Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 5 Juli 2024, "Ikutlah Aku"

Maka satu panggilan akan selalu terkait dengan pertimbangan yang kita sebut sebagai disermen untuk menentukan apakah harus jawan atau tidak

Editor: Eflin Rote
DOK. POS-KUPANG.COM
Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik 

Renungan Harian
Br. Pio Hayon SVD.
Hari Jumat Biasa Pekan XIII
Jumat, 5 Juli 2024.
Bacaan I: Am. 8: 4-6.9-12
Injil : Mat. 9: 9-13

“Ikutlah Aku”

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Setiap kita pasti pernah alami dipanggil secara langsung oleh seseorang entah untuk satu tugas atau untuk sekedar dipanggil dan kita pun akan mengikuti panggilan itu. Yang paling penting di sini adalah ketika kita dipanggil pasti juga pada saat yang sama akan muncul juga keragu-raguan untuk mengiktui panggilan itu atau tidak.

Maka satu panggilan akan selalu terkait dengan pertimbangan yang kita sebut sebagai disermen untuk menentukan apakah harus jawan atau tidak. Dan paling penting adalah kita harus siap untuk jawab atau tidak atas panggilan itu.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini kita kembali lagi dengan banyak kisah masih seputar Nabi Amos dan Injil Mateus. Dalam kisah nabi Amos ini
masih bernubuat bagi bangsa Israel yang telah rusak hidupnya karena telah menginjak-injak orang miskin dan menindas orang-orang kecil yang tak bersalah dan menipu serta memperjualbelikan orang miskin dan kecil yang tak berdaya.

Maka Nabi Amos bernubuat atas nama Tuhan: “Pada hari itu akan terjadi,” dmikianah firman Tuhan Allah, ‘Aku akan membuat matahari terbenam di siang hari dan membuat bumi gelap pada hari cerah. Aku akan mengubah perayaan-perayaanmu menjadi perkabungan dan segala nyanyaianmu menjadi ratapan.”

Amos sekali lagi bernubuat atas nama Tuhan untuk kejatuhan bangsa Israel dan yang akan mengubah matahari terbenam pada siang hari dan bumi gelap pada hari cerah yang menandakan bahwa Tuhan berkuasa atas semua bumi dan segala yang ada dan tunduk di bawah hukum Allah.

Maksud Tuhan sudah jelas yaitu mau mengajarkan bangsa pilihanNya itu untuk selalu taat pada Allah dengan memelihara hukum-hukumnya dan berbuat baik kepada semua orang tapi terlebih pada orang miskin dan menderita.

Dan bagi Yesus keberpihakan pada orang kecil dan berdosa itu adalah misiNya yang tergambar di dalam injil hari ini
ketika Dia memanggil Matius yang lagi duduk di rumah cukai itu. Kemungkinan besar, Mateus juga adalah seorang
pemungut cukai.

Itu terbukti ketika Yesus memanggilnya dan makan di rumahnya, ada banyak orang pemungut cukai dan orang berdosa itu datang makan bersama dengan Yesus. Dan orang-orang Farisi itu berkata kepada para muridNya: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Pertanyaan ini langsung
memberi isyarat kepada kita bahwa ada satu stigma negatif yang dikenakan kepada para pemungut cukai ini sebagai
orang berdosa dan dianggap najis. Mereka tidak bisa bergabung dengan orang lain karena nanti dianggap najis.

Pandangan dan stigma yang keliru semacam ini pun masih kuat mempengaruhi orang-orang Farisi yang menganggap
dirinya sebagai orang pemegang hukum Taurat Musa maka tak boleh bergaul dengan orang-oragn berdosa seperti
mereka.

Dan Yesus tahu apa yang mereka sampaikan itu kepada para muridNya. Maka Yesus langsung menegur mereka dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib tetapi orang sakit. Maka pelajarilah arti sabda ini: ‘Aku menginginkan belas kasihan, bukan persembahan.’

Aku datang bukannya untuk orang-orang benar, melainkan orang berdosa.” Yesus menegur orang Farisi itu untuk membangun kembali satu pemahaman yang benar akan misiNya yakni belaskasihan dan bukan persembahan.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved