Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Minggu 9 Juni 2024, "Menyikapi Undangan Allah: Tugas yang Tak Bisa Ditunda"
Untuk mengawali renungan ini saya ingin mengangkat sebuah kisah tentang seorang anak kecil yang melihat kupu-kupu berusaha keluar dari kepompongnya.
Oleh: Pdt. Dina W. Dethan-Penpada, M.Th
Yohanes 9:1-6
Untuk mengawali renungan ini saya ingin mengangkat sebuah kisah tentang seorang anak kecil yang melihat kupu-kupu berusaha keluar dari kepompongnya.
Merasa kasihan, ia membantu dengan membuka kepompong itu. Namun, yang terjadi adalah kupu-kupu itu tidak dapat terbang karena sayapnya belum cukup kuat.
Dalam upayanya untuk keluar sendiri, kupu-kupu seharusnya menguatkan sayapnya untuk bisa terbang dengan bebas. Terkadang, kita seperti anak kecil itu, lebih fokus pada solusi instan tanpa memahami rencana besar di balik setiap kejadian. Maksud anak itu baik, tetapi maksud baik itu justru mencelakakan sang calon kupu-kupu itu sendiri.
Menarik juga untuk kita memperhatikan teks Yohanes 9:1-6, dimana ketika murid-murid Yesus terjebak dengan pemahaman yang lazim di kalangan mereka untuk mempersoalkan dosa siapakah yang menyebabkan orang itu menjadi buta, Yesus tidak menjawab pertanyaan itu.
Oleh karena kebiasaan masyarakat pada waktu itu, kekayaan dan kesehatan adalah berkat, sebaliknya kemiskinan atau penyakit adalah kutukan Allah atas dosa-dosa yang baik yang dilakukan oleh yang bersangkutan maupun oleh orang tua/dosa turunan (Saya kira pemahaman seperti ini masih cukup berkembang dalam masyarakat kita di Nusa Tenggara Timur maupun di tempat lain di Indonesia).
Ketika murid-murid bertanya, dosa siapakah yang menyebabkan orang itu buta, Yesus menjawab di ayat 3: "Bukan dia dan bukan orang tuanya: Yesus dengan tegas mengatakan: bukan dosanya ataupun dosa orang tuanya, melainkan ada misteri yang hendak diungkapkan Allah melalui kejadian itu." Yesus melihat peristiwa itu sebagai sebuah undangan untuk melakukan kehendak Bapa.
Yesus malah mengatakan: "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku." Kata "kita" menunjuk pada sebuah ajakan, sebuah undangan untuk bersama-sama melakukan pekerjaan Allah.
Dengan menggunakan kata "harus", menunjukkan bahwa pekerjaan itu tidak dapat ditunda-tunda/mesti segera dikerjakan/ sebuah tugas yang tidak boleh diabaikan. Sesuatu yang sangat penting. Beberapa bagian Alkitab mencatat penggunaan kata "harus": (Bacaan Lukas 2:42-52) Ketika Yesus berumur 12 tahun dan sedang berdiskusi dengan para pemimpin agama dan ibuNya sibuk mencariNya, Yesus menjawab: "Tidak tahukah kamu bahwa Aku harus melakukan urusan BapaKu?" Begitupun di akhir pelayanan Yesus, Ia berkata kepada murid-muridNya, bahwa Anak manusia harus menderita dan mati (Mat 17:12,22). Ketika Yesus di Getsemani, Ia berkata: "Hal ini harus terjadi" dan masih banyak referensi lain yang dapat bapak/ibu baca.
Kata ini: "harus", menunjukkan sebuah panggilan/ sebuah undangan yang sangat penting dan tidak boleh ditunda-tunda hanya karena hal-hal lain yang mengikat/ menjerat perhatian mereka padahal itu tidak penting/ tidak menolong orang itu sama sekali.
Ketika melihat orang buta itu, murid-murid hanya sibuk membahas siapa yang menyebabkan orang itu buta? Yesus mengajak mereka untuk bertindak. Di sini kita belajar bahwa nilai spiritualitas Yesus tidak hanya dikatakan tetapi diwujudkan.
Ajakan Yesus untuk bertindak bukan hanya sekedar supaya kelihatan sibuk, tetapi Yesus mengajak kita memandang sesama dengan mata Allah.
Bagaimana menanggapi undangan Yesus untuk menyikapi hal-hal yang harus kita kerjakan di keluarga kita, di tempat pelayanan kita di gereja maupun di temapt lainnya. Bagian-bagian mana dari pekerjaan kita, program-program kita yang harus dikerjakan saat ini dan tidak boleh ditunda-tunda. Mengapa tidak boleh ditunda? Di ayat 4b: “Akan datang malam, dimana tidak seorangpun dapat bekerja.” Kalimat ini hendak mengingatkan mereka akan sifat waktu yang adil, tetapi terbatas. Selain itu konsep waktu yang dipahami saat itu bukan hanya dengan hitungan detik, menit, dst.
Tetapi juga Kesempatan. Dan kita sering dengar orang bilang: kesempatan tidak datang dua kali. Dalam pengertian itulah Yesus menggunakan kalimat "selama hari masih siang." Siang diartikan sebagai bentuk ketersediaan waktu yang bisa kita pergunakan untuk beraktifitas, periodisasi, tenaga yang kuat, kesehatan, pikiran yang cemerlang, tapi juga batas hidup manusia.
Sebaliknya, "akan datang malam, dimana tak seorangpun dapat bekerja" dapat diartikan dengan terbatasnya waktu karena periodisasi, umur, kesehatan, waktu bersama anak-anak dan keluarga, tetapi juga batas hidup manusia, yaitu kematian.
Kita semua, baik para pendeta, majelis gereja, karyawan, memiliki waktu yang sama tetapi juga terbatas. Waktu ibarat bahan mentah (ubi, jagung, yang perlu kita kelola dengan bijaksana agar menjadi kolak, lamet untuk dimakan sesuai porsi).
Mari kita gunakan dengan penuh tanggung jawab. Sebab akan datang malam dimana tidak seorangpun dapat bekerja. Pertanyaannya sejauh mana kita menggunakan waktu yang telah Tuhan beri dalam cara pandang Allah.
Sehingga kita juga tidak jatuh pada hamba kerja (maniak kerja), tetapi juga tetap mengelola waktu dengan baik dan tetap menjaga keseimbangan-keseimbangan (ada waktu untuk bekerja, istirahat, waktu makan, waktu rekreasi, waktu bersama keluarga, sebab anak-anak kita juga akan punya cara berpikir tersendiri, dan bisa saja suatu saat kita kehilangan kesempatan untuk mengatur mereka).
Itulah sebabnya kita harus menghargai setiap kesempatan dan waktu yang Tuhan berikan kepada kita untuk melayani dan bekerja. Seorang pelari maraton tahu bahwa setiap detik berharga. Mereka tidak bisa menunda-nunda di sepanjang perjalanan, karena setiap langkah menentukan kemenangan.
Begitu juga dengan hidup kita. Kita semua berada dalam perlombaan yang disebut kehidupan. Kita tidak tahu kapan waktu kita akan habis, tetapi kita tahu bahwa setiap detik berharga. Mari kita berlari dengan tekun, menjalankan tugas yang telah Tuhan berikan kepada kita tanpa menunda-nunda, karena akan datang malam dimana tidak seorangpun dapat bekerja.
Mari kita renungkan firman Tuhan ini sebagai penuntun di minggu kerja yang baru. "Kita harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Dia yang mengutus kita, karena akan datang malam dimana tidak ada seorangpun dapat bekerja." Tuhan berkati semua. Amin. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Renungan Harian Kristen Sabtu 30 Agustus 2025, Bangunlah Negeri Ini |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Jumat 29 Agustus 2025, Doa yang Jujur Bagi Bangsa |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Kamis 28 Agustus 2025, Pendoa Bagi Indonesia |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Rabu 27 Agustus 2025, Doakan Pertobatan Bangsa |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Selasa 26 Agustus 2025, Garam dan Terang Bagi Bangsa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.