Breaking News

Berita Ende

Harga Ikan Anjlok dan Rusak Nilai Jual, Puluhan Nelayan Kecil di Ende 'Usir' Nelayan Dari Luar Ende

Ibrahim mengaku, gegara aktivitas nelayan dari luar Kabupaten Ende tersebut, penghasilan para nelayan Ende mengalami penurunan.

Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/ALBERT AQUINALDO
Puluhan nelayan yang rata-rata berasal dari Kelurahan Tanjung dan Kelurahan Tetandara, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende saat mendatangi Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ende di Kelurahan Paupanda, Kecamatan Ende Selatan, Kamis, 16 Mei 2024 siang. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Albert Aquinaldo

POS-KUPANG.COM, ENDE - Puluhan nelayan kecil di Kabupaten Ende, Provinsi NTT mendatangi Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ende di Kelurahan Paupanda, Kecamatan Ende Selatan, Kamis, 16 Mei 2024 siang.

Kehadiran para nelayan kecil itu guna menyampaikan keluhan mereka terkait keberadaan puluhan nelayan asal luar Kabupaten Ende, seperti nelayan Bugis Sulawesi dan nelayan Pemana, Kabupaten Sikka yang selama kurang lebih satu tahun melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan Ende.

Bukan hanya melakukan penangkapan ikan tetapi para nelayan yang berasal dari luar Kabupaten Ende itu juga disebut menjual ke para pengepul di Kabupaten Ende dengan harga yang relatif murah karena hasil yang melimpah dan menggunakan kapal-kapal tangkap berukuran kurang lebih 2 GT.

Pantauan Pos Kupang, puluhan nelayan yang rata-rata berasal dari Kelurahan Tanjung dan Kelurahan Tetandara, Kecamatan Ende Selatan ada sebagian yang berada di luar area kantor sedangkan beberapa pengurus inti Asosiasi Pedagang Ikan (API) Ende bertemu Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ende, Polairud, TNI AL dan perwakilan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTT.

Ibrahim Akbar, salah satu nelayan kepada TribunFlores.com mengatakan, mereka menginginkan para nelayan dari luar wilayah Kabupaten Ende yang kerap melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan Ende dipulangkan ke daerah asalnya.

Ibrahim mengaku, gegara aktivitas nelayan dari luar Kabupaten Ende tersebut, penghasilan para nelayan Ende mengalami penurunan.

"Kalau kami biasa operasi (red: melaut) itu rata-rata bisa menghasilkan Rp 3 juta sampai lebih tapi sekarang setelah mereka banyak yang datang ini, penghasilan kami paling tinggi itu menurun, paling tinggi itu Rp 700 ribu tidak sampai lebuh Rp 1 juta, sebelumnya mereka itu paling 5 sampai 6 kapal saja jadi harga masih stabil sekarang mereka semakin banyak makanya harga ikan di pasar jadi menurun," ungkap Ibrahim.

Baca juga: Stef Sumandi: Pemkab Sikka Harus Bangun Fasilitas Nelayan dan Syahbandar Perikanan di Maumere

Baca juga: Imigrasi Kupang NTT Periksa 36 Nelayan yang Dideportasi Pemerintah Australia

Dikatakan Ibrahim, bukan hanya dirinya mengeluhkan hal tersebut tetapi hampir semua nelayan di Kabupaten Ende mengeluhkan hal tersebut.

Sementara itu, Riswanto, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ende mengaku aktivitas nelayan dari luar Kabupaten Ende di wilayah perairan Ende sudah sejak lama bahkan ada yang sudah beraktivitas sekitar 20 tahun hingga beberapa dari nelayan itu sudah kawin mawin dengan masyarakat Kabupaten Ende.

"Secara regulasi tidak melarang itu karena mereka juga warga negara Indonesia, selama dokumen kapal dan kelengkapan kapal lengkap kami tidak bisa melarang mereka untuk menangkap dimana saja, itu sesuai dengan aturan yang berlaku," jelas Riswanto.

Dikatakannya, selama ini kapal-kapal tangkap milik nelayan dari luar Kabupaten Ende yang jumlah saat ini mencapai 17 buah kapal tangkap memiliki dokumen lengkap dengan jenis kapal tangkap 2 GT.

Riswanto juga mengaku, selama melakukan operasi atau penangkapan ikan di wilayah perairan Kabupaten Ende, para nelayan dari luar Ende tersebut belum pernah melakukan pelanggaran hukum.

"Tadi juga ada suara-suara sumbang dari nelayan bahwa harus usir mereka dari Ende tapi kita tidak ada alasan mendasar ketika mengusir berarti kita sudah melanggar aturan," tutup Riswanto.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved