Berita Kota Kupang

Masalah Sampah Kota Kupang Jadi Sorotan Utama di Momen Diskusi Green Ramadhan

Green Ramadhan kali ini WALHI NTT menghadirkan sejumlah anak muda yang konsen dengan isu-isu lingkungan

|
Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
(KI-KA)Pemantik diskusi, Indra Ramadhan selaku ketua Himapala UMK Kupang, Gres Gracela selaku staf AKPR WALHI NTT dan Fajar AR Mansyur selaku ketua tim sosialisasi DonasiSampahMu.id di Rumah Baca Multikultural yang berlokasi di jalan Perintis Kemerdekaan 1, Kayu Putih Kota Kupang Sabtu, 6 April 2024 

Kerusakan lingkungan yang dialami warga alak dampaknya tidak hanya menjadi keresahan mereka tetapi semua warga Kota Kupang. Warga yang yang tinggal di kota Kupang punya kewajiban untuk mengetahui sebenarnya bagaimana pemerintah mengelola sampah-sampah yang dihasilkan individu, dan perusahaan.

Kebiasaan Jadi Kebudayaan

Fajar AR Mansyur selaku ketua tim sosialisasi DonasiSampahMu.id sebagai pemantik, ia mengungkapkan, Kota Kupang menghasilkan sampah sebanyak 233 sampai dengan 274 ton per hari.

Sementara manajemen sampah di Kota Kupang khususnya dan di NTT umumnya belum bagus. Ini menjadi PR untuk semua pihak dan menjadi tanggung jawab bersama. 

Baca juga: WALHI NTT dan SMP SATAP Negeri 4 Komodo MoU Pembuatan Kurikulum Pendidikan Ekosistem Komodo

Sampah memiliki dampak yang sangat luas mulai dari mencemari lingkungan, kesehatan, bahkan bisa menyebabkan bencana alam. Dari segi kesehatan, bisa menimbulkan bakteri dan virus.

Dari segi lingkungan, bisa berdampak pada ekosistem yaitu hewan memakan plastik,bahkan plastik bisa menurunkan kualitas tanah dan dengan kebakaran sampah juga banyak menghasilkan emisi yang berpengaruh pada lapisan ozon.

Per 27 Juli 2023 status pemanasan global naik menjadi pendidihan global. Pendidihan global adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan terjadinya kenaikan suhu Bumi secara global.

Hal tersebut juga disebabkan oleh perubahan iklim yang cukup ekstrem, sehingga di beberapa negara terjadi bencana alam yang cukup besar.

Naiknya status ini menyebabkan ekosistem dan lingkungan terganggu.

"Kita harus belajar yaitu dari satu kebiasaan yang menjadi kebudayaan. Kita semua harus seperti itu bagaimana cara kita mengelola sampah pada kebudayaan kita untuk tidak lagi membuang buang sampah atau menghasilkan sampah karena dampaknya sangat besar bagi kita semua seperti  banjir, longsor jadi semua akibat dari perbuatan kita,"tegasnya.(dhe)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved