Wawancara Khusus
Di Tangan Simon Petrus Kamlasi Warga tak Haus Lagi
Saat itu saya memikul air untuk kebutuhan hidup, jaraknya sekitar 800 meter dari rumah menuju kali.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM - Sosok Kepala Staf Korem (Kasrem) 161/Wira Sakti, Kolonel Cpl Simon Petrus Kamlasi tidak asing lagi bagi masyarakat NTT.
Selama 11 tahun terakhir sejak 2013 dirinya secara konsisten melaksanakan gerakan jaga air dan alam.
Selain itu Kolonel Cpl Simon Petrus Kamlasi juga telah mengelilingi, hampir semua daratan di Provinsi NTT melaksanakan aksi nyata yang langsung berkaitan dengan kebutuhan riil masyarakat yakni masalah air.
Seperti apa kisah Simon Petrus Kamlasi, simak wawancara eksklusif yang dipandu Pimpinan Redaksi Pos-Kupang, Dion DB Putra dalam Podcast Pos Kupang, Selasa (21/5/2024). Berikut petikan wawancaranya.
Latar belakang dan apa saja aksi nyata yang sudah dilakukan selama ini?
Berangkat dari profesi saya sebagai prajurit TNI, kebetulan saya berdinas di Korps Logistik di mana pengetahuan dasarnya teknik mesin.
Memang dalam perjalanan dinas, saya berhubungan dengan hidrolik, mekanika, fluida, dan perpipaan sudah menjadi bagian dari keseharian saya.
Singkat cerita ketika saya lulus dari sekolah Staf Komando Angkatan Darat tahun 2012, dan 2013 saya kembali ke sini, saya melihat kondisi yang sangat mengejutkan.
Saya melihatnya kondisi kehidupan masih seperti saat saya SD, SMP di Soe. Saat itu saya memikul air untuk kebutuhan hidup, jaraknya sekitar 800 meter dari rumah menuju kali.
Terakhir sudah ada PDAM, tetapi masih macet dan sekarang kondisinya masih sama. Oleh karena itu saya coba melakukan sesuatu terhadap masalah tersebut.
Ada pompa yang hemat, sudah pernah ada di dunia namanya pompa hidram. Elevasinya cukup tinggi, areanya cukup jauh, debitnya terbatas, dan cocok untuk kondisi geografis yang menantang.
Akhirnya kita kembangkan beberapa konstruksi dari pompa ini. Kita anggap ini karya paten dari saya, di mana klep buangnya kita lakukan perombakan dengan konstruksi yang rigid agar unjuk kerjanya bisa meningkat.
Kebetulan pimpinan-pimpinan kami di TNI AD, peduli dengan hal ini dan saat ini semakin masif dijalankan.
Waktu itu bapak Kasad masih menjabat sebagai Pangdam Udayana, kita laksanakan kegiatan ini disaat Covid-19.
Kita membangun ratusan titik menyebar, dan berjalannya waktu sampai hari ini khusus untuk NTT TNI AD Manunggal Air sudah tinggal 2 hari lagi, kita mencapai 300 titik sumur bor dan pompa hidram.
Saat ini sudah ada 298. Itupun masih kurang. Lebih dari 50-an titik masih kita tangani. Itu yang sampai ke telinga saya. Jadi 30-an di Flores, 24 nanti di daratan Timor.
Kita tidak mengatakan ini sebagai hiperbolik tetapi hari ini ada Water World Forum (WWF) di Bali, di mana 148 negara hadir di sini. Mereka membahas tentang konservasi air dan sanitasi, ketahanan pangan, dan energi.
Lalu dalam kondisi sekarang ada mitigasi bencana. Hari ini kalau kita cek di BPBD sudah ada beberapa kabupaten yang menyatakan darurat kekeringan.
Itu saya bersyukur sekali karena pimpinan TNI AD dan saya pribadi mampu meyakinkan bahwa kita perlu TNI AD Manunggal Air. Memang TNI tidak sendiri, kalau kita kasih bukti kan orang berpartisipasi akan datang sendiri serta semangat karena bantuannya tepat sasaran.
