Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 23 Maret 2024 : Jiwa Pemersatu dan Pendamai
Seorang gembala menjadi gembala yang baik untuk mempersatukan bukan untuk menceraiberaikan domba-domba gembalaan
Oleh : RP. John Lewar SVD *)
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis RP. John Lewar SVD Thn II/B: Hari Biasa Prapaskah V Turibius dr Mogrovejo diberi judul Jiwa Pemersatu dan Pendamai.
Renungan ini merujuk pada Bacaan I : Mazmur, dari Yeremia 31:10,11-12ab,13, Yohanes 11: 45-56
Berikut ini teks lengkap Renungan Harian Katolik yang ditulis oleh RP. John Lewar SVD hari ini
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Mengenang nasihat kegembalaan Uskup Emeritus, Almarhum Mgr Anton Pain Ratu SVD. Dalam sebuah kesempatan ketika bertemu dengan para imam, kaum religius, biarawan/ti tahun 2015, beliau mengatakan: ”Salah satu tugas untuk mewujudnyatakan panggilanmu sebagai gembala umat adalah mempersatukan domba-domba gembalaanmu. Jangan mencerai-beraikan mereka tetapi persatukanlah mereka.”
Saya selalu mengingat nasihat yang sederhana ini setiap kali melakukan pelayanan pastoral saya. Saya selalu hati-hati dalam berucap kata. Memang kami para pastor, suster, bruder dan frater juga manusia yang lemah sehingga banyak kali kami menggunakan mimbar bukan untuk mewartakan sabda tetapi mengomeli umat dengan dalil „warta kenabian‟ kami.
Maafkan kami karena kami tidak mempersatukan tetapi malah menceraiberaikan. Paus Fransiskus dalam sebuah kesempatan mengajak para gembala dalam tugas perutusan agar benar-benar menjadi gembala berbau domba. Artinya dalam karya pelayanan, kami harus benar-benar menyatu dengan umat, berempati dengan mereka, dan merasakan „bau‟ domba gembalaan.
Seorang gembala menjadi gembala yang baik untuk mempersatukan bukan untuk menceraiberaikan domba-domba gembalaan. Ini benar-benar menjadi wujud nyata dari harapan Yesus supaya para murid beralih dari penjala ikan menjadi penjala manusia.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 23 Maret 2024: Apa yang Harus Kita Buat?
Nabi Yehezkiel adalah salah satu nabi Yahudi yang bernubuat pada masa pembuangan sekitar tahun 593-571 SM. Nama Yehezkiel berarti “Allah
menguatkan.” Dalam tugas kenabian, Ia menegur, menasihati dan menghiburkan bangsa Israel dalam pembuangan.
Salah satu nubuat yang diungkapkannya adalah bahwa pada suatu saat yang tepat Tuhan akan membaharui perjanjian-Nya dengan bangsa Israel. Ia akan membawa mereka kembali ke Sion dan menjadikan mereka menjadi satu bangsa.
Inilah perkataan Tuhan melalui nabi Yehezkiel: “Beginilah firman Tuhan Allah: Sungguh, Aku menjemput orang Israel dari tengah bangsa-bangsa, ke mana mereka pergi; Aku akan mengumpulkan mereka dari segala penjuru dan akan membawa mereka ke tanah mereka. Aku akan menjadikan mereka satu bangsa di tanah mereka, di atas gunung-gunung Israel, dan satu raja memerintah mereka seluruhnya; mereka tidak lagi menjadi dua bangsa dan tidak lagi terbagi menjadi dua kerajaan.” (Yeh 37:21-22).
Tuhan Allah yang kita imani itu mempersatukan semua bangsa menjadi satu. Ada semangat Bhineka Tunggal Ika karena merupakan rencana Tuhan sendiri. Berita injil hari ini (Yohanes), mengungkapkan suasana kebenciaan dan kemarahan dari para imam kepala dan kaum Farisi terhadap Yesus karena perbuatan baik yang dilakukan Yesus yakni membangkitkan Lazarus.
Perasaan benci kepada Yesus sempat didengar oleh Kayafas yang saat itu bertugas sebagai imam besar. Inilah perkataan Kayafas: “Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.” (Yoh 11:49-50).
Penginjil Yohanes memberi keterangan yang sangat jelas dari perkataan Kayafas ini: Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.” (Yoh 11:51-52).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.