Timor Leste
Di Dili, Masa Depan Indonesia Berarti Mencoba Melupakan Masa Lalu Timor Leste – Analisis
“Tindakan spesifik yang dilakukan Prabowo masih belum jelas karena terbatasnya informasi,” kata Fernandes, direktur museum, kepada BenarNews.
Rei menghabiskan masa mudanya menghindari penangkapan di hutan Los Palos setelah kehilangan enam anggota keluarganya, termasuk ayahnya, akibat aksi militer Indonesia.
Pada awal tahun 1990-an, ia pertama-tama mencari perlindungan di Jakarta, kemudian di Australia, sebelum menetap di Timor Timur yang merdeka.
Rei, penulis “Resistance,” sebuah memoar yang merinci pengalamannya, menyuarakan kekhawatirannya mengenai arah demokrasi di Indonesia.
“Kemenangan Prabowo, menurut saya, menyia-nyiakan demokrasi yang telah diperjuangkan rakyat,” ujarnya. “Berapa banyak nyawa yang hilang? Dia dan jenderal lainnya berlumuran darah.”
Januario Soares, mahasiswa kedokteran tahun kedua di Universitas Nasional Timor Lorosae, mewakili sentimen yang semakin terfokus pada masa depan.
“Indonesia telah memilih pemimpinnya. Kita perlu fokus ke masa depan,” kata Soares sambil duduk di bawah naungan pohon mahoni di luar kampusnya di Dili.
Ia menilai memperkuat hubungan kedua negara sangat penting.
“Perang saudara membuat kita terpecah, dan dalam perpecahan itu, kita secara tidak sengaja membuka pintu ke Indonesia,” kata Soares. “Yang terjadi selanjutnya adalah periode kekerasan terhadap rakyat kami, sebuah bekas luka dalam sejarah kami.”
Namun, soal peran Prabowo dalam sejarah itu, Soares mengaku belum tahu banyak.
“Rakyat Indonesia sudah menentukan pilihannya. Mungkin Prabowo adalah yang terbaik di antara para kontestan; itu sebabnya mereka memilih dia,” katanya.
Soares mengatakan dia memilih pendekatan pragmatis terhadap masa lalu, dengan fokus pada peningkatan kualitas hidup dan mencari manfaat untuk masa kini dan masa depan.
“Orang-orang berubah seiring berjalannya waktu, dan saya yakin Prabowo juga telah berubah.”
Damien Kingsbury, seorang pakar politik yang berspesialisasi dalam masalah Timor-Leste, mengatakan bahwa para pemimpin Timor-Leste wajib menjaga sikap diplomatik yang halus karena ketergantungan negara kecil tersebut pada Indonesia untuk impor dan aspirasinya untuk bergabung dengan ASEAN, blok Asia Tenggara. Indonesia adalah salah satu anggota pendiri ASEAN.
“Tentu saja Ramos-Horta harus bersikap diplomatis,” kata Kingsbury, seorang profesor di Universitas Deakin di Australia, yang telah banyak menulis tentang Timor-Leste dan Indonesia.
“Dia adalah presiden sebuah negara kecil yang memiliki sejarah yang tidak menyenangkan dengan Indonesia dan tidak ingin menimbulkan masalah apa pun,” katanya kepada BenarNews.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.