Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 28 April 2024, Kunci untuk Beriman yang Berbuah

Sedangkan Allah Bapa adalah pengusaha, yang memberikan kesempatan kepada Yesus dan kita untuk menjadi bagian dari keluarga Allah

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-PATER CHRIS SURINONO
Pater Chris Surinono, O.C.D menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu 28 April 2024 dengan judul Kunci untuk Beriman yang Berbuah 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 28 April 2024 dengan judul Kunci untuk Beriman yang Berbuah

Renungan Harian Katolik Minggu 28 April 2024 dengan judul Kunci untuk Beriman yang Berbuah ditulis oleh Chris Surinono, O.C.D dan mengacu dalam bacaan Injil: Yohanes 15: 1-8

Kunci untuk Beriman yang Berbuah

“Akulah Pokok Anggur dan kamu adalah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku didalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15: 1-8). Hari ini kita mendengar satu pernyataan soal siapa diri-Nya sendiri dan bagaimana para pengikut-Nya. Atau yang dalam Injil Yohanes dikenal dengan ungkapan: Akulah…. Minggu lalu kita mendengar Yesus berkata yakin: Akulah Gembala yang baik.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 28 April 2024, Perjumpaan yang Mengubah Hidup

Hari ini Ia tegaskan: Akulah Pokok Anggur yang Benar.Yesus menggunakan alegori atau perbandingan sederhana untuk menjelaskan relasikita dengan Allah dan bagaimana hidup beriman kita bisa berbuah banyak. Pokok Anggur adalah Yesus, dan ranting-ranting adalah semua orang beriman; semua mereka yang percaya kepada-Nya; semua mereka yang sungguh terkait, bersatu dan menjadi bagian dari diri-Nya.

Sedangkan Allah Bapa adalah pengusaha, yang memberikan kesempatan kepada Yesus dan kita untuk menjadi bagian dari keluarga Allah sendiri.

Yesus memberikita kunci untuk menjadi pengikut-Nya yang benar dan baik, yakni tinggal di dalam-Nya; berada bersama-Nya. Tidak ada kata dan ungkapan yang tepat untuk menjadi pengikut Kristus yang benar dan baik selain tinggal bersama atau bersatu dengan Yesus. Ia juga memberikan kunci bagaimana agar kita bisa sungguh terus tinggal bersatu dengan-Nya:

Pertama adalah berdoa. Berdoa itu bicara dengan Allah dan mendengarkan-Nya. Kita memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk berbicara atau mendengarkan Dia yang kita tahu mencintai kita. Pengetahuan atau pengalaman bahwa kita dicintai, dimaafkan, diperhatian dan dilindungi oleh Allah menjadi alasan dasar untuk bertekun dalam doa, maka doa-doa kita akan selalu dipenuhi dengan rasa syukur dan terima kasih kepada Allah.

Komunikasi timbal balik kita dengan Allah atau berdoa ini menjadi kekuatan agar kita bisa tetap tinggal dan mendapatkan aliran rahmat, kalau ranting itu (diri dan hidup kita) tidak terpotong oleh kesibukandan merasa bisa sendiri, maka berdoalah senantiasa.

Kedua, menerima sakramen-sakramen Gereja. Tanda kehadiran Allah ini perlu dialami dan dirayakan senantiasa, teristimewah Ekaristi dan Rekonsiliasi. Dua Sakramen ini ibaratnya dua kaki untuk bisa melangkah atau dua sisi sayap untuk bisa terbang.

Kita dibebaskan dari segala beban dosa dan pengalaman buruk dalam Sakramen Rekonsiliasi; demikian juga seperti Elia yang diberi roti dan air agar bisa berjalan lagi dari padang gurun ke gunung Horeb. Perjalanan hidup akan terasa ringan dan semangat baru akan selalu dimiliki, ketika sebagai orang beriman kita merayakan dua sakramen ini dalam hidup kita.

Ketiga, berbuat baik bagi sesama. Seperti dalam bacaan pertama kita mendengar bagaimana Barnabas menjadi jembatan mendamaikan antara para Murid dan Paulus. Setelah pertobatan, Saulus ingin bergabung dengan para murid Yesus yang lain, namun mendengar nama ini saja mereka takut dan menolaknya.

Namun Barnabas menerima dia, dan membawanya kepada rasul-rasul. Kita, seperti Barnabas, dipanggil untuk menjadi jembatan perdamaian bukan tembok pemisah, pemersatu bukan pemecah belach dengan kata dan cerita bohong; menjadi penyatu bukan pemecah belah keluarga dan kelompok. Itulah tindakan kasih yang sesungguhnya. Murid dan pengikut Kristis selalu memiliki niat dan tindakan seperti ini.

Berbuat baik bagi sesama; membahagiakan sesama. Kita hari ini dipanggil untuk menjadi Barnabas-Barnabas baru yang selalu punya hati untuk damai dan menyatukan.

Keempat, membaca dan berdoa dengan Kitab Suci. Tuhan selalu memberi inspirasi yang baik dan benar lewat sabda-Nya. Kisah dalam KS adalah pengalaman Para penulis mengalami kerahiman dan campur tangan Tuhan dalam hidupnya, dan kemudia mereka, dalam kekuatan Roh Kudus coba membahasakan atau menuliskan itu.

Sedangkan kita, membaca pengalaman iman mereka dalam teks tertulis itu agar kita bisa mengalami kerahiman dan campur tangan Tuhan dalam hidup. Artinya, bagi para penulis, dari pengalaman ke dalam teks, sedangkan kita yang membaca, dari teks kedalam pengalaman hidup nyata.

Saya ingin mengakhiri permenungan ini dengan satu kisah sederhana tentang Tomas A Edison. Dalam Catatan Harianya, Tomas Alva Edison pernah berkisah tentang kebesaran hati dan kehebatan ibunya.

Ketika masih remaja, Tomas diberi surat dari sekolahnya untuk diserahkan kepada ibunya. Surat itu hanya boleh dibuka dan dibaca oleh ibunya. Ketika menyerahkan surat itu, Tomas penuh ingin tahu apa isi dan bagaimana reaksi ibunya atas surat itu.

Dihadapan Tomas, sang ibu membuka surat, perlahan matanya menyusuri kalimat per kalimat dank ata perkata. Tak terasam air mata mengalir perlahan dari matanya yang bening, yang semakin membuat penasaran pada putranya ini. Dengan semakin dibuat penasaran, Tomas mendesak ibunya agar memberitahukan isi surat dari sekolahnya itu.

Dengan berderaian airmata, dan kekuatan batin, ibunya berkata: “Sekolah itu terlalu kecil buat kamu, anakku; sekolah itu tak sanggup membantu mengembangkan talenta dan kemampuan kamu yang luar biasa untuk bersekolah disitu. Sekolah merasa akan menyia-nyiakan kemampuan kamu, maka ibu sendiri akan mengajarkan kamu”.

Puluhan tahun kemudian,Tomas mulai dikenal luar, dan sesudah ibunya wafat, ia kemudian menemukan surat asli dari sekolah yang isinya justru berbeda. Isi surat itu demikian: “Dari pihak sekolah sudah tak sanggup mendidik anak ibu yang punya gangguan mental; tingkat kecerdasannya tidak bisa berkembang lagi. Ia hanya bisa di rumah saja dan dibimbing oleh ibunya sendiri”.

Membaca surat asli itu, giliran Tomas yang berderaian air mata mengenal kehebatan ibunya ketika menghadapi saat yang sangat krusial baginya itu. Lalu dalam catatannya, ia menulis: “Tomas Alva Edison memang seorang yang sakit mental, namun, ibunya yang punya hati yang lapang dan otak yang cemerlang telah membuatnya sehat”.

Memang apa yang dikatakan orang bahwa orang hebat dan besar adalah mereka yang membesarkan dan membuat orang lain menajdi besar dan hebat. Kita punya kesempatan untuk menjadi seperti Ibu yang punya hati ini dan seperti Barnabas yang selalu mau menyatukan.

Salam dan berkat dari Kota Abadi, Roma. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

 

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved