Berita Flores Timur

Potensi Menularkan Virus ASF, Warga Flores Timur Dilarang Makan Daging Babi Sakit

Belum dilaporkan secara rinci terkait jumlah ternak babi yang mati mendadak maupun sakit-sakitan di Kota Larantuka dan beberapa wilayah di Flotim

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Ternak babi milik warga di Larantuka, Flores Timur, NTT, Selasa 30 April 2024 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Kasus ternak babi mati mendadak sepekan terakhir di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, NTT, diduga akibat terserang virus African Swine Faver (ASF) atau demam babi Afrika.

Belum dilaporkan secara rinci terkait jumlah ternak babi yang mati mendadak maupun sakit-sakitan di Kota Larantuka dan beberapa wilayah di Flores Timur.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Perkebunan dan Peternakan Flores Timur, drh Vian Kiti Tokan, meminta masyarakat tidak menyembeli babi untuk dikonsumsi karena sangat beresiko menularkan virus ke ternak lainnya.

"Kalau mau cepat selesai, babi sakit jangan potong dan edarkan daging, entah mau jual atau bagi gratis," katanya, Rabu, 1 Mei 2024.

Dokter hewan ini menjelaskan, meski manusia tidak terserang virus ASF saat menkonsumsi daging babi, namun virusnya sangat beresiko menular ke ternak lainnya.

Dia menjelaskan, pengawasan lintas ternak sudah dilakukan sejak awal. Namun petugas masih sulit mengawasi dan mengidentifikasi daging babi yang masuk dari luar daerah, misal dari Kupang dan Maumere yang kini terjadi kasus ASF.

"Agak susah pengawasan. Kalau mereka bawa lempengan dalam kantong plastik. Kalau tidak ada kesadaran bersama maka susah," tukas Vian Tokan.

Pengalaman selama ini, jelas Vian, pemilik ternak masih menkonsumsi babi sakit karena tak mau peliharaan seharga jutaan rupiah itu mati sia-sia.

"Kalau kubur, dia (pemilik ternak) rasa sayang. Karena sayang, dia potong lalu bagi-bagi. Kita harus pikirkan nasib orang lain, ini masalah moral," pungkasnya.

Vian Tokan menambahkan, pihaknya sudah mengirim empat sampel darah babi mati ke Balai Besar Veteriner Denpasar Bali untuk diperiksa guna memastikan ASF atau tidak.

Empat sampel tersebut, demikian Vian Tokan, meliputi dua sampel dari Larantuka dan dua sampel dari Boru, Kecamatan Wulanggitang. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved