Berita NTT
Tanggapan Rocky Gerung Ihwal Pergerakkan Mahasiswa Hari Ini Kala Ditanya Anwar Pua Geno
Anwar Pua Geno yang juga aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) meminta tanggapan dan pandangan Rocky Gerung saat acara Tabayun Puisi dan Ngaji
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Edi Hayong
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG- Aademisi sekaligus kritikus Rocky Gerung membagikan cerita ihwal pergerakan mahasiswa ketika ditanya mantan ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno.
Anwar Pua Geno yang juga aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) meminta tanggapan dan pandangan Rocky Gerung saat acara Tabayun Puisi dan Ngaji Kebangsaan di Resto Celebes Kota Kupang, Sabtu 30 Maret 2024.
"Saya juga mantan aktivis. Bagaimana melihat pergerakan mahasiswa hari ini dengan sebelumnya," kata Anwar Pua Geno dalam sesi dialog.
Rocky Gerung kemudian menuturkan, ketika menjadi dosen filsafat di Universitas Indonesia, ia membawa mahasiswa didiknya menuju gedung DPR RI di Senayan, Jakarta untuk berdemo sewaktu krisis 1998.
Menurut Rocky Gerung, ingin agar mahasiswa yang diajar bisa memberi pressure terhadap ekses kekuasaan saat itu.
Alhasil, ia bersama mahasiswa berhadapan dengan aparat keamanan yang melawan dengan senjata.
"Itu mengingatkan kita pada semua hal yang kita kritik secara teoritis tapi juga secara praktis itu. Dengan kata lain, Tabayun ini saya ingin memprovokasi mahasiswa di Kupang itu," ujar Rocky Gerung dalam acara yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah NTT itu.
Baginya perubahan politik tidak hanya bergantung pada barter pikiran, tapi juga berhadapan antara masa. Ia menegaskan mestinya pemuda mahasiswa melakukan protes secara masif.
Baca juga: Rocky Gerung Prediksi Prabowo Subianto Bisa Beralih Lawan Jokowi
Baca juga: Pilkada 2024, Pemimpin Ideal Bagi NTT Versi Rocky Gerung
Cerita lainnya pun ketika ia mengikuti demonstrasi bersama sejumlah buruh hingga muncul kalimat keras yang dia utarakan ke Jokowi. Ia pun sempat dilaporkan PDIP, partai naungan Jokowi ke Polisi.
Dia menyebut pemujaan terhadap Jokowi hendaknya dihindari. Rocky Gerung beralasan dirinya mengkritik Jokowi sebagai seorang yang membuat kebijakan.
Berbagai keberhasilan Jokowi, seperti di NTT, kata dia, harus dibandingkan dengan ukuran lain.
Perbandingan yang dia maksud adalah jumlah kemakmuran yang dihasilkan Jokowi secara nasional.
Rocky Gerung mengungkit era Soeharto, ada penerbitan eksploitasi sumber daya alam kepada oligarki. Pungutan yang masuk sebagai sumber pendapatan negara sebesar 35 persen.
"Di zaman SBY hal yang sama hanya balik 27 persen. Berarti SBY gagal dibanding Soeharto. Nah, di zaman Jokowi yang balik hanya 6 persen," kata dia.
Kegagalan yang dialami Jokowi dengan perbandingan ini, menurut dia merupakan cara akademis. Akan berbeda ketika perbandingan itu mengerucut ke Jokowi secara personal.
"Kita akademis, maka kita kasih poin yang argumentatif, bukan yang personal," katanya. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.