Opini
Opini: Tanggung Jawab Pelestarian Bahasa Daerah
Artinya, mereka tidak lagi menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi dengan orang lain bahkan dengan orang tuanya sendiri.
Komunitas Sastra yang dipimpin Octavianus Masheka sejak 2022, telah menggiatkan penulisan puisi dwibahasa yang diterbitkan dalam tiga seri bertema Bahasa Ibu Bahasa Darahku.
Terlepas dari semua upaya yang sudah dan sedang dijalankan, keluarga sebagai pilar utama pendidikan menjadi kunci utama dalam pelestarian bahasa daerah.
Data Vitalitas Bahasa menurut Statistik Kerahasiaan dan Kesastraan (2021) menyebutkan beberapa bahasa daerah di NTT yang stabil tetapi terancam punah, kritis dan terancam punah.
Dengan demikian, keluarga mesti menjadi fokus dan lokus dalam pelestarian bahasa ibu agar anak-anak yang lahir dari keluarga tidak merasa asing dengan bahasa ibu atau bahasa daerah orang tuanya.
Bahasa daerah memiliki nilai seni yang sangat dalam dan sakral, apabila diungkapkan dalam tata bahasa daerah yang santun dan dituturkan dengan penuh etika.
Oleh karenanya, jika para orang tua tidak membiasakan berbahasa daerah di rumah, maka suatu saat bahasa daerah akan terlupakan.
Penuturan bahasa daerah yang bernuansa sastra akan hilang tak berbekas saat ini dan ke depan jika tidak digali dan didokumentaksikan sebagai salah satu cara pelestariannya.
Mesti disadari, dalam hajatan atau momen adat, bahasa daerah yang akrab dan kuat karena menyingkapkan nilai kesalahan bahasa daerah. Namun, mulai melemah bersamaan dengan berakhirnya proses adat-istiadat.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang Yus Mochamad Cholil dalam sebuah kesempatan di Lembata menekankan empat hal penting dari penerapan muatan lokal kepada para peserta didik.
Pertama, keteladanan dari para guru. Kedua, menghargai keberagaman. Ketiga, menggunakan bahasa yang positif dalam berkomunikasi.
Keempat, ruang ekspresi bagi anak dalam menggunakan bahasa daerah mesti diperbanyak (flores.tribunnews.com, 12 Oktober 2022).
Oleh karena itu, dalam mendukung dan mendorong pelestarian bahasa daerah, perlu diteruskan berbagai kegiatan budaya lokal.
Selain itu, perlu upaya mendokumentasikan bahasa daerah melalui perekaman suara, video dan penulisan, termasuk penggunaan bahasa daerah dalam media sosial.
Lebih dari itu, penggunaan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari di rumah, sekolah, dan tempat kerja dapat mempertahankan kelangsungan bahasa daerah dari generasi ke generasi.
Kerja sama dengan pemerintah, lembaga pendidikan dan LSM serta perorangan yang menjadi pegiat bahasa daerah membantu mempertahankan kelangsungan bahasa daerah dari generasi ke generasi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.