Opini

Opini: Penulisan Humas

Pompper, Place dan Weaver dalam pengantar buku The Routledge Companion to Public Relations memberikan penekanan pada semakin meluasnya definisi humas.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Mario F Lawi. 

Di AS, Presiden Donald Trump pada awalnya menganggap virus tersebut tak beda dari flu, dan memanfaatkan konferensi pers awalnya untuk mengemukakan spekulasi.

Presiden Bolsonaro di Brasil mengabaikan rekomendasi penjarakan sosial dan menghadiri sejumlah kegiatan publik.

Dalam ranah bisnis, lanjut O'Donnell, lembaga-lembaga mengalami krisis, termasuk lembaga-lembaga publik. Sekolah, perkantoran, dan kampus di seluruh dunia dipaksa tutup dan melakukan aktivitas secara daring.

Perubahan drastis dan mendadak tersebut tentu saja menuntut adaptasi komunikasi yang tinggi. Di situlah letak tantangannya. Tantangan komunikasi terbesar selama masa pandemi adalah kebutuhan untuk mengubah sikap dan kebiasaan.

Kita diminta untuk berhenti bersosialisasi langsung, rajin mencuci tangan, dan menggunakan masker.

Para pelaku komunikasi dituntut untuk berpikir cepat, bertindak lekas, lebih kreatif, untuk melobi pemerintah, untuk melindungi reputasi para pemimpin, jenama, dan bisnis, untuk mengelola berbagai krisis, serta untuk mengomunikasikan kepada publik agar mereka terpengaruh mengubah sikap dan kebiasaan mereka, tulis O Donnell.

Contoh pandemi COVID yang baru saja kita lewati mengemukakan ke hadapan kita bahwa kemampuan menulis humas adalah hal penting yang menjadi bagian dari upaya sosialisasi dan edukasi yang cepat dan efektif.

Komunikasi krisis mesti dilakukan secara responsif dan tepat sasaran. Setiap pesan harus secara efektif menyasar massa yang ingin dicapai.

Zappala & Carden (2010) mengungkapkan bahwa penulisan humas berhasil ketika masyarakat merespons dengan melakukan apa yang dianjurkan oleh lembaga yang menyiarkan tulisan tersebut, entah dengan mempelajari yang diminta, mengadopsi sikap atau posisi yang disarankan, melakukan aksi positif yang dianjurkan, atau cukup memikirkan hal-hal baik tentang lembaga tersebut. Tanpa tujuan-tujuan tertentu, penulisan humas justru menjadi sia-sia.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan humas adalah tujuan, proses, gaya, bentuk, dan tone (Lehman, 2023). Karena bertujuan memengaruhi publik, penulisan humas hendaknya memperhatikan panduan proses penulisan berdasarkan Study Guide for the Certificate in Principles of Public Relations Examination (dalam Lehman, 2023): riset/analisis situasi, perencanaan atau penetapan tujuan, eksekusi atau pelaksanaan, serta evaluasi.

Dalam hal gaya, Lehman merujuk Associated Press Stylebook sebagai panduan yang sering digunakan di ranah komunikasi, termasuk ranah humas.

Panduan tersebut menyediakan berbagai tuntunan mendasar seperti ejaan, bahasa, tanda baca, serta berbagai bentuk gaya jurnalistik.

Dalam aspek bentuk, penulisan humas mengadopsi bentuk-bentuk penulisan jurnalistik, baik penulisan yang bertujuan spesifik, maupun penulisan kreatif seperti yang dikembangkan dalam feature.

Bentuk juga hendaknya memperhatikan sejumlah kaidah seperti panjang pendek kalimat, penulisan kutipan langsung, dan lain-lain.

Karena ditulis dengan mempertimbangkan pembaca sebagai sasaran utama, penulisan humas pun hendaknya memperhatikan tone penulisan. Empat tone dasar penulisan humas adalah jujur, objektif, jelas, dan singkat (Lehman, 2023).

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved