Cerpen
Cerpen: Jejak Yang Terhapus
Ia kaget ketika Pa Narto suaminya yang dari tadi asyik menikmati kopi sambil membaca buku tiba-tiba bertanya kepadanya.
Generasi yang tumbuh dengan segala fasilitas hidup, sering mereka tidak paham cara berkehidupan sebagai makhluk sosial; demikian pikirnya pada suatu kesempatan.
Anak-anaknya yang bertugas di kota sering menawarkannya untuk memakai Hp android yang sangat tren di zaman ini. Mereka selalu memaksanya untuk menggunakan Hp yang baru tersebut.
“Dengan menggunakan Hp android kami bisa menanyakan kabarnya Papa dan Mama melalui video call.”
Ah, itu hal bodoh menurutnya. Pa Narto hanya ingin mereka datang menjenguk ia dan istrinya secara langsung.
Jika waktu liburan pun tiba, anak-anak sering meneleponnya untuk menanyakan barang apa yang harus mereka belikan untuknya.
Lelaki tua itu merasa senang, karena saat itu menjadi kesempatan yang baik untuk meminta mereka membelikan buku-buku terbaru di toko buku.
Mendengar jawaban darinya, anak-anaknya yang tinggal di kota sering marah padanya; “Buat apa sih Bapa beli buku lagi? Sekarang saatnya Bapa untuk menikmati masa tua!”
Ia tak peduli apa yang mereka katakan. Hanya itulah yang ia inginkan.
Pada suatu kesempatan sebelum anak-anaknya berlibur, ia dengan semangat menyusun kembali semua cerita zaman dulu yang menurutnya menarik jika diceritakan di depan cucu-cece kesayangannya.
“Ko Bapa sangat sibuk?” tanya Mama Meri.
“Tidak Mam, saya hanya ingin membuat suprise kepada cucu-cece kesayanganku.”
“Oh. Memangnya mau suprise apa?” lanjut Mama Meri lagi.
“Aku ingin menceritakan kepada mereka tentang kisah-kisah zaman dulu yang sangat lucu dan menarik.”
“Ah… Bapa hanya ingin membuang waktu saja, mereka juga telah banyak membaca cerita yang tak kalah menarik dengan cerita kita zaman dulu,” tangap Mama Meri.
“Tapi ayah dan ibu mereka selama ini sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.”
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.