Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Selasa 25 Juni 2024,Memuji Kepalsuan: Memupuk Ketidakbenaran dan Kemunafikan

Dia mengkritik kepalsuan dan kemunafikan para pemimpin kota Athena dan menekankan pentingnya kejujuran dan kebajikan

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, M.Th, MA 

Namun karena dosen yang bersangkutan sudah membenci saya karena diangggap tidak mau mengikuti keinginannya sehingga ia marah pada saya, maka nilai saya hanya C saja. Anda bayangkan ada begitu banyak mata kuliah yang dosen itu asuh dan saya harus menanggung penderitaan begitu lama bertahun-tahun bersamanya.

Beruntung masih banyak nilai lain dari para dosen yang lain, yang dari mereka saya memperoleh nilai yang pantas untuk saya dapatkan.

Apakah saya kecewa? Saya tidak kecewa, karena itu harga yang harus dibayaruntuk mereka yang tidak mau bersikap munafik secara intelektual dihadapan seorang dosen. Sebagai seorang mahasiswa memang kita harus menerima “hak veto” dosen  yang punya kuasa atau power untuk menilai dan memberi nilai kepada kita sebagai mahasiswa, tetapi sebagai orang percaya kita juga harus yakin akan penghakiman dari Tuhan yang akan datang bagi siapa saja. Kita harus tetap yakin bahwa keadilan dan kejujuran yang Tuhan Yesus tuntut dari kita tidak akan sia-sia. Yesus mengkritik para pemimpin agama dan atau pemimpin apapun yang tidak adil dan tidak jujur.

Di era milleneal ini, pesan ini relevan untuk semua orang, terutama mereka yang berada dalam posisi kepemimpinan, posisi memiliki power dan kuasa atas orang lain.

Kejujuran dan keadilan harus menjadi dasar dalam segala tindakan dan keputusan kita karena pada saatnya kita akan berhadapan langsung dengan hakim yang jujur dan adil pada hari penghakiman.

Pada masanya Kristus sang hakim yang adil akan datang menghakimi kita semua. Saatnya kita menghentikan kepalsuan yang membawa pada kehancuran dan mempunyai keberanian untuk melawan segala bentuk penipuan, kebohongan, dan ketidakjujuran dalam kehidupan pribadi,masyarakat, gereja, berbangsa dan bernegara. Saatnya bagi kita untuk mengambil waktu untuk merenung, refleksi diri atau berkontemplasi dan memastikan bahwa kita menjaga hati dan pikiran kita tetap murni dan benar di hadapan Tuhan yang akan datang sesuai janjinya yang kita tidak tahu pasti kapan Ia datang.

Bahkan Yesus sendiripun tidak tahu: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja." (Markus 13:31-33).  Kita hanya diminta untuk berjaga dan waspada saja:“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."(Matius 25:13).

Dalam Kitab Perjanjian Lama (PL) para penulis alkitab mengatakan bahwa orang yang berlaku munafik adalah orang yang menggali Lobang, dan sewaktu-waktu ia akan terperosok ke dalamnya.

DalamAmsal 26:27-28, kita diingatkan bahwa “Siapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan siapa menggelindingkan batu, batu itu akan kembali menimpa dia. Lidah dusta membenci korbannya, dan mulut licin mendatangkan kehancuran”.'

Pujian yang tidak tulus terhadap orang lain adalah bentuk dari lidah yang dusta. Ketika kita memuji sesuatu yang kita tahu itu tidak benar, kita tidak hanya sedang berbohong, tetapi juga membenci kebenaran dan keadilan. Pujian palsu bisa mengarah pada kehancuran, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.

Mengapa kita sering kali terjebak dalam memuji kepalsuan? Salah satu alasannya adalah untuk menyenangkan orang lain atau untuk menghindari konflik dan pertengkaran, dan lebih menekankan relasi dan rasa aman walaupun itu semu.

Namun, kita harus ingat bahwa kebenaran lebih penting daripada penerimaan dan rasa suka yang sesaat dari orang lain. Ketika kita memuji kepalsuan, kita memberi ruang bagi ketidakbenaran untuk bertumbuh.

Kita mendukung hal-hal yang tidak benar dan secara tidak langsung menolak kebenaran dan kita tidak pernah memberikan ruang kepada orang lain termasuk anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa bahwa kejujuran adalah nilai yang harus diperjuangkan dan harga yang harus dibayar serta resiko yang harus ditanggung. 

Baca juga: Renungan Harian Kristen Senin 24 Juni 2024, Terang Dimulai Dari Dalam Rumah

Sebagai orang beriman, kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran. Rasul Paulus dalam Efesus 4:15 dan 16 mengatakan, “tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih”.

Kita mesti punya tekad dan keberanian serta mau belajar untuk menyatakan kebenaran dalam kasih, bahkan jika itu berarti kita harus menghadapi ketidaknyamanan atau penolakan dari orang-orang disekitar kita termasuk yang mungkin mencintai kita sekalipun. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved