setiap hari. Lalu apa yang menjadi tanggung jawab kita?
Tekun dan Setia dalam Mendengarkan Firman Tuhan:
Minyak dalam pelita kita harus penuh agar pelita kita tetap menyala. Bagaimana kita dapat menjadi terang jika kita sendiri hidup dalam kegelapan? Kita mesti secara sadar melatih diri untuk beribadah kepada Tuhan, tekun dan setia dalam membaca Alkitab.
Pola-pola belajar Alkitab sejak kecil hingga dewasa harus sungguh-sungguh diperhatikan. Kegiatan kerohanian tidak secara otomatis membangun spiritualitas orang beriman, karena spiritualitas adalah keberadaan seseorang dalam relasi yang benar dengan Allah, sesama, dan ciptaan yang lain.
Orang yang memiliki spiritualitas otomatis adalah orang beriman. Jika kita rajin beribadah dan tekun berdoa namun relasi dengan sesama buruk, itu artinya spiritualitas kita belum dibangun. Mereka yang memiliki spiritualitaslah yang dapat menjadi pelita/terang bagi dunia, karena dari dalam dirinyalah terpancar terang Kristus.
Menyatakan Kebenaran yang Telah Diterima:
Terang membuat dirinya nyata hingga dapat dilihat oleh banyak orang. Begitu juga kebenaran, yang adalah terang Firman Tuhan. Jika kita telah mendengar kebenaran Allah, kita bertanggung jawab untuk menyatakan terang itu. Tidak boleh disembunyikan. Kita adalah surat Kristus yang terbuka, sehingga semua orang dapat mengenal Kristus, percaya, dan bertumbuh di dalam-Nya. Mahatma Gandhi, seorang pemimpin spiritual dan politikus India, mengatakan bahwa ia menyukai ajaran Kristus tetapi tidak mau menjadi Kristen karena ada jurang antara pesan Injil Kristus dengan sikap dan kehidupan orang Kristen.
Menyebarkan Perkataan Tuhan:
Yesus tidak menginginkan murid-murid-Nya menutupi segala perkataan-Nya. Apa yang telah mereka dengar bukan untuk disimpan bagi diri mereka sendiri saja. Mereka harus menyebarkan perkataan itu. Sebab itu mereka harus mendengarkan setiap perkataan Tuhan dengan baik.
Apa yang akan mereka dengar akan memberikan manfaat pada mereka. Jika mereka memperhatikan pernyataan yang Yesus berikan, Dia akan membuat mereka mampu memahami. Orang yang tidak menggunakan kemampuannya untuk memahami dan merespons Firman Tuhan, akan kehilangan kemampuan itu. Maka para murid tidak bisa diam saja tentang pemahaman mengenai Yesus dan Kerajaan Allah. Harus diberitakan.
Menjadi Terang bagi Orang Lain:
Pelita dinyalakan bukan untuk disembunyikan, melainkan diletakkan di tempat yang membuat orang lain merasakan manfaat terangnya. Begitulah terang Firman yang dinyatakan pada kita, bukan hanya untuk kepentingan kita sendiri, melainkan kepentingan orang lain juga.
Kewajiban untuk menyebarkan terang Firman bukan hanya tugas para pendeta atau majelis gereja. Orang yang menemukan sesuatu yang berharga pasti tidak akan diam saja dan menyembunyikannya. Ia pasti akan memberi tahu orang lain dengan sukacita. Setiap orang yang percaya kepada Kristus seharusnya menyatakan kepada orang lain bahwa mereka telah menemukan Sahabat yang berharga bagi jiwa mereka.
Banyak mata yang melihat kita. Karena itu, sudah sepatutnya kita lebih sungguh memerhatikan kehidupan yang dijalani. Yesus mengingatkan identitas pengikut-Nya untuk memancarkan terang. Seperti pelita yang ditaruh di bawah kaki dian, cahayanya menerangi sekitarnya.
Agar cahaya kehidupan pengikut Kristus memancarkan terang, mereka harus menyatakan kebenaran. Perlu waspada agar identitas sebagai pengikut Kristus tidak mendatangkan celaan.
Yesus ingin menekankan adanya konsekuensi yang harus diterima sebagai pengikut-Nya melalui perumpamaan tentang pelita dan tentang ukuran. Pelita menjadi barang yang sangat dibutuhkan pada malam hari. Pelita memancarkan terang yang dapat membantu orang-orang untuk melakukan aktivitas dalam suasana gelap. Pelita ditempatkan pada tempatnya sehingga cahayanya dapat menerangi keadaan sekitarnya.
Melalui perumpamaan ini, Yesus ingin menegaskan bahwa identitas sebagai pengikut Kristus harus dinyatakan. Jangan ditutup-tutupi ataupun malu. Seperti pelita yang ditaruh di atas kaki dian, demikian pula halnya dengan setiap orang percaya. Jalanilah kehidupan seperti yang seharusnya.
Pengikut Kristus harus menyatakan kekristenannya dalam kehidupan sehingga orang lain bisa memahami identitas kita sebagai pengikut Kristus. Orang lain perlu melihat perbedaan yang lebih baik terhadap pengikut Kristus, jika dibandingkan dengan orang yang bukan pengikut Kristus.
Pada situasi tertentu kekristenan mendapatkan penolakan dari pihak lain. Hal itu seharusnya tidak membuat kita takut untuk menyatakan identitas sebagai pengikut Kristus. Pengikut Kristus perlu mawas diri dalam kehidupannya. Cara pengikut Kristus dalam menjalani kehidupan menjadi alat ukur bagi dirinya sendiri. Apa yang kita lakukan dalam hidup dan iman kita itu juga menjadi ukuran bagi kita.
Injil yang dibawa Kristus adalah injil keselamatan karena itu tugas kita sebagai murid-murid Kristus adalah mewartakan kabar keselamatan itu kepada dunia. Pastikan bahwa di tengah arus zaman dan tantangan iman yang berat pelita kita tidak mati, terus menyala untuk mewartakan kabar keselamatan bagi dunia. Amin. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Renungan Harian Kristen Kamis 31 Juli 2025, Pendidikan Berpusat Kepada Kristus |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Rabu 30 Juli 2025, Kejarlah Hikmat |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Selasa 29 Juli 2025, Kebenaran Tunggal |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Senin 28 Juli 2025, Mendidik dalam Kebenaran |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Minggu 27 Juli 2025, Mendidik dalam Kebenaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.