Berita Lembata
BMKG Mulai Survei Tsunami Waiteba di Lembata
generasi mendatang lebih waspada dan risiko bencana bisa dikurangi dengan latihan mitigasi dan edukasi kebencanaan yang baik.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Tim BMKG datang ke Lembata dan mulai melakukan survei lapangan tsunami Waiteba di Kecamatan Atadei yang terjadi pada 18 Juli 1979 yang lalu.
BMKG menilai bencana tsunami di Waiteba tergolong langka karena bukan disebabkan oleh gempa tektonik melainkan karena longsoran tanah dari gunung Ile Werung.
Pada tahap pertama, tim divisi mitigasi dan gempa tsunami BMKG ini sudah melakukan survei dengan drone dan identifikasi desa-desa yang terdampak tsunami.
Lalu setelah hari raya Lebaran nanti, tim akan datang lagi ke Lembata dan membuat dokumentasi video, rekaman, wawancara, dan survei literasi.
Baca juga: Temukan Cinta Suster SSpS dari Bukit Desa Pada Lembata
Seismolog BMKG Divisi Mitigasi Gempa dan Tsunami, Admiral Musa Julius mengatakan hasil riset tsunami Waiteba akan dipublikasikan dalam bentuk buku dengan model tulisan ilmiah populer supaya bisa dibaca tidak hanya oleh akademisi tetapi juga oleh masyarakat.
Karena penyebab tsunami cukup langka, BMKG merasa perlu melakukan riset dan mengidentifikasi serta mendapatkan data yang lebih komprehensif untuk membangun sistem layanan peringatan dini tsunami.
“Kejadian tsunami Waiteba sudah 45 tahun yang lalu sehingga bila kita telisik ke belakang dokumentasi sebelum tsunami Aceh 2004 itu masih sangat minim, sedangkan tsunami yang terjadi sebelum 2004 itu sangat banyak dan banyak timbulkan korban jiwa,” ungkap Julius saat bertemu dengan wartawan dalam acara Koordinasi Persiapan Survei Tim Advance Preserving Tsunami Lembata 1979 di Kantor BPBD Lembata, Jumat, 8 Maret 2024.
Menurut dia, cerita, data dan informasi tentang tsunami Waiteba perlu dilestarikan secara turun temurun untuk mengingatkan generasi yang lahir setelah tahun 1979 bahwa pernah ada bencana dahsyat di Lembata.
Hal ini juga perlu supaya generasi mendatang lebih waspada dan risiko bencana bisa dikurangi dengan latihan mitigasi dan edukasi kebencanaan yang baik.
Dia menyebutkan tsunami biasanya punya siklus berulang. Artinya, peristiwa alam tersebut bisa terjadi lagi pada rentang waktu tertentu di masa depan.
Misalnya, tsunami Aceh yang siklusnya berulang setiap 300 tahun karena pergerakan lempeng bumi yang terus terjadi. Nah, riset tsunami Waiteba juga bertujuan mengungkap karakter dari tsunami tersebut.
Dalam pertemuan bersama wartawan tersebut, tim BMKG memaparkan dokumen-dokumen dari koran dan hasil riset para peneliti terdahulu tentang tsunami Waiteba.
Baca juga: Besok, Temu Akbar Warga Lembata di Kupang
Selain dipublikasikan media nasional, peristiwa yang menelan ratusan korban jiwa itu juga sempat dipublikasikan media internasional Reuters yang berbasis di Inggris.
Tercatat, tsunami Waiteba yang terjadi pada pukul 01.00 Wita pada 18 Juli 1979 itu menelan 539 korban jiwa dan 700 korban hilang. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.