Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Jumat 21 Juni 2024, Hari Peringatan Santo Aloisius Gonzaga
Ia kemudian memutuskan untuk masuk Serikat Yesus. Tapi di saat ia menyampaikan niatnya ini kepada orang tuanya,
Oleh: RP Markus Tulu,SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Jumat 21 Juni 2024, Hari Peringatan Santo Aloisius Gonzaga.
2Raj. 11:1-4.9-18.20
Injil: Matius 6: 19-23
Pada Hari Peringatan Santo Aloisius Gonzaga, Biarawan Dan Pengaku Iman; Kita diajak untuk merenung tentang hidup dan pelayanannya.
Aloysius Gonzaga berasal dari sebuah keluarga bangsawan yang kaya raya di Italia Utara. Menariknya bahwa di tengah kehidupan Istana yang merosot moral dan iman karena praktek asusila itu, ia justru sejak berusia 7 tahun memutuskan menjalani kehidupan religius.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 20 Juni 2024, Mukjizat yang Dibuat Elia
Ia menyadari panggilan Ilahi di dalam dirinya. Untuk melindungi dirinya dari ancaman bahaya-bahaya kehidupan asusila itu maka ia terus saja berdoa agar tidak tergoda. Bahkan dalam situasi hidup yang gelap itu ia justru memberanikan dirinya untuk mengikrarkan kaul kemurnian hidup dan berjanji akan memelihara kesucian dirinya.
Ia mengikrarkan kaul itu di saat ia berusia 10 tahun.
Ia kemudian memutuskan untuk masuk Serikat Yesus. Tapi di saat ia menyampaikan niatnya ini kepada orang tuanya, ayahnya menolak tegas karena ayahnya mengharuskan Aloysius tetap mempertahankan gelar kebangsawanan dan harta benda warisannya.
Menghadapi itu, sebagai anak sulung, Aloysius malah segera mengalihkan semua haknya dan harta warisannya kepada saudaranya yang lebih muda.
Ayahnya akhirnya tak berdaya menghadapi sikap anaknya. Akhirnya Aloysius masuk Novisiat Serikat Yesus. Dan setelah menyelesaikan tahun Novisiatnya ia mengikrarkan kaul pertama.
Prestasinya yang tinggi dalam pelajaran ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu pengetahuan lainnya memperkenankan ia memulai studi Teologi. Ia ternyata sangat mampu mengikuti kuluah Teologi. Kawan-kawannya sangat menyegani dia karena belaskasihannya, kerendahan hatinya dan ketaatannya.
Kesalehan hidupnya dan ketabahannya dalam menghayati hidup membiara membuat dia menjadi tokoh teladan bagi kawan-kawannya.
Namun dalam usianya yang ke 23 tahun ketika terlibat aktif dalam perawatan orang-orang sakit korban wabah pes, ia sendiri terserang penyakit berbahaya itu dan setelah 3 bulan ia menderita lalu ia meninggal.
Pesan rohani bagi kita di sini adalah hidup dengan sikap belaskasihan yang tinggi, rendah hati dan taat terhadap kehendak Allah. Karena hanya dengan demikian kita akan berusaha untuk tidak membunuh sesama apapun kejahatan yang ia lakukan dan hidup dengan mengejar harta Surgawi.
Karena mengumpulkan harta duniawi bisa membuat hati nurani kita menjadi buta, keserakahan bertambah-tambah dan sesama manusiapun bisa menjadi mangsa yang kapan saja bisa dihabisi dengan kekejaman. Karena itu hendaklah kita mengejar harta Surgawi agar jiwa kita selamat.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.