Selain air jangan lupa ketahanan pangan menjadi pembinaan teritorial. Metode kita akan ada namanya pembinaan ketahanan wilayah, subnya adalah ketahanan pangan.
Ketika saya keliling Flores ini sama dengan konsep gereja, konsep keuskupan semua ada di dalam lahan. Semua berbicara alternatif makanan di samping makanan pokok yang ada untuk antisipasi krisis pangan.
Rencana pengembangan dalam waktu dekat seperti apa?
Saya perlu jelaskan bahwa kita ada tiga metode. Pertama paling sederhana masyarakat umum pun paham. Kalau masyarakat melaporkan pak kami kekurangan air, posisi mata air ada di atas kami dj bawah.
Itu sederhana kita langsung melaksanakan perpipaan, gravitasi kita gunakan karena mengalir dari tinggi ke rendah.
Nah ketika di wilayah tersebut tidak ada lagi air yang di atas, kita mencoba melihat air yang di bawah, dihitung debitnya.
Ketika memadai untuk menggerakan pompa hidram, maka kita akan melaksanakan terapan aplikasi ini. Bagi wilayah yang tidak mungkin gravitasi dan hidram, kita akan pikirkan mungkin air itu ada di bawah maka kita laksanakan eksplorasi air untuk sumur bor.
Kita ada alat pendukung yang sudah canggih. Sementara ini saya memiliki alat bor pribadi 4 unit, yang kedinasan juga ada 3 unit yang tersebar ada 4 di Flores, 2 di Sumba, sisanya di Timor.
Eksplorasi atau pencarian titik air ada alat sederhana yang mungkin butuh waktu sekitar 1 jam, kita sudah tahu bahwa di sini ada air. Ada juga peta cekungan air.
Dari 300-an titik ini mana yang kesulitannya paling berat atau pengalaman yang paling berkesan?
Karena mungkin saya sudah sering di Timor justru ini saya anggap biasa saja, walaupun banyak.
Kemarin saya waktu keliling di Flores tepatnya di Manggarai Timur ada desa yang menunggu saya sampai malam hari. Saya mau tahu bagaimana kondisi yang dipasang oleh Babinsa.
Waktu itu mereka kerja sama dengan masyarakat, ada Bhabinkamtibmas, LSM, perangkat desa ini saya anggap penting. Karena mereka memberikan suatu gambaran tentang kerja sama yang lengkap.
Saya datang rencananya mau ke titik air. Saya tidak mampu sampai ke bawah, apalagi malam jaraknya 2 km. Akhirnya saya minta foto-fotonya, waktu pekerjaan dilakukan.
Itu luar biasa bagaimana pikul semen menuju ke bawah, akhirnya mereka hanya satu atau dua orang saja yang benar-benar kuat yang mereka pakai untuk melansir material.
Kemudian di desa Sunu tempat patung Pak Joko Widodo itu lebih parah lagi. Airnya di bawah, sampai saudara-saudara saya tidak percaya.
Syukur memang karunia dan penyertaan Tuhan, bagaimana konsep kita yang logis kita gunakan untuk hitungan-hitungan mekanika dan saya yakini air akan sampai. Itu yang paling berkesan. (cr19/bersambung).
Simon Petrus Kamlasi
wawancara khusus
pompa hidram
Kasrem 161 Wira Sakti
Timor Tengah Selatan
Dion DB Putra
Podcast Pos Kupang
Ridwan Kamil: Saya Dikasih Tiga Pilihan |
![]() |
---|
Kurator IKN Ridwan Kamil: Investor Semakin Banyak Datang ke Ibu Kota Nusantara |
![]() |
---|
Simon Petrus Kamlasi tak Tega Lihat Orang Mencari Air |
![]() |
---|
Kapuspenkum Kejagung Ketut Sumedana: Rekening Koruptor dan Keluarganya Diblokir |
![]() |
---|
Kapuspenkum Kejagung Ketut Sumedana: Tambang Ilegal Bikin Kerusakan Masif dan Luas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.