Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Jumat 12 April 2024, Supaya Tidak Ada Yang Terbuang
Sekelompok anak asrama pernah mendapatkan teguran yang cukup keras dari para pembinanya karena suka membuang-buang makanan selesai sarapan pagi
Oleh : RP. John Lewar SVD *)
POS-KUPANG.COM- Tersaji Renungan Harian Katolik yang ditulis RP. John Lewar SVD Hari Biasa Pekan II Paskah berjudul, Supaya Tidak Ada Yang Terbuang.
Renungan ini merujuk pada Bacaan I, Kisah Rasul 5:34-42, Mazmur 27:1,4,13-14, Yohanes 6:1-15
Berikut ini teks lengkap Renungan Harian Katolik yang ditulis oleh RP. John Lewar SVD hari ini.
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Sekelompok anak asrama pernah mendapatkan teguran yang cukup keras dari para pembinanya karena suka membuang-buang makanan selesai sarapan pagi, makan siang dan makan malam. Ada anak mengambil banyak tetapi hanya memakan sedikit, sehingga yang terbuang cukup banyak. Pada suatu kali pembinanya menghukumnya dengan menyuruh menghabiskan semua yang ada di piring tanpa sisa.
Meski kenyang, dengan menangis anak-anak pun menghabiskan semuanya seperti yang diperintahkan. Sejak saat itu ia tidak lagi mengambil banyak, hanya secukupnya saja. Dan itu masih ia lakukan hingga hari ini, karena pelajaran atau hukuman itu membekas di hatinya. Pelajaran yang cukup keras memang, tetapi itu untuk kebaikan.
Bayangkan ada banyak orang yang menderita kelaparan, busung lapar bahkan hingga menemui ajalnya, sementara kita malah membuang-buang makanan karena merasa
berkecukupan. Toh uang saya yang keluar, toh saya yang beli, lantas kenapa harus repot? Sesungguhnya perilaku ini kurang terpuji. Meski punya uang, tetapi kita tidak boleh membuang-buang makanan.
Mengapa? Karena makanan merupakan berkat Tuhan, dan membuang makanan itu sama artinya dengan membuang berkat Tuhan. Hari ini kita mendengar berita Injil tentang pergandaan roti dan “sisa roti” yang dikumpulkan setelah dimakan oleh “lima ribu orang laki-laki”, tidak termasuk perempuan dan anak-anak. Sumbernya hanya ada lima roti dan ikan, tetapi “sisanya” jauh lebih banyak “dua belas bakul roti”, belum termasuk jumlah ikan yang sisa.
Tidak biasa, aneh, ajaib, mukjizat. Penginjil mengungkapkan situasi bagaimana para murid merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup roti untuk memberi makan sekian ribu orang yang berbondong-bondong mengikuti Yesus. Mereka ingin menyaksikan atau mengalami sendiri mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus. ketika Yesus menanyakan di tempat mana roti bisa dibeli untuk memberi makan orang-orang yang mengikutiNya, para murid mengalami kegelisahan.
Pertanyaan Yesus dijawab dalam ketidakberdayaan. Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Filipus yang merupakan penduduk setempat-dari Betsaida (Yoh. 1:43-44), juga tidak tahu dimana harus mendapatkan makanan. Andreas berhasil menemukannya setelah Yesus meminta para murid “memeriksa” persediaan.
Untunglah ada 5 roti dan 2 ikan. Kemudian Yesus mengambil 5 roti dan 2 ikan, menengadah ke langit, mengucap doa syukur/berkat (Yoh. 6:11; Mat. 14:19). Dan … terjadilah. Dari 5 roti dan 2 ikan, lima ribu orang makan kenyang, bahkan masih tersisa 12 bakul roti. Yesus mengajar para murid belajar mensyukuri dan menghargai setiap butir rezeki kehidupan yang telah mereka terima.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 12 April 2024, Lima Roti Jelai dan Dua Ikan
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 11 April 2024, Setia Dalam Tugas Rutin Setiap Hari
Yesus berkata kepada para murid, Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih, supaya tidak ada yang terbuang (Yoh 6:12). Perintah Yesus mengandung tiga hal penting: Pertama, Yesus memberikan alasan mengapa Dia meminta agar potongan-potongan tersebut dikumpulkan, yakni “supaya tidak ada yang terbuang”. Banyak orang, termasuk kita, berpikiran bahwa makanan yang sudah tidak kita makan adalah makanan sisa sehingga perlu atau sebaiknya dibuang.
Kita membuang makanan yang adalah hasil pemberian dan kemurahan hati Allah. Kedua, makanan yang datang atas ucapan syukur kepada Bapa-Nya itu tidak boleh ada yang terbuang (atau dibuang), karena tetap merupakan bagian dari pemberian Bapa. Para murid dilatih untuk tidak membuang apa yang telah diberikan Bapa dengan cuma-cuma.
Membuang rezeki dari “hasil bumi dan usaha manusia” (Doa Persiapan Persembahan) yang adalah pemberian Bapa adalah sebuah pelecehan dan tidak menghargai pemberian Bapa. Kita mesti sering mohon ampun atas dosa yang satu ini. Sudah lupa bersyukur atas rezeki (makanan), membuang makanan lagi. Ketiga, apa yang Yesus sebut “yang lebih” memang bukan makanan sisa. Apa “yang lebih” adalah bukti bahwa kemurahan hati Bapa itu sungguh nyata.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.