Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 22 Juni 2024, Jangan Kuatir akan Hidupmu
kuatir umur mereka akan jatuh tempo. Mereka yang sudah menikah kuatir akan masa depan rumah tangganya dan anak-anaknya.
Oleh: Pastor John Lewar
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Sabtu 22 Juni 2024, Jangan Kuatir akan Hidupmu
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor
Hari Biasa Pekan XI
Lectio:
2Tawarikh 24:17-25
Mazmur 89:4-5.29-30.31-32.33-34
injil: Matius 6:24-34
Meditatio:
“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu,akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?(Matius 6: 25).
Saudari-saudara yang terkasih dalam Kristus.
Kuatir itu manusiawi. Kuatir itu normal. Manusia normal punya rasa kuatir. Kuatir itu bisa dimiliki siapa saja. Orang Katolik dan bukan Katolik. Orang desa dan orang kota. Orang kaya dan orang miskin.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 20 Juni 2024, Doa: Jangan Ngeprank Tuhan dengan Banyaknya Kata-kata
Pejabat dan rakyat biasa. Rohaniawan/wati dan anggota umat Allah. Kekuatiran orang kaya tidak lebih besar dari kuatirnya orang miskin. Orang kaya kuatir mengenai masa depan kekayaannya. Orang miskin kuatir dengan masa depan kemiskinannya.
Mereka yang sudah berumur dan belum menikah kuatir umur mereka akan jatuh tempo. Mereka yang sudah menikah kuatir akan masa depan rumah tangganya dan anak-anaknya.
Mereka yang usia lanjut kuatir masa tua mereka akan kurang diperhatikan anak-anaknya. Mereka yang sedang menderita sakit kuatir apakah mereka akan sembuh atau tidak. Mereka yang sehatpun kuatir suatu waktu mereka akan sakit.
Terlalu Panjang kalau dituliskan semua satu persatu rasa kuatir manusia itu. Tidak akan ada habisnya dan tidak cukup satu buku menuliskannya.
Intinya banyak dan sangat banyak. Perintah jangan kuatir. Tidak sedikit orang sudah kuatir apakah berhasil
atau tidak padahal belum dimulai. Sudah kuatir padahal belum ada wujudnya.Ketika suami dan istri merencanakan untuk memiliki anak, suami sudah kuatir duluan bagaimana nanti anak saya lahirnya.
Apakah dia lahir normal atau tidak. Terkadang memang lucu, mengkuatirkan sesuatu yang belum ada wujudnya. Baru merencanakan saja sudah kuatir. Tetapi itu sangat wajar, menunjukkan sisi kemanusiaan kita yang rentan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.