Cerpen

Cerpen: Jejak Yang Terhapus

Ia kaget ketika Pa Narto suaminya yang dari tadi asyik menikmati kopi sambil membaca buku tiba-tiba bertanya kepadanya.

Editor: Dion DB Putra
iStock
Ilustrasi 

“Hilang kemana?” Pa Narto kembali bertanya dengan nada keras dan muka merah.

“Itu, mereka asyik dengan gadget milik mereka.”

Lelaki tua itu pun merasa kecewa. Raut wajahnya terlihat banyak pikirkan. Wajahnya yang tadi tampak bahagia kini mulai pudar.

Matanya mulai mengaca. Setelah sekian lama, ia tak lagi bisa membendung air matanya. Pa Endi dan istrinya kaget melihat hal itu. Dengan perlahan mereka mendekatinya.

“Ada apa Pa, kok Bapa menangis?”

Ia sama sekali tidak menjawab mereka. Wajahnya yang mulai keriput itu penuh dengan rasa kecewa.

Ia merasa malu dengan dirinya sendiri. Entah apa yang terjadi, dunia ini sudah berubah, pikirnya.

Selama ini, lelaki tua itu ingin memulai kembali kebahagiaan yang pernah ia rasakan dulu dan ia ingin kebahagiaan itu dimulai kembali bersama degan cucu-cecenya sebelum ajal menjemputnya.

“Sungguh, jejak-jejak sudah terhapus!” katanya dengan suara kaku dan dengan napas yang memburu. (*)

Maumere, Kamar 04, 2024.

Tentang penulis

Safry Dosom lahir di Manggarai Barat. Sekarang tinggal di Maumere. Beberapa cerpennya telah terbit di media nasional dan media lokal.

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved