Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Jumat 7 Juni 2024, Kasih Tuhan Bagi Segala Bangsa

Jadi marilah kita terus berbagi kasih dalam Masyarakat dan bangs akita untuk menghadirkan kasih Allah bagi dun

|
Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Pendeta Yatty Pandie Malada, S.Th, M.Pd 

Kita memahami peristiwa pertemuan Petrus dan Kornelius ini sebagai awal mula injil disampaikan keluar dari bangsa Yahudi. Meskipun Kristus sebelum terangkat ke surga berpesan dalam Matius 28:19, “Karena itu pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus”, para murid, termasuk Petrus, tidak mudah menginjili bangsa di luar Yahudi.

Orang Yahudi sangat tertutup dan hidup eksklusif, menganggap dirinya sebagai umat pilihan Allah yang berhak atas janji keselamatan dan anugerah Allah. Mereka juga menganggap bangsa di luar Yahudi adalah najis dan haram untuk makan bersama.

Namun, Allah memberi penglihatan khusus kepada Petrus tentang beraneka-macam binatang dan menyuruh Petrus menyembelih dan memakan dengan pesan universal bahwa apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh dinyatakan haram oleh manusia.

Penglihatan ini membuka visi baru bagi Petrus tentang kasih Allah yang inklusif, tak terkotak-kotak, dan meliputi seluruh dunia.

Dari peristiwa ini, Petrus disadarkan bahwa Allah tidak hanya bagi Israel, tetapi Allah bagi segala bangsa dan Kristus menjadi Tuhan dari semua orang. Keberanian Petrus ini kemudian ia pertanggungjawabkan.

Ketika ia sampai di Yerusalem, banyak orang menggugat tentang baptisannya kepada Kornelius. Petrus kemudian menyampaikan kronologis dari peristiwa tersebut dan orang Yahudi kemudian dapat memahaminya.

Peristiwa ini mencatat satu hal yang penting, yaitu Petrus berhasil membuka isolasi pemberitaan anugerah keselamatan Kristus agar terbuka bagi semua bangsa. Ini sejarah baru dimana keselamatan oleh Yesus diberitakan keluar dari Israel.

Peristiwa ini menjadi sebuah tonggak dan saluran bagi Injil pertama kalinya menerobos keluar dari tembok Israel. Kasih dalam Kristus tak bisa dibendung, kasih itu melebar meluas melampaui segala batas geografis, sosial-budaya, politik, dan ideologi sampai ke ujung dunia. Injil sebagai kabar baik tidak dapat dibelenggu. Ada ungkapan terkenal dari Pdt. Yusuf Rony, “semakin dihambat, semakin merambat.”

Segala pelarangan menginjil dan membangun gereja di mana-mana tidak akan mampu menghentikan berita keselamatan dari Kristus yang sangat dahsyat itu. Semakin dilarang, semakin tersebar. Semakin dibenci, semakin banyak jiwa yang jatuh cinta dan mengaku Kristus sebagai Tuhan.

Meskipun demikian, sejarah pewartaan injil penuh dengan jejak darah. Banyak penginjil terbunuh karena kesaksian tentang Kristus. Namun injil terus diwartakan kemana-mana, seperti terang yang tidak dapat dikalahkan oleh kegelapan. Di mana ada terang, kegelapan lenyap.

Dalam tema kasih Tuhan bagi segala bangsa, saya mencatat beberapa makna khusus dari firman Tuhan ini kepada kita pagi ini. Pertama, semua orang Kristen dipanggil sebagai saksi menyebarkan kabar baik tentang kasih Kristus yang mengasihi seluruh bangsa di dunia.

Ada lagu “Yesus cinta segala bangsa, segala bangsa di dunia, kuning hitam putih merah, semua Tuhan cinta, Yesus cinta segala bangsa di dunia.” Kemarin, pada waktu merayakan Natal, ada pesan indah yang disampaikan oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin, yang menghimbau agar umat Kristiani terus menabur kasih sayang menembus perbedaan. Yesus adalah juru selamat dunia. Kita dipanggil untuk bersaksi tentang Yesus sebagai juru selamat, tidak hanya dengan kata tetapi dengan perbuatan sesuai kedudukan dan peran kita.

Jika Yesus sebagai juru selamat dunia, maka kita harus menjadi juru selamat dalam bidang kehidupan masing-masing. Di manapun kita berada, kita dipanggil untuk memancarkan berkat juru selamat. Sebagai pemimpin, kita harus menjadi juru selamat bagi seluruh lapisan rakyat dalam menciptakan damai sejahtera tanpa ada diskriminasi.

Sebagai guru, kita harus menjadi juru selamat pendidikan bagi siswa untuk mencerdaskan mereka tanpa membeda-bedakannya. Sebagai polisi, kita harus menjadi juru selamat keamanan yang melindungi semua golongan rakyat. Sebagai penyuluh pertanian, kita harus menjadi juru selamat bagi semua petani agar mereka dapat dituntun untuk meningkatkan produksi tanaman pangannya.

Sebagai dokter atau perawat, kita harus menjadi juru selamat yang merawat dan menyembuhkan para pasien dengan kasih dan tulus tanpa membeda-bedakan status sosial ekonomi.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved