Badan Pangan Nasional Menilai Kenaikan Harga Minyak Goreng Saat Ini Masih Wajar
Budi menegaskan industri sawit sebagai bahan baku minyak goreng memiliki kebijakan khusus untuk memastikan stok minyak goreng dalam negeri terpenuhi.
POS-KUPAG.COM - JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan kenaikan harga minyak goreng yang terjadi saat ini masih dalam ambang batas wajar.
Plt Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional, Budi Waryanto mengatakan, minyak goreng menjadi komoditas yang memiliki ketersediaan cukup saat ini lantaran Indonesia menjadi salah satu produsen terbesar dari minyak goreng.
"Minyak goreng ini kebijakannya sudah pas dan menurut hitungan kami ada tren kenaikan, tapi masih wajar," kata Budi dalam diskusi daring bertajuk Bahan Pokok Mahal: Pentingnya Keberlanjutan Pangan di Tengah Krisis Iklim, Selasa (5/3/2024).
Budi menegaskan industri sawit sebagai bahan baku minyak goreng memiliki kebijakan khusus untuk memastikan stok minyak goreng dalam negeri terpenuhi melalui Domestic Market Obligation (DMO).
Dalam kebijakan ini dijelaskan setiap eksportir yang ingin melakukan ekspor maka wajib melakukan pemenuhan DMO. Langkah ini dilakukan agar tidak terjadi kasus mengulang adanya kelangkaan dan kenaikan harga pada minyak goreng.
"Sepanjang harga minyak sawit global tidak naik tajam maka ekspor kita masih aman," jelasnya.
Sebelumnya, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengingatkan adanya kenaikan inflasi bulanan yang didorong karena kenaikan harga pangan termasuk minyak goreng saat ramadan dan lebaran 2024.
Amalia mengatakan jelang ramadan ini, sektor pangan menjadi kontributor utama pada inflasi Februari 2024 sebesar 0,37 persen secara bulanan.
"Tentunya komoditas penyebab inflasi Februari 2024, month to month yang pertama memang beras, yaitu 0,21, kemudian cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras dan minyak goreng," ujar Amalia dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idulfitri, di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Senin (4/3/2024).
Khusus minyak goreng goreng inflasinya tercatat sebesar 1,09 persen dan punya andil menyumbang inflasi sebesar 0,01 persen.
“Minyak goreng termasuk komoditas yang perlu kita antisipasi dan perlu kita waspadai bersama,” jelasnya.
Sebelumnya pemerintah dikabarkan akan merevisi Harga Eceran Tertinggi (HET) MinyaKita tahun ini. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kenaikan harga minyak goreng pemerintah itu yang sudah di atas Rp 14.000/liter atau melebihi HET yang ditentukan pemerintah.
Plt Sekjen Kementerian Perdagangan (Kemendag), Suhanto mengatakan bahwa rencana tersebut masih akan dikoordinasikan bersama dengan Kementerian/Lembaga (K/L) terkait.
"Ini akan dipertimbangkan saat ini seperti apa dan pasokannya bagaimana," kata Suhanto ditemui di Kantor Kemendag, belum lama ini.
Jika pasokannya cukup menurutnya tidak akan ada kenaikan. Selain itu, ia mengatakan bahwa tren harga MinyaKita di sejumlah pasar masih dalam batas toleransi dan tidak ada gejolak harga.
"Sekarang stok cukup, di mana-mana barang ada. Pantauan kita antara Rp 14.000-14.500 per liter itu yang kita pantau di 50 sekian pasar di Indonesia, semua masih normal," ungkap Suhanto.
Meski begitu, Suhanto mengatakan evaluasi harga tetap akan dilakukan pada Februari ini. Hanya saja, saat ini masih menunggu beberapa K/L lainnya untuk menentukan waktu pastinya.
Evaluasi Distribusi
Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE), Eliza Mardian menilai pendistribusian Minyakita wajib dibenahi menyusul kenaikan harga Minyakita yang mencapai Rp 15.000 per liter.
Menurutnya, penyaluran Minyakita sebaiknya melalui pemerintah seperti badan urusan logistik (Bulog) atau ID Food.
"Karena Minyakita merupakan barang subsidi jadi sebaiknya dibenahi pendistribusiannya. Maka semestinya yang menyalurkan itu pemerintah seperti Bulog atau ID Food," ucap Eliza kepada kontan, baru-baru ini.
Pasalnya, minyak goreng memberikan andil cukup besar terhadap inflasi. Kontribusinya terhadap total basket inflasi sebesar 0,85 persen. "Kenaikan migor ini bisa membebani produsen terutama yg bergerak di bidang makanan dan nanti akan ditransmisikan ke kenaikan harga di level konsumen," ujar dia.
Kata dia, justifikasi kenaikan harga minyak kemasan ini jika mengacu pada harga CPO prediksi diawal memang melemah Kalau dari proyeksi kemarin, proyeksi kita di semester 1 2024, harga turun.
Meskipun terjadi kemungkinan penurunan produksi di Indonesia akibat efek El-Nino, di Malaysia kemungkinan ada peningkatan produksi akibat pemulihan tenaga kerjanya. Ditambah lagi demand dari Tiongkok yang menurun, makanya harganya diproyeksi menurun.
"Kalau yang saya amati sepertinya kenaikan harga Minyakkita ini untuk mengimbangi disparitas harga dengan minyak premium. Tapi ya memang segmentasi pasarnya berbeda. Semestinya Minyakita dijaga harganya karena untuk menjaga daya beli kalangan menengah bawah dan umkm agar biaya produksi tidak meningkat," ujar dia.
Eliza menilai pemerintah harus menjaga stabilitas harga menjelang ramadan dan lebaran dengan terus memonitor harga dan ketersediaan bahan pangan.
"Perlu diingat bahwa masyarakat menengah bawah ini lebih banyak terdampak jika ada kenaikan harga terutama harga pangan. Mengingat lebih dari separuh pengeluaran itu digunakan untuk membeli bahan makanan," pungkasnya. (*)
Polres TTS Terus Awasi Peredaran Minyakita di Pasar Inpres SoE |
![]() |
---|
Polisi Polres Manggarai Barat Masuk Keluar Pasar Labuan Bajo Tes Takaran MinyaKita |
![]() |
---|
Harga Beras, Minyak Goreng dan Cabai di Provinsi NTT Turun |
![]() |
---|
Indonesia Masih Dibanjiri Pangan Impor, Beras Paling Banyak dari Thailand |
![]() |
---|
Profil Andriko Noto Susanto Penjabat Gubernur NTT, Punya Harta Kekayaan Rp 5 Miliar Lebih |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.