Berita NTT
Mr. Gerard, Warga Asal Belanda yang Peduli Pendidikan di Indonesia Tutup Usia
Secara pribadi dan sukarela beliau bermitra dengan sekolah-sekolah di Indonesia yang berada di bawah naungan Bunda Hati Kudus Yesus (BHK) di Indoneisa
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Seorang warga berkebangsaan Belanda (Netherland) dengan nama lengkap Gerardus Benedictus Plechelmus Ruiter atau akrab disapa Mister Gerard, sudah berpuluh tahun telah melalang buana ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Misi yang dijalankannya adalah peduli terhadap pendidikan dan masa depan generasi muda.
Ia mempunyai semangat tinggi untuk memotivasi kaum muda yang nota bene tidak mampu secara finansial, namun memiliki semangat untuk meraih cita-cita dan masa depan yang gemilang.
Mr. Gerard memiliki banyak anak angkat yang tersebar di berbagai negara, yakni Korea Selatan, Thailand, Timor Leste, dan Indonesia.
Di Indonesia, beliau memiliki anak angkat (yang disupport biaya pendidikannya) juga tersebar hampir di seluruh pelosok tanah air.
Sebut saja, dari Papua dua orang, Sumatera Bukti (Bukti Tinggi dua orang), Flores (Maumere lima orang), Mauponggo satu orang, dan beberapa orang dari negara tetanga, Timor Leste. Semua anak angkat tersebut sukses meraih cita-cita mereka masing-masing.
Mr. Gerard adalah seorang mantan frater dari biara Bunda Hati Kudus Yesus (BHK) di Belanda. Beliau juga merupakan mantan (pensiunan) seorang guru Matematika dari salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Belanda.
Secara pribadi dan sukarela beliau bermitra dengan sekolah-sekolah di Indonesia yang berada di bawah naungan Bunda Hati Kudus Yesus (BHK) di Indoneisa.
Tujuan utamanya adalah mendukung dunia pendidikan di Indoensia, yang dilakukan dengan cara mengajar kelas Praktik Bahsa Inggris (Practice Englis) di sekolah-sekolah mitra tersebut, secara sukarela atau gratis (tanpa dipungut biaya). Namun, tidak hanya sekolah mitra (BHK) saja, melainkan ada beberapa sekolah umum juga yang dikunjungi seperti MAN (Bukti Tinggi Sumatera), SMK, SMA, dan beberapa SMP di berbagai pulau di Indonesia baik Jawa, Sumatera, NTT, hingga Papua.
Di NTT tidak hanya tingkat sekolah saja yang dikunjungi, tetapi beberapa Universitas pun termasuk di dalamnya,yakni Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere, Universitas Muhammadiyah Maumere, Universitas Kristen Artha Wacana (Unkris) Kupang, dan Universitas Muhammadiyah Kupang.
Beberapa sekolah yang menjadi mitra seperti; SMAK Frateran Sumba, SMAK Frateran Ndao Ende, SMAK Podor Larantuka, SMPK dan SMAK Frateran Maumere, SMAK Jhon Paul II Maumere, SMAK Bhaktyarsa Maumere, SMAN 1 dan SMAN 2 Maumere.
Baca juga: Peresmian Gereja Hati Kudus Yesus Laktutus Momen Ucapan Syukur Kepada Allah
Dari semua sekolah dan universitas yang dikunjungi, mata pelajaran yang diajarkan adalah Praktik Bahasa Inggris. Beliau lebih fokus tentang praktik Bahasa Inggris karena menurutnya, anak muda Indonesia sebenarnya bisa berbahasa Inggris, namun kelemahannya ada pada praktik. Secara teori, para siswa mampu menulis namun secara praktik kurang dilaksanakan atau masih malu, sehingga ia giat memotivasi dan mengajak untuk sering melakukan praktik berbicara dalam Bahasa Ingris.
Salah satu sekolah yang cukup berkesan baginya adalah sebuah SMA jurusan IPA yang ada di daerah Papua. Hanya sekolah itu yang ia bisa mengajar Matematika karena menurutnya, sebagian besar para siswa tersebut bisa berbasa Inggris sehingga mudah memahami mata pelajaran Matematika yang ia jelaskan.
Diketahui bahwa semua anak angkatnya tersebut berhasil menyelesaikan studi mereka, ada yang berprofesi sebagai dokter, bidan, guru, polisi, hinga dosen. Di kalangan pelajar Maumere, siapa yang tidak kenal beliau, hampir semua siswa mengenalinya.
Kedatangannya di Indoensia tidak hanya dilakukan satu atau dua kali, melainkan sudah menjadi program wajib tahunan, yakni dua kali dalam setahun. Selain peduli soal pendidikan, ia juga menyempatkan diri untuk terjun ke misi kemanuisaan seperti membantu anak yatim piatu, mengunjungi panti jompo, dan LSM.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.