Badan Pangan Nasional  Menilai Kenaikan Harga Minyak Goreng Saat Ini Masih Wajar

Budi menegaskan  industri sawit sebagai bahan baku minyak goreng memiliki kebijakan khusus untuk memastikan stok minyak goreng dalam negeri terpenuhi.

Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/YENI RACHMAWATI
Ilustrasi. 

"Sekarang stok cukup, di mana-mana barang ada. Pantauan kita antara Rp 14.000-14.500 per liter itu yang kita pantau di 50 sekian pasar di Indonesia, semua masih normal," ungkap Suhanto.

Meski begitu, Suhanto mengatakan evaluasi harga tetap akan dilakukan pada Februari ini. Hanya saja, saat ini masih menunggu beberapa K/L lainnya untuk menentukan waktu pastinya.

Evaluasi Distribusi

Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE), Eliza Mardian menilai pendistribusian Minyakita wajib dibenahi menyusul kenaikan harga Minyakita yang mencapai Rp 15.000 per liter.

Menurutnya, penyaluran Minyakita sebaiknya melalui pemerintah seperti badan urusan logistik (Bulog) atau ID Food.

"Karena Minyakita merupakan barang subsidi jadi sebaiknya dibenahi pendistribusiannya. Maka semestinya yang menyalurkan itu pemerintah seperti Bulog atau ID Food," ucap Eliza kepada kontan, baru-baru ini.

Pasalnya, minyak goreng memberikan andil cukup besar terhadap inflasi. Kontribusinya terhadap total basket inflasi sebesar 0,85 persen. "Kenaikan migor ini bisa membebani produsen terutama yg bergerak di bidang makanan dan nanti akan ditransmisikan ke kenaikan harga di level konsumen," ujar dia.

Kata dia, justifikasi kenaikan harga minyak kemasan ini jika mengacu pada harga CPO prediksi diawal memang melemah Kalau dari proyeksi kemarin, proyeksi kita di semester 1 2024, harga turun.

Meskipun terjadi kemungkinan penurunan produksi di Indonesia akibat efek El-Nino, di Malaysia kemungkinan ada peningkatan produksi akibat pemulihan tenaga kerjanya. Ditambah lagi demand dari Tiongkok yang menurun, makanya harganya diproyeksi menurun.

"Kalau yang saya amati sepertinya kenaikan harga Minyakkita ini untuk mengimbangi disparitas harga dengan minyak premium. Tapi ya memang segmentasi pasarnya berbeda. Semestinya Minyakita dijaga harganya karena untuk menjaga daya beli kalangan menengah bawah dan umkm agar biaya produksi tidak meningkat," ujar dia.

Eliza menilai pemerintah harus menjaga stabilitas harga menjelang ramadan dan lebaran dengan terus memonitor harga dan ketersediaan bahan pangan.

"Perlu diingat bahwa masyarakat menengah bawah ini lebih banyak terdampak jika ada kenaikan harga terutama harga pangan. Mengingat lebih dari separuh pengeluaran itu digunakan untuk membeli bahan makanan," pungkasnya. (*)

Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved