Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Selasa 25 Juni 2024,Memuji Kepalsuan: Memupuk Ketidakbenaran dan Kemunafikan

Dia mengkritik kepalsuan dan kemunafikan para pemimpin kota Athena dan menekankan pentingnya kejujuran dan kebajikan

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, M.Th, MA 

Oleh: Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, M.Th, MA

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Renungan Harian Kristen Selasa 25 Juni 2024, Memuji Kepalsuan: Memupuk Ketidakbenaran dan Kemunafikan (Matius 23:27-28)

Dalam Apologi, Kriton dan Phaedo Filsuf Yunani terenal Socrates yang dikenal karena metode dialektisnya telah berupaya mencari kebenaran melalui pertanyaan kritis.

Dia mengkritik kepalsuan dan kemunafikan para pemimpin kota Athena dan menekankan pentingnya kejujuran dan kebajikan.

Hal ini tidak berbeda dengan Plato dalam karya masterpiecenya "Republik", "Apologi", "Gorgias" yang mengkritik masyarakat yang tidak adil dan penguasa yang tidak tulus.

Dia menggambarkan bagaimana pemimpin yang ideal adalah "seorang Raja atau Pemimpin yang berpikiran Filsuf" yang memerintah berdasarkan kebenaran dan kebijaksanaan dan bukan dengan kepalsuan dan kemunafikan.

Para filsuf modern seperti Immanuel Kant dalam tulisannya"Critique of Pure Reason", "Groundwork for the Metaphysics of Morals" menekankan pentingnya kejujuran sebagai prinsip moral utama.

Baginya tindakan moral harus dilakukan berdasarkan niat baik dan prinsip universal, bukan berdasarkan kepalsuan atau manipulasi.

Bahkan menurut Jean Paul Sartre, seorang filsuf eksistensialis, orang yang yang munafik bukanlahseorang Kristen sejati. Lewat tulisannya "Being and Nothingness", "Existentialism is a Humanism", Sartre menegaskan bahwa "ketidakautentikan" (bad faith) di mana seseorang telah menipu diri sendiri untuk menghindari kebebasan dan tanggung jawab, sementara orang lain tidak tahu, hanya dirinya sendiri yang tahu karena hati nuraninya mengatakan demikian.

Karena itu Sartre menganjurkan bahwa pentingnya hidup dengan autentik dan menghadapi kebenaran tentang diri sendiri dan dunia.

Semua apa yang dikatakan para filsuf ini sebetulnya itu juga yang telah ribuan tahun disuarakan oleh Alkitab, dimana dalam bacaan Injil Matius 23:27-28 yang berisikan ketidak setujuan Yesus pada kemunafikan dan ketidakjujuran.

Dalam bacaan ini Yesus tidak memuji, malah boleh dikatakan dia berteriak dengan suara lantang atau pakai bahasa Kupang Yesus “MAKI” (mengeritik dengan suara tajam dan cenderung kasar) kepada semua mereka terutama  para ahli Taurat dan orang Farisi yang mempraktekan kepalsuan dan kemunafikan dalam hidup mereka.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Minggu 23 Juni 2024, Menjadi Pelita Kebenaran

Pernahkah Anda dalam sebuah situasi dimana Anda memuji seseorang atau sesuatu yang sebenarnya Anda tahu itu tidak benar? Atau mungkin Anda pernah menerima pujian yang Anda tahu bahwa itu tidak jujur dan Anda diam saja karena Anda senang menikmatinya?

Dalam kehidupan sehari-hari, di tempat kerja kita di kantor, di gereja di kampus atau dimana saja, kita sering kali tergoda untuk memberikan pujian palsu atau menerima pujian yang tidak tulus demi menjaga hubungan atau demi keuntungan pribadi, demi membela Lembaga atau organisasi di mana kita bekerja.

Namun, apakah kita menyadari bahwa dengan melakukan hal tersebut, kita sebenarnya sedang memupuk ketidakbenaran dan menumbuhkan kemunafikan dalam diri kita dan orang lain? Apakah kita menyadari bahwa kita sedang memupuk ketidakbenaran dan kemunafikan pada hal kita tahu itu salah?

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved